Habib Ali Kwitang, sapaan akrab Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Kwitang Jakarta. Nama beliau ini melekat dalam diri masyarakat Betawi, karena dakwahnya dirasakan betul semua lapisan masyarakat, bahkan sampai warga pinggiran sekalipun. Majlis Taklim Kwitang menjadi tempat berteduh dan berkeluh kesah masyarakat bawah Betawi setiap saat.
Dengan penuh kesabaran, Habib Ali Kwitang selalu menyapa jamaah dan masyarakat dengan penuh kesejukan dan keyakinan. Semuanya tamu dan jamaahnya selalu merasa gembiran dan bahagia setelah bertemu Habib Ali Kwitang.
Habib Ali Kwitang lahir di Jakarta 20 April 1870 dan wafat di Jakarta pada 13 Oktober 1968. Jalan dakwah Habib Ali Kwitang menjadi model dan teladan bagi para ulama bahkan sampai hari ini. Dalam suatu kisah, di Betawi saat itu ketika masuk bulan Syawal (Lebaran) banyak yang suka mabuk dan minum minuman keras. Hal ini banyak dilakukan di pojok-pojok kampung Betawi, termasuk di Kampung Kwitang sendiri.
Saat itu Habib Ali Kwitang selesai shalat Isya. Mau kembali ke rumah, beliau berjalan memutar. Di saat jalan, sudah menjadi kebiasaan beliau menyapa yang ditemuinya dan saat itu beliau menemui sekelompok pemuda yang asyik mabuk-mabukan. Para pemuda tersebut yang mengetahui akan kedatangan Habib Ali dengan cepat menyembunyikan botol botol minuman mereka.
Habib Ali menyapa mereka dan berhenti sejenak di depan mereka.
“Apa kabarnya. Lebaran-lebaran begini pada mabuk aja, nggak baik itu.” sapa Habib Ali
Para pemuda itu gugup dan bingung.
“Enggak Bib, Enggak kok. Kita cuman nongkrong doang.” sanggah pemuda
Lalu Habib Ali menegaskan lagi, “Dah sama Habib gak usah boong. Itu botol-botol di bawah meja yang kalian sembunyikan, Habib tahu.”
Habib Ali sambil meregoh kantong dan mengeluarkan uang dari kantongnya dan berkata lagi.
“Nih uang buat ganti minuman kalian semua. Ganti sama kopi atau teh biar sehat badannya, terus kalau sudah minum kalian istirahat masing-masing, sudah malam ini, nanti malah subuhnya kelewat.”
“Iya Bib, makasih Bib.” sahut mereka dengan serentak.
Sebelum melanjutkan jalannya, Habib Ali kembali mengingatkan.
“Nanti ente semua biar bisa ikut Hadiran (pengajian) yah. Minggu ketiga bulan Syawal, Habib buka lagi pengajian biar bisa hadir semuanya.”
Lalu Habib Ali pun meninggalkan mereka. Satu diantara mereka menceritakan hal tersebut pada putra Habib Ali yaitu Habib Muhammad seraya mengakhiri ceritanya dengan perkataan.
|
Bung Karno dan Habib Ali Kwitang |
“Wan.. wan. Saya kira Habib bakal marah besar sama kita, Wan. Waktu kita takut betul kalau Habib marah. Eeh, nggak tahunya Habib ramah benar Wan. Wan kita dikasih uang segala sama Habib.”
Para pemuda pemabuk itu akhirnya tidak pernah absen, selalu hadir dalam Majlis Taklim Kwitang asuhan Habib Ali yang diadakan tiap Minggu. Mereka benar-benar meninggalkan minum minuman yang memabukan.
Semoga keteladan Habib Ali Kwitang selalu mengalir kepada kita semua. Berkah Allah swt juga terus hadir kepada semua jamaah Habib Ali dan semua bangsa Indonesia.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!