Dulu, mungkin kita pernah menonton atau mendengar tentang film garapan produksi film Amerika Serikat yang berjudul “Samson and Delilah”. Film ini digarap pada sekitar tahun 1950-an dan tayang di Indonesia sekitar tahun 1990-an. Film “Samson and Delilah” juga pernah beberapa kali mendapat Academy Award dan penghargaan di ajang perfilman dunia sebagai film terbaik. Bahkan film tentang “Samson” ini pernah beberapa kali digarap produksi film di beberapa Negara di dunia dengan judul yang berbeda-beda. Di Indonesia, film “Samson” pun pernah digarap dengan judul yang bermacam-macam di antaranya “Samson Betawi” dan “Samson dan Dahlia”.
Namun, banyak masyarakat Indonesia tidak tahu kalau film tentang “Samson” ini adalah kisah tentang pejuang Allah pada zaman Bani Israil. Sang pejuang Allah itu bernama Syam’un Al-Ghazi dan dikenal di kalangan orang-orang barat dengan nama “Samson”.
Dikisahkan dalam kitab "Durrotun Nasihin" pada bab Lailatul Qadr. Suatu ketika Nabi Muhammad saw. mendapat berita dari seorang Yahudi yang sudah tua renta. Sang Yahudi bercerita tentang kisah seorang pejuang Allah yang bernama Syam'un Al-Ghazi.
Syam’un memiliki senjata semacam pedang yang terbuat dari tulang rahang unta yang bernama Liha Jamal. Konon, hanya dengan pedang satu ini dia dapat membunuh ribuan orang-orang kafir. Siapa pun musuh yang berhadapan dengannya, pasti akan hancur dengan pedang ajaibnya. Tidak hanya itu, bahkan ketika dia merasa haus dan lapar, dengan perantara pedangnya pula Allah memberikan makanan dan minuman.
Dengan segala kehebatannya itu, dia dibenci oleh para musuh, terutama dari golongan orang-orang kafir. Akhirnya, dibuatlah rencana untuk membunuh Syam’un. Mereka kemudian memanfaatkan istri Syam’un, yang kebetulan kafir, untuk ikut membantu membunuh Syam’un. Setelah dirayu dengan imbalan yang menggiurkan, sang istri mengiyakan ajakan kaum kafir tersebut untuk membunuh Syam’un.
Maka, kaum kafir memberikan ide agar sang istri mengikat tangan dan kaki Syam’un sewaktu tidur, untuk kemudian akan dibunuh dengan beramai-ramai. Rencana tersebut awalnya berjalan mulus. Namun, ketika bangun, Syam’un dengan mudah dapat melepaskan tali yang mengikatnya dengan satu ucapan doa.
Gagal dengan rencana pertama, orang-orang kafir menyusun rencana lainnya, yakni Syam’un diikat dengan rantai besi. Namun, dengan sekali hentakan Syam’un dapat menghancurkan rantai tersebut.
Karena penasaran, sang istri bertanya kepada Syam’un. “
Kamu ini kan manusia, pasti suatu saat akan mati juga. Tapi apa dan bagaimana kelemahanmu?”
“
Kelemahanku sebenarnya rambutku sendiri,” jawab Syam’un.
Lalu, pada suatu malam di saat orang-orang tidur, istri Syam’un memotong rambut suaminya yang panjang kemudian diikatkan ke badan Syam’un. Usaha istri Syam’un pun berhasil, sebab keesokan harinya Syam’un benar-benar tidak bisa bergerak.
Kabar ini segera diumumkan kepada semua kaum kafir, bahwa Syam'un sudah terjerat. Kemudian, Syam’un yang sudah tidak berdaya dibawa ke sebuah gedung untuk dieksekusi.
Pada saat itu, Allah menurunkan Malaikat Jibril as. untuk membantu Syam’un. “
Apa permintaanmu pada Allah?” tanya Malaikat Jibril as. kepada Syam’un.
Kemudian dijawab Syam’un, “
Aku hanya minta satu permintaan, yaitu kekuatan dari Allah.”
“
Bacalah Bismillah. Laa haula wa laa quwwata illa billah!” pesan Malaikat Jibril as.
Seketika itu juga, tiang-tiang yang menyangga gedung menjadi ambruk, seluruh gedung pun runtuh menimpa semua orang kafir, termasuk istri Syam’un hingga mereka semua meninggal dunia.
Ketika Rasulullah saw. menceritakan kisah ini kepada para sahabat, salah satu dari mereka ada yang bertanya, “
Ya Rasulullah! Berapa tahun Syam’un Al-Ghazi berperang melawan orang-orang kafir?”
“
70 tahun,” jawab Nabi saw.
“
Lalu, berapa besar pahalanya orang ini?” tanya sahabat kembali.
Sebelum dijawab oleh Nabi saw., Allah telah menurunkan jawaban yang terdapat pada (kandungan) surah Al-Qadr.
Wallahu A’lam
Sumber : Situs PBNU
ADS HERE !!!