Sabar, adalah
satu kata yang terkadang mudah untuk diucap namun terasa sulit ketika diterapkan.
Sabar menjadi salah satu jalan menuju keridhaan Allah. Banyak orang yang sering
mendengar kata sabar, namun tidak tahu apa sebenarnya sabar itu? dan pahala apa
yang ia dapat ketika harus bersabar? Sabar bukanlah perilaku yang tiba-tiba
muncul, akan tetapi sabar haruslah dilatih dan diterapkan. Karena, ada yang
bilang bahwa sabar adalah ilmu tingkat tinggi. Sehingga jarang orang bisa
menguasainya kecuali orang yang mau berusaha mendapatkan dan melatihnya.
Sebagian orang
mengatakan bahwa sabar ada batasnya, padahal pendapat itu salah besar. Sabar tidaklah
terbatas, namun kemampuan dan ikhtiar seseorang dalam menerapkan sabarlah yang
berbeda-beda. Kesabaran orang biasa terkadang lebih baik daripada kesabaran orang
yang terhormat. Sebab, kesabaran bukanlah ilmu turunan atau warisan. Kesabaran harus
dilatih secara sungguh-sungguh. Karena dengan sabar itulah manusia akan
merasakan nikmat dan ketenangan hidup. Mau tidak mau, manusia harus bisa
bersabar, karena hidup adalah cobaan yang pasti akan memerlukan kesabaran dalam
menjalaninya.
Allah swt.
dan Rasulullah saw. banyak memberikan penjelasan tentang pentingnya bersabar
dalam menghadapi cobaan hidup.
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’ : 35)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” (QS.
Ali Imran : 200)
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
“Sesungguhnya,
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
(QS. Az-Zumar : 10)
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
"Barangsiapa
yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka Dia akan mengujinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ
وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا
كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
"Tidaklah
seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan, kesusahan, kesedihan, kesakitan
maupun keduka-citaan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan
menghapus dosa-dosanya sebab apa yang menimpanya itu." (HR. Bukhari
dan Muslim)
عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ
اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ
سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
"Besarnya pahala sesuai dengan besarnya
cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan
menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (dengan cobaan itu) maka
baginya keridhaan Allah, dan barangsiapa murka (dengan cobaan itu) maka baginya
kemurkaan Allah." (HR. Ibnu Majah)
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ
فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
"Ujian senantiasa menimpa orang mukmin pada
diri, anak dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu dosa
pun atasnya." (HR. Tirmidzi)
خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ
شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا
صَابِرًا مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَمَنْ
نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ
بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى
مَنْ هُوَ دُونَهُ وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى
مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا
"Ada
dua perkara yang barangsiapa memilikinya maka Allah akan mencatat dia sebagai
seorang yang pandai bersyukur dan penyabar, dan barangsiapa yang tidak memiliki
keduanya maka Allah tidak akan mencatat dia sebagai seorang yang pandai
bersyukur dan penyabar, yaitu barangsiapa yang melihat (mengukur) agamanya
dengan orang yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan barangsiapa
yang melihat (mengukur) dunianya dengan orang yang paling rendah darinya lalu
dia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya, maka Allah akan
mencatat dia sebagai seorang yang pandai bersyukur dan penyabar, namun
barangsiapa yang melihat agamanya dengan orang yang lebih rendah darinya dan
melihat dunianya dengan orang yang lebih tinggi darinya dan dia bersedih atas
dunia yang tidak didapatkannya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai seorang
yang pandai bersyukur dan penyabar." (HR. Tirmidzi)
Wallahu A’lam
al-Faqier
Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
05-02-15,
Kaliwungu Kota Santri