Abu Dujanah, salah satu sahabat Rasulullah saw., ditegur oleh Rasul pada suatu hari karena ia selalu terburu-buru pulang usai shalat jamaah. Dikatakan kepadanya, kenapa kamu selalu terburu, marilah dzikiran bersama kami.
Abu Dujanah berkata, “saya ada udzur, Ya Rasul, halangan, sehingga harus selalu bergegas pulang”.
“Apa udzurmu?” tanya Rasulullah
Ia menceritakan bahwa keluarganya fakir miskin sampai anak-anaknya kerap kelaparan. Di sebelah rumahnya, tumbuh pohon kurma. Milik tetangga. Sebagian dahannya menjuntai ke rumahnya. Bila angin bertiup kencang, kerap buah-buah kurma yang masih basah berjatuhan ke tanah Abu Dujanah. Anak-anaknya pun berebutan memungutinya dan memakannya dengan bersemangat. Maklum, lapar. Buah-buah kurma yang jatuh itu bisa mengurangi rasa lapar itu.
Nah, inilah kegiatan rutin yang selalu membuat udzur Abu Dujanah.
Ia selalu menyegerakan pulang dari masjid dalam maksud mencegah anak-anaknya yang kelaparan memakan kurma-kurma yang berjatuhan itu. Ia sungguh khawatir mereka memakan dan menelan kurma-kurma milik tetangga itu.
Maka jika dilihatnya anak-anak telah memasukkan kurma-kurma itu ke dalam mulut, ia akan merogoh mulut anak-anak itu agar mengeluarkan kurma-kurma itu. Anak-anak pun kerap menangis kecewa dan lapar.
Abu Dujanah melakukan itu setiap saat sembari berkata, “Keluarkanlah, janganlah kalian menyusahkan ayah di hari pembalasan karena keharaman kurma-kurma yang kalian telan ini.”
Lalu Abu Dujanah selalu dan selalu memunguti dan mengumpulkan kurma-kurma yang jatuh sendiri, yang tanggal dihembus angin itu, termasuk sisa-sisa yang kadung dikunyah oleh anak-anaknya, lalu mengantarkannya kepada tetangganya si pemilik batang kurma itu.
Rasulullah saw. menitikkan airmata. Menangis. Haru dan bangga pada kewara’an Abu Dujanah di tengah kefakiran yang membuat anak-anaknya lapar perihal jaminan kehalalan kurma itu.
Abu Bakar lalu nenebus sebatang kurma itu dari pemiliknya dengan menukarkan sepuluh batang pohon kurma terbaik di Madinah miliknya dan memberikannya kepada Abu Dujanah.
Rasulullah saw. berkata pada Abu Bakar, “Aku menjamin pengembalian sepuluh batang kurmamu, wahai Abu Bakar.” Maksudnya, Rasulullah-lah yang memastikan langsung kepada Abu Bakar bahwa Allah-lah yang akan memberikan balasan kemuliaan kepadanya dengan doa langsung Rasulullah saw.
Mari jaga mutu halalan thayyiban makanan dan minuman kita sebagaimana dalamnya iman Abu Dujanah. Di antaranya ialah dgn tdk memanfaatkan situasi pegebluk ini untuk meraup untung berlipat-lipat dengan menjual barang-barang kebutuhan semahal-mahalnya mumpung lagi dibutuhkan/laris banget. Itu jauh dari wara’, sangat tercela, hina, jahat, mengundang bala’-Nya. Status perbuatan tersebut bisa diqiyaskan setara dengan hukum haram riba.
Penulis: KH. Dr. Edi Mulyono, Wakil Ketua LTN PWNU DIY.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!