Siapa yang tidak mengenal beliau Habib Luthfi bin Ali bin Yahya dari kota Pekalongan, yang mana setiap dakwahnya selalu tidak lupa untuk menyampaikan sangat pentingnya untuk mencintai tanah air yaitu negara Indonesia. Dalam setiap momen itulah yang beliau tekankan.
Seekor Kambing Tunduk Kepada Habib Luthfi
Pada awalnya acara Maulid Nabi di Kanzus Shalawat diadakan setiap malam Jum'at Kliwon. Waktu itu pengajian Jum'at Kliwon belum seramai saat ini dan belum ada Gedung Kanzus Shalawat. Menurut KH. Zakaria Anshar (santri senior Habib Luthfi yang mulai ngaji sejak 1985 sebelum masuk ke pesantrennya Mbah Maimun Sarang), Habib Luthfi sudah melaksanakan peringatan Maulid Nabi sejak tinggal di Noyontaan Gang 7, tepatnya di belakang Gedung Kanzus Shalawat sekarang, sebelum pindah ke Gang 11. Menurut Kiai Zakaria, Habib Luthfi telah menyelenggarakan Maulid Nabi di kediamannya jauh sebelum tahun itu.
Ada cerita menarik pada saat Maulana Habib Luthfi mengadakan Maulid Nabi di Gang 7, jauh sebelum Gedung Kanzus Shalawat berdiri, dan sebelum pindah ke Gang 11. Bapak Abidin (Habib Luthfi memanggilnya Din Towil) saksi mata mengisahkan kepada penulis.
Pada Maulid perdana Habib Luthfi hendak menyembelih seekor kambing. Kambing tersebut diikat di pohon "jaran". Saat tiba waktu disembelih, Mbah Jufri (teman seperguruan Habib Luthfi pada saat ngaji di KH. Abdul Fatah Jenggot Pekalongan) yang ditugaskan mengambil kambing terkejut, karena saat ditarik kambing itu kabur.
Habib Luthfi bin Yahya hanya tertawa sambil berkata, “Wedus go ngormati Kanjeng Nabi kok mlayu”. (Kambing untuk menghormati Nabi kok malah kabur)
Tak lama setelah Habib Luthfi berkata demikian, kambing itu menghampiri Habib Luthfi dan menjatuhkan diri di hadapan beliau. Kambing itu lalu disembelih sendiri oleh Habib Luthfi bin Yahya tanpa perlu bantuan orang.
Mbah Jufri kemudian berteriak, "Kambing wae weruh Kanjeng Nabi, ingsun menungso ora paham! (Kambing saja tahu kedudukan Kanjeng Nabi, aku manusia tapi tidak paham!)".
|
Habib Luthfi muda dirangkul gurunya, Syaikh Abdul Malik |
10 Dukun Menguji Kesaktian Habib Luthfi bin Yahya
Kisah ini bermula ketika 10 orang dukun yang ingin menguji Habib Luthfi. Dukun yang terlihat angkuh dengan ilmu yang mereka punya ingin melihat seberapa besar karomah Habib Luthfi.
10 dukun itu mulai membacakan mantra pada keris yang mereka yakini sangat hebat itu, mereka meyakini keris itu adalah keris legenda.
Lalu setelah para dukun itu mengeluarkan keris yang mereka yakini keris legenda, entah apa yang mereka baca terhadap keris itu, komat-kamit tidak jelas. Setelah mereka membaca mantra, lalu mereka menyuruh Habib Luthfi mengambil keris legenda itu.
Dukun itu berkata : "Ambillah jika Habib mampu!."
Habib Luthfi dengan tegas menolak tantangan itu. Beliau balik bertanya : "Untuk apa dan atas dasar apa Anda menantang saya?"
Lalu salah satu dari dukun itu menjawab : "Kami ingin tahu apa kelebihanmu, kok murid-muridmu banyak, bahkan juga ada di mana-mana. Dan apa benar Habib ini Wali Allah, kok banyak yang suka dan mencintaimu."
Lalu diletakkanlah keris itu persis di depan Habib Luthfi. Lalu dukun itu berkata : "Ambil jika Habib mampu!."
Habib Luthfi hanya tersenyum sambil jalan membawa sapu lantai dan disapunya keris itu dengan mudahnya tanpa membuang-buang tenaga.
Ke 10 dukun itu kaget saat melihat keris itu dengan mudah disapu Habib Luthfi.
Lalu para dukun itu berkata: "Kok bisa ya, hanya dengan menyapu saja, walaupun sebenarnya sudah saya perlihatkan tak ada seorang pun yang bisa mengambil keris itu."
Setelah itu, Habib Luthfi bin Yahya mencabut bulu rambut yang ada di kepalanya dan menempatkannya persis di depan 10 dukun itu.
Beramai-ramailah dukun itu dengan sekuat tenaga mengambil satu helai bulu rambut Habib Luthfi. Tetapi apa dikata, tidak satu orang pun dari mereka yang dapat mengambil bulu rambut itu.
Pada akhirnya 10 dukun itu segera mohon maaf pada Habib Luthfi dan bahkan bersedia menjadi murid Habib Luthfi hingga saat ini. Semoga manfaat dan memberi kepercayaan kita mengenai kekuasaan Allah atas Wali-Nya.
Wallahu A’lam
Dikutip dari buku "Sejarah Maulid Nabi, Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H) hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947-Sekarang)", halaman 192 karya Ust. Ahmad Tsauri