“Maka Kami kirimkan kepada mereka tofan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. Al-A’raf: 133)
Bukti-bukti kebenaran Nabi Musa as. yang disebutkan Allah swt. di sini hanya lima, sedang pada surah Al-Isra' ada sembilan yaitu:
1.) Air bah. Bahwa Mesir di waktu itu dilanda hujan yang sangat deras hingga menimbulkan banjir yang menenggelamkan tanah-tanah mereka dan merusakkan tanaman dan buah-buahan mereka. Tersebutlah kisah tentang banjir itu dalam Taurat, yakni pada Kitab Keluaran pasal 9 ayat 13 dan seterusnya:
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Fir‘aun, dan katakanlah kepadanya: ‘Beginilah firman Tuhan, Allah orang Ibrani: ‘Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku. Sebab sekali ini Aku akan melepaskan segala tulah-Ku terhadap engkau sendiri, terhadap pegawai-pegawaimu dan terhadap rakyatmu, dengan maksud supaya engkau mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti Aku di seluruh bumi. Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi; akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi. Engkau masih selalu menghalangi umat-Ku, sehingga engkau tidak membiarkan mereka pergi. Sesungguhnya besok kira-kira waktu ini, Aku akan menurunkan hujan es yang sangat dahsyat seperti yang belum pernah terjadi di Mesir sejak Mesir dijadikan sampai sekarang ini . . . ”
Selanjutnya, Allah menyebutkan pada ayat berikutnya dalam pasal ini, bagaimana hujan es itu turun beserta api dari langit. Dan diceritakan pula oleh-Nya betapa dahsyatnya bencana tersebut yang meliputi seluruh Mesir, dan akhirnya Fir‘aun meminta Musa dan Harun datang lalu mengakui kesalahannya, serta meminta kepada keduanya supaya berdoa kepada Tuhan agar menghentikan bencana ini dari seluruh Mesir. Bahkan berjanji kepada mereka berdua akan membebaskan Bani Israil. Kemudian pasal ini diakhiri dengan keterangan:
Lalu keluarlah Musa dari kota itu meninggalkan Fir‘aun, dikembangkannyalah tangannya kepada Tuhan, maka berhentilah guruh dan hujan es dan hujan tidak tercurah lagi ke bumi.
2.) Belalang. Ini disebutkan dalam Taurat setelah air bah. Di situ diterangkan, bahwa Fir‘aun ternyata tetap keras hati. Dia tak mau melepaskan Bani Israil. Maka Tuhan memberitahu Musa lalu diperintahkan supaya memberi peringatan kepada Fir‘aun bahwa Allah akan mengirim belalang ke seluruh Mesir. Belalang-belalang itu akan memakan habis tanaman dan pohon yang masih selamat dari air bah, dan akan memenuhi istana Fir‘aun dan rumah-rumah pegawainya, bahkan seluruh rumah orang-orang Mesir. Dan Musa pun melaksanakan perintah Tuhan itu. Namun Fir‘aun ternyata menolak orang-orang lelaki Bani Israil pergi beribadah kepada Tuhan mereka, yang boleh hanya orangorang perempuan, anak-anak dan binatang ternak. Oleh sebab itu, Musa kemudian mengulurkan tongkatnya ke atas tanah Mesir atas perintah Tuhan. Dan Tuhan pun mengirimkan angin dari timur yang membawa belalang ke tanah Mesir. Belalang-belalang itu, kemudian menutupi seluruh permukaan bumi hingga bumi menjadi gelap. Segala rumput dimakannya dan semua buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh hujan es dulu kini dilalap habis, sampai tidak tersisa sedikit pun barang yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir. Dikatakan pula pada pasal yang sama, bahwa Fir‘aun kemudian memanggil Musa dan Harun dan sekali lagi dia mengakui kesalahannya, meminta kepada keduanya kata maaf, dan supaya berdoa kepada Tuhan sembahan Musa dan Harun, agar berkenan menjauhkan bahaya maut ini. Musa dan Harun mengabulkan permintaannya. Dan Allah pun mengirimkan angin dari barat yang membawa belalang-belalang itu seluruhnya lalu dilempar ke dalam laut Merah.
3.) Kutu, yakni lalat kecil. Dalam Taurat diterangkan bahwa nyamuk dan lalat adalah termasuk sepuluh wabah yang diberikan Tuhan kepada Fir‘aun dan kaumnya, supaya mereka melepaskan Bani Israil bersama Musa. Dalam Kitab Keluaran pasal 8 dikatakan, bahwa Musa telah memperingatkan Fir‘aun, bahwa lalat akan memasuki istananya, rumah-rumah pegawainya dan seluruh rumah kaumnya. Lalat itu akan merusak, tetapi tidak memasuki rumah-rumah Bani Israil yang tinggal di tanah Gasyen. Diterangkan pula, bahwa ancaman Musa itu benar-benar terjadi, dan rusaklah bumi akibat lalat-lalat itu.
4.) Katak. Dalam Kitab Keluaran disebutkan:
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Pergilah menghadap Fir‘aun dan katakan kepadanya: Beginilah firman Tuhan: ‘Biarkanlah umat-Ku pergi supaya mereka beribadah kepada-Ku; jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan menulahi seluruh daerahmu dengan katak. Katak-katak akan mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istanamu dan kamar tidurmu, ya sampai ke dalam tempat tidurmu, ke dalam rumah pegawai-pegawaimu dan rakyatmu, bahkan ke dalam pembakaran rotimu serta ke dalam tempat adonanmu. Katak-katak itu akan naik memanjati engkau, memanjati rakyatmu dan segala pegawaimu.”
Disebutkan pula di situ, bahwa Fir‘aun kemudian meminta kepada Musa supaya berdoa untuknya kepada Tuhannya, agar katak-katak itu dilenyapkan. Permintaan Fir‘aun itu dikabulkan. Demikian seterusnya, yang akhirnya diterangkan:
“Dan Tuhan melakukan seperti yang dikatakan Musa, sehingga katakkatak itu mati lenyap dari rumah, dari halaman dan dari ladang. Dikumpulkan oranglah bangkai-bangkainya bertumpuk-tumpuk, sehingga tanah itu berbau busuk.”
5.) Darah. Air dari orang-orang Mesir berubah menjadi darah. Kitab Keluaran pasal 7 mengatakan, bahwa Tuhan telah menyuruh Musa supaya memperingatkan Fir‘aun akan hal itu. Musa melaksanakan perintah itu, dan sesudah itu Tuhan berfirman kepada Musa:
“Katakanlah kepada Harun: ‘Ambillah tongkatmu, ulurkanlah tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu’.”
Dikatakan pula di sana, bahwa Musa dan Harun kemudian melaksanakan perintah Tuhan itu, maka sampai ikan-ikan di sungai pun mati, sedang sungai itu sendiri berbau busuk. Maka orang-orang Mesir tak bisa minum darinya.
Itulah tadi lima tanda bukti yang dengan itu Allah memperkuat rasul-Nya Musa as. Di antara kelima ayat atau tanda bukti itu memang tidak ada yang bertentangan dengan keterangan yang ada dalam Taurat dan tidak ada dalil yang menguatkannya. Jadi, bagi kita hendaknya cukup bersandar pada apa yang tercantum dalam Al-Qur'an, tak perlu menambah-nambahi.
Sumber : Tafsir Al-Maraghi