Dalam Sahih Al-Bukhari dan lainnya terdapat sebuah hadis tentang Ummul ‘Ala' bahwa ia berkata, ketika Usman bin Mazh‘un meninggal dunia, maka saya berkata, “Rahmat Allah atasmu, hai Abus Sa'ib. Sesungguhnya Allah Ta‘ala benar-benar memulia-kan kamu.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Dari manakah kamu tahu bahwa Allah memuliakan dia. Adapun dia memang benar-benar telah datang kepadanya Al-Yaqin (maut) dari Tuhan-nya. Namun sesungguhnya aku benar-benar berharap dia men-dapat-kan kebaikan. Dan demi Allah aku sendiri —sekalipun aku adalah Rasul Allah— tidaklah tahu apa yang akan diperlakukan terhadap diriku maupun terhadap diri kalian.” Maka Ummul ‘Ala' berkata, “Demi Allah, maka aku tidak menyucikan (seorang pun) sesudah Ibnu Mazh‘un itu selama-lamanya.”
Sedang menurut riwayat At-Tabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, bahwasanya setelah Ibnu Mazh‘un meninggal dunia, maka berkatalah istrinya atau seorang wanita lainnya, “Berbahagialah kamu hai Ibnu Mazh‘un dengan memperoleh surga.” Maka Rasulullah saw. memandang wanita itu dengan pandangan marah seraya bersabda, “Dari manakah kamu tahu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah benar-benar utusan Allah. Namun aku tidak tahu apa yang akan Allah perlakukan terhadap diriku.” Maka berkatalah wanita itu, “Ya Rasulullah, sahabat engkau dan firasat engkau dan engkau sendirilah yang lebih tahu.” Rasul bersabda, “Aku berharap dia memperoleh rahmat Tuhannya Yang Mahatinggi, namun aku khawatir mengenai dosanya.”
Sekelas Nabi Muhammad saw. saja merasa belum dijamin masuk surga dan merasa tidak bisa menjamin seseorang untuk masuk surga. Masa kita yang banyak dosa tidak malu kepada nabinya yang mengajarkan kerendahan hati.
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!