Suatu waktu, Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an (PTYQ Kudus) akan mengadakan acara Haflatul Hidzaq (Khataman Al-Qur’an). Dalam musyawarah para khotimin, disepakati yang menjadi pembicara (penceramah) adalah KH. Dimyati Rois Kaliwungu.
Salah satu santri diutus untuk sowan di kediaman Abah Dim. Karena ia belum pernah melihat kediaman ataupun wajah Abah Dim, maka ia pun sering tanya-tanya orang. Setelah sampai di rumah Abah Dim, kebetulan di depan rumah ada sosok laki-laki paruh baya yang hanya memakai kaos oblong dan berpenampilan layaknya orang biasa. Ia pun memberanikan diri bersalaman tanpa mencium tangannya dan bertanya kepada orang tersebut, “Maaf, apa benar ini rumahnya Abah Dim? Kira-kira Abah Dimnya, ada nggak ya?”. Orang tersebut pun mempersilahkan masuk si santri, “Ada, silahkan masuk saja”.
Setelah si santri masuk ke dalam ruang tamu rumah Abah Dim, ia menunggu Abah Dim menemuinya. Beberapa saat kemudian, Abah Dim keluar dari ruang tengah rumahnya. Mak jleb, betapa kaget si santri, ternyata orang yang tadi duduk di depan rumah Abah Dim adalah Abah Dim sendiri, padahal ia tidak mencium tangan beliau dan tidak berperilaku layaknya santri kepada kyainya karena menganggap orang itu adalah orang biasa yang sedang duduk-duduk saja.
|
KH.M. Ulinnuha Arwani dan KH. Dimyati Rois |
Itulah gambaran kesederhanaan KH. Dimyati Rois (Abah Dim). Walaupun memiliki nama besar dan dikenal sangat ‘alim, namun beliau tidak pernah menunjukkan kebesaran namanya ataupun kebanggaan statusnya. Beliau tetap berpenampilan sederhana layaknya orang biasa dan tetap santun kepada siapapun.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Sumber: Kyai Atho’illah (Bumijawa, Tegal)
ADS HERE !!!