Peperangan Karbala
Singkat cerita, bertemulah dua pasukan. Husein pun juga telah mengingatkan kedua pasukan agar takut kepada Allah. Bahkan diceritakan bahwa Husein menjadi Imam shalat Dhuhur dan Ashar bagi kedua pasukan di hari Kamis. Akan tetapi, peperangan yang sangat tidak imbang antara 73 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5000 pasukan Irak tetap terjadi keesokan harinya. Diriwayatkan ada 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Al-Hurru pun dicemooh oleh pasukan Irak, namun dia menjawab dengan tegas "Demi Allah, aku lebih memilih surga walaupun diriku dibunuh dan dibakar".
Pagi hari Jum’at, peperangan terjadi. Tewaslah semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad saw. Namun ada Syamr bin Dzi al-Jausyan (semoga Allah menghinakannya) melemparkan panah lalu mengenai Husein. Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya. Husein akhirnya syahid, semoga Allah meridhainya. Ada yang mengatakan bahwa Syamr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas An-Nakha'i, Allahu a’lam. Yang perlu pembaca ketahui, Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas dahulunya adalah pembela Ali (Syiah-nya Ali) di Perang Shiffin. Tapi mereka jugalah yang menjadikan Husein terbunuh.
Ini adalah sebuah kisah pilu yang sangat menyedihkan, celaka dan terhinalah orang-orang yang turut serta dalam pembunuhan Husein dan Ahlul Bait yang bersamanya. Bagi mereka kemurkaan dari Allah. Semoga Allah merahmati dan meridhai Husein dan orang-orang yang tewas bersamanya. Di antara Ahlul Bait yang terbunuh bersama Husein adalah :
1.) Anak-anak Ali bin Abi Thalib : Abu Bakar, Muhammad, Utsman, Ja’far, dan Abbas.
2.) Anak-anak Husein bin Ali : Ali al-Akbar dan Abdullah.
3.) Anak-anak Hasan bin Ali : Abu Bakar, Abdullah, Qasim.
4.) Anak-anak Aqil bin Abi Thalib : Ja’far, Abdullah, Abdurrahman, dan Abdullah bin Muslim bin Aqil.
5.) Anak-anak dari Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib : ‘Aun dan Muhammad.
Terbunuhnya Husein sudah diketahui oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya Jibril as. datang kepada Nabi saw. “…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein, wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mau, akan aku tunjukkan tempat dimana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam kitab Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini hasan). Adapun berita-berita bahwa langit menurunkan hujan darah, dinding-dinding berdarah, batu yang diangkat lalu dibawahnya terdapat darah, dan lain sebagainya. karena sedih dengan tewasnya Husein, berita-berita ini tidak bersumber dari rujukan yang sahih.
Benarkah Sikap Husein ra. Pergi ke Irak?
Tidak ada kemaslahatan dalam hal dunia maupun akhirat dari sikap Husein ra. yang keluar menuju Irak. Oleh karena itu, banyak sahabat Nabi yang berusaha mencegahnya dan melarangnya berangkat ke Irak. Husein pun menyadari hal itu dan ia sempat hendak pulang, namun anak-anak Muslim bin Aqil memintanya mengambil sikap atas terbunuhnya ayah mereka. Husein dengan penuh tanggung jawab tidak lari dari permasalahan ini. Dari peristiwa ini tampaklah kezaliman dan kesombongan orang-orang Kufah (Syiah-nya Husein) terhadap Ahlul Bait Nabi saw.
Sekiranya Husein ra. menuruti nasihat para sahabat tentu tidak terjadi peristiwa ini, akan tetapi Allah telah menetapkan takdir-Nya. Terbunuhnya Husein ini, tentu saja tidak sebesar peristiwa terbunuhnya para Nabi, semisal dipenggalnya kepala Nabi Yahya oleh seorang raja, karena calon istri raja tersebut meminta kepala Nabi Yahya bin Zakariya sebagai mahar pernikahan. Demikian juga dibunuhnya Nabi Zakariya oleh Bani Israil, dan nabi-nabi lainnya. Demikian juga dengan dibunuhnya Umar, Utsman dan Ali. Semua kejadian itu lebih besar dibanding dengan peristiwa dibunuhnya Husein ra.
Bagaimana Sikap Kita Terhadap Peristiwa Karbala?
Tentu saja kematian Husein adalah musibah bagi kaum muslimin. Akan tetapi tidak diperbolehkan bagi umat Islam, apabila disebutkan tentang kematian Husein, maka ia meratap dengan memukul-mukul pipi atau merobek-robek pakaian, atau bentuk ratapan yang semisalnya. Nabi saw. bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang-orang yang menampar-nampar pipi dan merobek saku bajunya.” (HR. Bukhari).
Seorang muslim yang baik, apabila mendengar musibah ini hendaknya ia mengatakan sebuah kalimat yang Allah tuntunkan dalam firman-Nya :
“Orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka mengatakan, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Tidak pernah diriwayatkan bahwa Ali bin Husein atau putranya Muhammad, atau Ja’far ash-Shadiq atau Musa bin Ja’far ra., para imam dari kalangan Ahlul Bait maupun selain mereka pernah memukul-mukul pipi mereka, atau merobek-robek pakaian atau berteriak-teriak, dalam rangka meratapi kematian Husein. Tirulah mereka kalau engkau tidak bisa serupa dengan mereka, karena meniru orang-orang yang mulia itu adalah kemuliaan.
