Suatu hari, ada seorang pemuda yang terkenal dengan kenakalannya, bertato, pecandu alkohol, dan titel buruk yang lainnya. Entah kenapa, di siang hari Ahad saat itu, dia ingin sekali pergi ke Sekumpul untuk menghadiri pengajian KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul).
“Aku harus berangkat , walau tanpa ada uang sepeserpun. Aku yakin berkah beliau mampu mengatasi masalah keuangan ini.”
Maka berangkatlah pemuda itu. Tanpa sarung, hanya pakai celana levis lusuh, baju kaos, dan kopyah butut, karena pakaian muslimin satu pun dia tidak punya. Sampai di depan gang, baru saja sekitar 5 menit kurang, tiba-tiba sebuah sedan berhenti persis di depan dia dan orang di dalam sedan itu membuka pintu mobilnya sambil berkata, “Mau ke Sekumpul ya, ayo naik aja temanin saya”.
Maka pemuda itu pun naik dengan sedikit bingung, bingung dan heran karena baru pertama kali dia naik sedan mewah. Bingung dan heran kenapa orang ini tahu bahwa dia mau ke Sekumpul, padahal dia berpakaian layaknya seorang preman. Di dalam mobil tersebut hanya ada dia dan bapak itu.
Singkat cerita, sampailah pemuda itu ke Sekumpul tepat di depan Masjid Pancasila. Baru saja pemuda turun dan ingin mengucapkan kata terima kasih, secara tiba-tiba mobil tersebut menghilang. Belum selesai kebingungannya, tiba-tiba ada suara yang yang menegur, “Nak, mau pengaji guru Sekumpul ya, ya udah naik aja ke becak bapak,” kata bapak tersebut.
Maka pemuda itu naik, dengan pikiran yang bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Sesampai di muka gang hijrah, pemuda itu diturunkan oleh bapak tersebut. Kejadian yang seperti tadi terulang kembali, bapak tukang becak itu pun menghilang, entah kemana perginya.
“Mungkin ini semua berkah Abah Guru untuk aku,” kata pemuda itu berucap dalam hatinya.
Maka pemuda itu pun masuk ke dalam acara. Ada kedamaian dalam hatinya, ada kesejukan, kedamaian batin yang selama ini tidak pernah ia dapatkan.
Maka ia pun duduk diantara para jamaah yang lain, tertunduk. Setiap kata yang Abah Guru Sekumpul sampaikan dia resapi dan dengan sendirinya air mata pemuda itu jatuh membasahi pipinya.
“Semua harus ku akhiri dunia hitam ini,” ucap pemuda itu di dalam hati.
Secara tiba-tiba ada seorang bapak-bapak menepuk pundaknya dan memberi sebuah amplop putih, lantas bapak itu berkata: “Ini dari Abah Guru, terimalah!”
Pemuda itu menangis terharu sambil memeluk bapak-bapak tersebut, “Terima kasih banyak, pak.”
“Berterima kasihlah sama Abah Guru.” sahut bapak-bapak
Tertulis di amplop itu nama pemuda tersebut dengan jelas dan benar beserta bin-nya (nama bapaknya), padahal si pemuda tersebut baru pertama kali ke tempat Abah Guru, terus kenapa Abah Guru jadi tahu, itulah wali Allah.
|
Guru Sekumpul |
Pemuda itu pun membuka isi amplop tersebut dan ternyata isinya uang sebesar 2 juta. Di dalam amplop itu ada secarik kertas yang berbunyi,
“Jadikan uang ini untuk modal berdagang, jangan salah gunakan, karena Allah Maha Tahu.”
Akhir cerita, pemuda itu pun sekarang menjadi seorang pedagang yang sukses dan banyak membuka cabang toko dimana-mana. Salah satu toko beliau berada di pasar sudi mampir.
Semoga berkat cinta kita kepada para waliyullah, maka Allah meluaskan rezeki dunia dan akhirat. Aamiin..
Penulis: Habib Ahmad bin Faqih Basyaiban
Sumber: bangkitmedia.com