Sewaktu saya masih mondok di Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an (PTYQ Pusat) Kudus sekitar tahun 2002-2007, saya pernah mendengar cerita dari teman seangkatan saya yang sumbernya dari sopir pribadi Buya (KH.M. Ulinnuha Arwani) yang bernama Mas Ayi. Mas Ayi adalah santri senior yang juga menjadi khadim di Ndalem Buya. Mas Ayi bercerita:
“Suatu hari, saya pernah mengantar Buya ke Jakarta untuk menghadiri suatu acara. Pada saat baru sampai Kabupaten Karawang, Buya menyuruhku untuk mempercepat kecepatan mobil karena waktunya sudah mepet. Saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah bus yang menyalip kendaraan di depannya. Akhirnya, bus itu pun menyerempet mobil yang ditumpangi Buya, mobil Buya pun terlempar ke trotoar atau pembatas jalan. Subhanallah, kondisi saya, Buya dan Bu Nyai tidak apa-apa, bahkan mobilnya pun tidak lecet sama sekali. Sebelum tabrakan itu terjadi, Buya memang sempat menyuruhku untuk memejamkan mata. Jadi, itulah keistimewaan yang dimiliki Buya KH.M. Ulinnuha Arwani.”
Mas Ayi juga pernah bercerita bahwa Buya KH. Ulinnuha Arwani bisa membaca keluhan hati seseorang. Mas Ayi bercerita:
“Saat saya mengantar Buya ke suatu tempat, di tengah perjalanan, saya disuruh mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Biasa, jika mengisi full, terkadang petugas SPBU tidak memberi kembalian yang nominalnya kecil semisal 1000, 700 atau 500 rupiah. Dalam hati, saya memprotes ulah petugas SPBU tersebut. Tak disangka, Buya menasihatiku, “Ikhlaskan saja, anggap saja itu sedekahmu”. Saya kaget, padahal saya belum mengucap protes/keluhan saya pada petugas SPBU yang tidak mengembalikan kembaliaan saya tadi, tetapi Buya sudah mengetahui keluhan saya dan menasihatiku.”
Wallahu A’lam
ADS HERE !!!