Tidak seperti orang-orang yang mengaku Syiah (pembela) Husein, Syiah-nya Ahlul Bait Nabi pada hari ini, mereka merusak anggota tubuh, memukul kepala dan tubuh dengan pedang dan rantai, mereka katakan kami bangga menyucurkan darah bersama Husein. Demi Allah, sekiranya mereka berada pada hari dimana Husein terbunuh mereka akan turut serta dalam kelompok pembunuh Husein karena mereka adalah orang-orang yang selalu berkhianat.
Posisi Yazid Dalam Peristiwa Ini
Dalam permasalahan ini, Yazid sama sekali tidak turut campur. Aku mengatakan hal ini bukan untuk membela Yazid tetapi hanya untuk mendudukan permasalahan yang sebenarnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Husein. Ini adalah kesepatakan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan Ubaidullah bin Ziyad agar mencegah Husein untuk memasuki wilayah Irak. Ketika Yazid mendengar tewasnya Husein, Yazid pun terkejut dan menangis. Setelah itu Yazid memuliakan keluarga Husein dan mengamankan anggota keluarga yang tersisa sampai ke daerah mereka. Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Yazid merendahkan perempuan-perempuan Ahlul Bait lalu membawa mereka ke Syam, ini adalah riwayat yang batil. Bani Umayyah (keluarga Yazid) selalu memuliakan Bani Hasyim (keluarga Rasulullah).
Sebelumnya Yazid telah mengirim surat kepada Husein ketika di Mekah, ternyata saat surat itu tiba Husein telah berangkat menuju Irak. Surat itu berisikan syair dari Yazid untuk melunakkan hati Husein agar tidak berangkat ke Irak dan Yazid juga menyatakan kedekatan kekerabatan mereka. Bibi Yazid, Ummu Habibah adalah istri Rasulullah dan kakek (buyut) Yazid dan Husein adalah saudara kembar.
Keadaan Potongan Kepala Husein
Tidak ada riwayat yang sahih yang menyatakan bahwa kepala Husein dikirim kepada Yazid di Syam. Husein tewas di Karbala dan kepalanya didatangkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. Tidak diketahui dimana makamnya dan makam kepalanya.
Ada kisah tentang azab yang diterima oleh Ubaidullah bin Ziyad (otak pembunuhan Husein). Diceritakan bahwa Ubaidullah matinya terbunuh juga. Ketika kepalanya dibawa, banyak ular yang menggelung di kepala Ubaidullah.
Komentar para Imam akan pembunuhan Husein
1.) Sayyidina Anas bin Malik saat mengetahui bahwa kepala Husein dibawa ke hadapan Ubaidullah dan mulut Husein disumpal dengan tombak, maka beliau berkata: "Celakalah kamu! Aku pernah melihat Rasulullah mencium mulut yang kau sumpal dengan tombakmu itu". Kata beliau dengan nada sedih.
2.) Imam Ibrahim An-Nakha'i berkata: "Kalau saja aku termasuk orang yang terlibat akan pembunuhan Husein dan kemudian aku dimasukkan ke surga, maka aku tidak akan mau lewat di hadapan Rasulullah (karena malu) kemudian beliau melihat wajahku (dengan penuh kemarahan)".
3.) Diriwayatkan dengan sanad hasan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah mencintai orang yang mencintai Husein”. Pantaskah orang yang membunuh Husein dicintai Allah?
Sikap-sikap beberapa Golongan akan peristiwa Karbala ini
1.) Golongan Nashibah (Para pembenci Ahli Bait) mengatakan bahwa Husein terbunuh dengan haq, karena Husein akan melakukan pemberontakan. Tentu ini salah. Seperti sejarah yang telah kami paparkan tadi bahwa Husein tidak berkeinginan untuk memberontak pemerintahan.
2.) Golongan Syi'ah : Seharusnya memang Ahli Bait yang boleh menjadi khalifah.
3.) Golongan Ahlus Sunnah : Husein terbunuh karena dizalimi, dan beliau tidak menjadi Imam. Dan dengan tegas, kami nyatakan, Imam Husein mati syahid.
Kebid'ahan yang dilakukan oleh Syi'ah dalam memperingati kematian Husein.
Seperti yang telah maklum, bahwa orang-orang syi'ah pada Hari 'Asyura akan melukai diri mereka hingga berdarah-darah sebagai ungkapan kesedihan atas kematian Husein. Tentu hal ini sangat jauh menyimpang dari syari'at Islam yang mana Rasulullah sendiri melarang untuk meratapi kematian seseorang dengan melukai diri sendiri. Kemudian kebid'ahan lain yang mereka desuskan adalah barang siapa yang berziarah ke makam Husein pada hari Arafah maka pahalanya sama dengan 1000 kali hajinya Rasulullah. Hanya orang gila yang punya pendapat seperti ini.
Ya Rasulullah! Sekiranya jika ada kesalahan dalam postinganku ini, semoga engkau berkenan meluruskanku dengan caramu. Aku hanya ingin mengetahui kebenaran sejarah terbunuhnya cucumu ini agar muslimin umatmu tak terkena fitnah yang keji.
Wallahu A’lam
Sumber : Kitab Huqbah min at-Tarikh dan argumen Gus Aniq Makki