Diceritakan, ketika Hasan Al-Bashri berceramah di hadapan jamaahnya, tiba-tiba datang seseorang yang matanya kehijau-hijauan. Melihat yang demikian Hasan Al-Bashri bertanya kepadanya: “Apakah memang begini engkau sejak dilahirkan oleh ibumu atau ini sebagai sebuah tanda?”. Orang yang baru datang itu berkata: “Memangnya engkau kenal kepadaku, wahai Abu Said?”. Hasan Al-Bashri bertanya: “Siapa engkau sebenarnya?”. Lelaki itu memperkenalkan dirinya di hadapan semua jama’ah yang ada di tempat itu. Hasan Al-Bashri berkata lagi: “Tolong ceritakan bagaimana kisahmu”.
Lelaki itu bercerita: “Dulu, aku mengangkut semua barang-barangku ke dalam kapal. Aku pun berlayar menuju Cina. Ketika sedang berlayar mengarungi lautan yang dalam, tiba-tiba angin bertiup kencang. Terjadi ombak yang begitu hebat dan kapal yang aku naiki pun terbalik. Rupanya ajalku belum tiba, aku dibawa oleh ombak ke tepian pantai. Aku terdampar di satu pulau yang tidak didiami oleh manusia. Empat bulan lamanya aku seorang diri di pulau itu. Makanan tidak ada kecuali daun-daunan dan batang kayu yang lapuk. Bahkan minuman pun tidak ada kecuali air mata yang senantiasa mengalir karena kesedihanku.
Tidak berdaya lagi menahan hidup seperti itu, aku pun bermaksud meninggalkan pulau itu dengan berenang menyeberangi lautan yang luas. Ketika sudah berenang mendekati laut yang ombaknya landai, tiba-tiba di hadapanku sudah ada istana yang pintunya dari perak. Aku buka pintunya, rupanya di dalamnya ada kamar-kamar dan beberapa ruang tamu yang lengkap dengan perhiasan. Di dalam istana itu juga ada beberapa buah peti yang dihiasi dengan permata. Aku buka salah satu peti itu. Aku dekati peti itu kemudian terasa semerbak aroma yang cukup harum. Aku buka perlahan-lahan, rupanya di dalam peti itu ada mayat yang masih segar seperti orang tidur. Aku tutup kembali peti itu kemudian aku keluar dari istana itu.
Baru saja turun dari tangga istana, aku bertemu dengan dua orang pemuda tampan dan sangat ramah. Mereka bertanya siapa aku dan aku pun menjelaskan asal muasalku. Mereka berkata: “Pergilah ke pohon itu. Di bawah pohon itu ada taman yang indah. Dan di situ, ada orang tua yang sedang mengerjakan sholat. Dia itu baik orangnya. Ceritakan dirimu dan keadaanmu kepadanya kemudian nanti dia akan menunjukkan jalan kepadamu”.
Aku pun pergi ke pohon yang mereka tunjukkan itu. Memang benar, di bawahnya ada seorang lelaki tua yang sedang duduk berzikir. Aku ucapkan salam kepadanya kemudian dia pun menjawabnya. Dia tanya siapa diriku kemudian aku pun menjelaskannya. Dia tanya mengapa aku sampai di tempat itu, kemudian aku ceritakan semuanya. Lelaki tua itu terdiam sejenak merenungkan perjalananku dan macam-macam yang aku lihat sebelumnya. Dia tanya lagi di mana kampungku kemudian aku ceritakan. Kemudian lelaki itu berkata: “Kalau begitu, duduklah dulu”.
Aku duduk sambil memperhatikan lelaki tua itu. Tidak lama kemudian datanglah kumpulan awan mendekati beliau. Anehnya, awan itu sanggup berbicara seperti manusia dengan mengucapkan: “Assalamu ‘alaikum, ya wali Allah”. Beliau menjawab salam awan itu kemudian awan itu pun berhenti di hadapan beliau.
Beliau bertanya kepada awan itu: “Kemana engkau hendak pergi?”. Awan itu menjawab: “Aku mau pergi ke kampung ini dan kampung ini”. Kemudian awan itu pun pergi seperti ditiup angin. Datang lagi awan-awan yang lain dan kesemuanya berhenti di hadapan beliau. Beliau bertanya lagi kepada awan yang datang kemudian: “Kemana engkau hendak pergi?”. Awan itu menjawab: “Aku mau pergi ke Basrah”. Beliau berkata: “Kalau begitu, turunlah dulu”. Awan itu turun dan berhenti di hadapan beliau. Beliau berkata: “Bawa orang ini ke depan rumahnya dengan selamat”.
Nampaknya awan itu sudah siap untuk membawaku. Sebelum berangkat, aku bertanya kepada orang tua itu: “Demi Tuhan yang telah memuliakan engkau, tolong ceritakan kepadaku apa itu istana tadi, siapa dua orang pemuda itu dan siapa engkau?”.
Orang tua itu berkata: “Istana yang engkau lihat tadi adalah tempat para syuhada yang gugur di laut. Orang-orang yang mati syahid di laut telah dibawa oleh malaikat. Mayat para syuhada itu mereka masukkan ke dalam peti yang dihiasi dengan emas dan permata, disemprot dengan wangi-wangian dan mereka masukkan (simpan) di dalam istana seperti yang engkau lihat tadi. Dua orang pemuda tampan yang engkau jumpai tadi adalah malaikat yang disuruh Allah untuk mengurus mereka pada waktu pagi dan petang. Sedangkan aku ini adalah Khidir. Aku dahulu memohon kepada Allah supaya berkumpul dengan umat nabimu, Muhammad SAW”.
Lelaki yang dibawa awan dan datang menjumpai Hasan Al-Bashri itu berkata lagi: “Sewaktu terbang bersama awan, aku terkejut karena melihat sesuatu yang mengejutkan. Dan itulah sebabnya mataku seperti yang engkau lihat ini”.
Mendengar yang demikian Hasan Al-Bashri berkata: “Sungguh mengagumkan pengalaman hidupmu”.
Wallahu A’lam
Oleh : Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqalani
ADS HERE !!!