Kaliwungu, adalah sebuah kota kecil yang berada dalam lingkup Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Kota ini diapit oleh Kota Kendal di sebelah baratnya dan Kota Semarang di sebelah timurnya. Kota ini lahir pada sekitar abad 15 M.
Dalam sejarahnya, kota ini didirikan oleh Panembahan Djoeminah. Tetapi jauh sebelum kedatangan Panembahan Djoeminah, ada seorang ulama yang sudah dulu tinggal dan menyebarkan Islam di kota ini. Ulama itu dikenal dengan nama Sunan Katong atau Kyai Katong. Sunan Katong bahkan sempat mendirikan padepokan (pesantren) yang di antara santrinya yaitu, Tumenggung Pakuwojo.
Pada sekitar abad 16 Masehi (sebagian versi 17 Masehi), kota ini kedatangan ulama yang sangat alim utusan dari Kasultanan Mataram Islam Jogja. Ulama tersebut bernama Kyai Asy’ari atau masyarakat Kaliwungu menyebutnya Kyai Guru. Dari sinilah mulai berdatangan para pencari ilmu (santri) yang belajar atau mengaji kepada Kyai Guru. Kyai Guru pun akhirnya mendirikan pesantren di kota kecil ini. Sehingga tempat tinggal Kyai Guru dikenal masyarakat dengan nama Kampung Pesantren. Ada beberapa santri Kyai Guru yang menjadi ulama besar, seperti KH. Sholeh Darat Semarang, KH. Musa Kaliwungu, KH. Ahmad Bulkin Mangkang, KH. Ahmad Rifa’i Kendal, KH. Anwaruddin Kriyan Cirebon, dan masih banyak lagi.
Setelah kedatangan Kyai Guru inilah muncul benih-benih lahirnya para kyai di kota kecil ini. Di wilayah Kaliwungu dan sekitarnya, ada nama KH. Musa (Kyai Musa Bobos) yang melahirkan putra-putra yang sebagian besar menjadi ulama, seperti;
1.) KH. Abdurrahman
2.) KH. Abdul Hamid (Kendal), melahirkan KH. Ahmad, KH. Wildan, dll.
3.) KH. Chasan (Ketua MUI Jateng)
4.) KH. Abdullah Wiryodikromo, melahirkan KH. Ahmad Ru’yat
5.) KH. Abdurrasyid, melahirkan KH. Maksum, KH. Umar, KH. Utsman, KH.A. Badawi, dll.
6.) KH. Idris (Kendal), melahirkan KH. Ali, KH. Nuri, KH. Chozin, dll.
7.) KH. Muhsin, melahirkan KH. Sahir, KH. Musthofa, dll.
8.) KH. Irfan, melahirkan KH. Abd. Aziz, KH.A. Dum, KH. Humaidullah, KH. Ibadullah, dll.
9.) KH. Ridwan, melahirkan K. Ahmad, KH. Asror, dll.
Dari putra-putra Kyai Musa Bobos tersebut, kemudian lahirlah beberapa keturunan (anak dan cucu) yang menjadi ulama dan penerus perjuangan orangtuanya dalam mensyiarkan ilmu agama di Kaliwungu dan sekitarnya.
Selain dari itu, ada juga ulama yang muncul dan lahir diluar dari keluarga besar Kyai Musa Bobos, di antaranya yaitu; Kyai Abdul Karim (sahabat Syaikh Nawawi Al-Bantani), Kyai Ahmad Abdul Karim (Kp. Petekan), Kyai Musyafa’ (Kp. Losari), Kyai Barmawi (Kp. Kauman), Kyai Misri, Kyai Syamilah, Kyai Rifa’i, Kyai Ahmad Nur, Kyai Mimbar (Kp. Sawahjati), Kyai Masrur, Kyai Ibrahim (Kp. Kranggan), Kyai Subhi (Kp. Kenduruan), Kyai Irfan bin Asy’ari (Kp. Kembangan), Kyai Fauzan Irfan (Kp. Kembangan), Kyai Muchlas (Kp. Djagalan), Kyai Muqri, Kyai Abu Khoir (Kp. Sarean), Kyai Ali (Kp. Kranggan Lor), Kyai Misbah (Kp. Setamanan), Kyai Abdul Wahab (Kp. Kembangan), Kyai Juwaini (Kp. Demangan), Kyai Ahmad (Kp. Kembangan), Kyai Muhtarom (Kp. Kapulisen), Kyai Mawardi (Kp. Sarimanan Kulon), Kyai Mahfudz Sarbini (Kp. Kapulisen), Kyai Mahfudz Mimbar (Kp. Sawahjati), Kyai Asyhari (Kp. Plembungan), Kyai Musa (Kp. Pandean), Kyai Irsyad (Kp. Pesantren), Kyai Abdul Latif bin Hasan Ali, dan masih banyak lagi ulama besar yang muncul dan lahir di Kaliwungu.
Dari puluhan ulama yang muncul dan lahir di kota kecil ini, banyak yang mendirikan pesantren, madrasah dan majlis-majlis ta’lim. Dari situlah, kemudian menarik banyak pencari ilmu (santri) yang berbondong-bondong mondok di kota kecil ini. Baik itu berasal dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan dari luar Pulau Jawa.
Dan diantara santri-santri yang pernah mondok di kota kecil ini, banyak yang menjadi ulama besar di wilayahnya masing-masing, seperti; KH. Sholeh Darat (Semarang), KH. Anwaruddin Kriyan (Cirebon), KH. Ahmad Bulkin (Mangkang), KH. Idris Kamali (Jombang), KH. Amin Sepuh (Cirebon), KH. Raden Asnawi (Kudus), KH. Imam Abdul Mun’im (Cirebon), KH. Abu Bakar Sofwan (Cirebon), KH. Yusuf Junaidi (Bogor), KH. Abuya Dimyati (Pandeglang), KH. Abah Anom (Tasikmalaya), KH. Amin Sepuh (Cirebon), KH. Makhtum Hannan (Cirebon), KH. Hasan Abu Bakar (Cirebon), KH. Muntaha (Wonosobo), KH. Mustahdi Hasbullah (Cirebon), KH. Abdullah Maksum (Bogor), KH. Nur Hamim Adlan (Ponorogo), KH. Dahlan Salim Zarkasyi (Semarang), KH. Luzain (Tangerang), KH. Ahmad Kafabihi Machrus (Kediri), KH. An’im Falachuddin Machrus (Kediri), dan masih banyak lagi ulama besar yang pernah mondok di kota kecil ini.
Wallahu A’lam
Al-Faqir Ila Rahmati Rabbih
Saifur Ashaqi
Kaliwungu Kota Santri