Dalam kitab Badzlul Maun Fi Fadlit-Thaun karya Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani. Pada halaman 328-331:
“Sedang berkumpul untuk thaun (wabah/pandemi), seperti tata cara shalat istisqa adalah bid’ah yang baru dilakukan pada waktu terjadi thaun hebat tahun 749 H. Keterangan itu kulihat dalam kitab al-Juz nya Imam al-Manbaji setelah beliau tidak setuju dengan orang-orang yang mengumpulkan masyarakat; mereka berdoa dan melangitkan doa dengan suara tinggi sampai menjerit-jerit. Itu terjadi tahun 764 H. ketika thaun terjadi di Damaskus yang dimulai tahun 749 (telah 15 tahum berlalu). Masyarakat berbondong-bondong menuju lapang luas dan tempat-tempat luas negara. Mereka berdoa dan beristighatsah. –Bukan semakin membaik– Thaun malah menjadi-jadi setelah itu dan menyebar kemana-mana. Padahal sebelum mereka berdoa, Thaun lebih ringan.
Qultu/Kukatakan (Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani): Inipun juga terjadi di zaman kita. Waktu awal terjadi thaun di Kairo tahun 833 H. tanggal 27 Rabiul Akhir. Sebelum diadakan doa bersama. Yang meninggal dibawah 40 orang. Lalu masyarakat keluar di padang luas pada tanggal 4 Jumadil Ula, setelah sebelumnya dihimbau untuk puasa 3 hari seperti shalat istisqa. Mereka berkumpul, berdoa bersama sejaman, lalu pulang. Setelahnya, tidak sampai satu bulan, yang wafat perharinya di Kairo 1000 orang! Dan terus bertambah,”
|
Makam Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani |
Pada masa itu. Ulama terpecah menjadi dua. Ada yang menganjurkan berkumpul istighatsah dll. Namun ada yang seperti Syaikh Ibnu Hajar, diam di rumah seraya pasrah; tawakkal pada-Nya.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!