Beliau adalah sosok ulama Kaliwungu yang sangat Tawadhu’
dan Zuhud. Walaupun beliau hidup sederhana, namun beliau dikenal
masyarakat sebagai Kyai yang loman (dermawan). Pada tahun 1932, beliau
diamanahi mengasuh Pondok Pesantren APIK Kauman, Kaliwungu, karena Pondok Pesantren
tersebut ditinggal wafat oleh Pengasuhnya yang masih merupakan Paman beliau,
yaitu KH. Irfan bin Musa.
Baca juga: Sejarah Kaliwungu Yang Telah Melahirkan Ribuan Kyai
Pada masa kepemimpinan beliau inilah, Pondok Pesantren APIK bertambah
pesat dan maju, karena pada saat itu merupakan masa-masa perjuangan bangsa
Indonesia melawan penjajah dimana rumah Pendiri Pondok dijadikan sebagai
Posko Palang Merah serta karena semakin bertambahnya santri yang mondok di
Pondok Pesantren APIK Kaliwungu. Diantara ribuan santri KH. Ahmad Rukyat yang
menjadi ulama/tokoh masyarakat adalah :
1.) KH. Abuya Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang, Banten
2.) KH. A. Shohibulwafa TA. (Abah Anom),
Tasikmalaya
3.) KH. Asror Ridwan (Mbah Asror) Kaliwungu, Kendal
4.) KH. Dimyati Rois (Mbah Dim) Kaliwungu, Kendal
Dan masih banyak lagi santri-santri KH. Ahmad Rukyat yang
menjadi ulama besar pada saat beliau mengasuh Pondok Pesantren APIK Kaliwungu.
Pada
masa Kepemimpinan KH. Ahmad Rukyat inilah nama Pondok Pesantren Salafi
al-Kaumani berubah menjadi Asrama Pelajar Islam Kauman (APIK) Kaliwungu.
Perubahan nama tersebut didasarkan pada situasi saat itu dimana pergolakan
politik negara dengan munculnya organisasi-organisasi massa seperti Masyumi,
Nahdlatul Ulama dan organisasi kepemudaan lain. Setelah wafatnya KH. Ahmad
Rukyat (1968), Pondok Pesantren yang semula dalam pengajarannya hanya
menggunakan metode sorogan dan bandongan, ditambah dengan metode klasikal.
Beliau juga pernah menjadi salah satu Mursyid Thariqah di Wilayah Kabupaten
Kendal.
Diantara Karomah KH. Ahmad
Rukyat (Mbah Rukyat)
Beliau
pernah dikunjungi Nabi Khidhir as. dan konon katanya, salah satu guru beliau adalah Nabi Khidir as. Ada
juga cerita yang sumbernya dari santri beliau, jika mengajar para santri di masjid, suara beliau bisa terdengar beratus-ratus meter jauhnya, padahal beliau tidak memakai mic atau alat pengeras suara apapun dan keadaan beliau pun saat itu sangat sepuh. Ada kisah lain, beliau terbiasa berkomunikasi batin dengan santrinya yang berada di Banten, yaitu KH. Abuya Dimyati. Jika Abuya Dimyati sedang menghadapi suatu kesulitan atau masalah, biasanya Abuya Dimyati langsung berkomunikasi batin dengan beliau. Kemudian masalah yang sedang dihadapi Abuya Dimyati pun tiba-tiba terselesaikan. Maka, tidak
mengherankan bila banyak santri atau masyarakat yang mengatakan bahwa beliau termasuk salah
satu Waliyullah. Masih banyak lagi cerita-cerita tentang karomah beliau
yang lain. Wallahu A'lam
Baca juga: Kisah Mbah Ru'yat Menolak Sumbangan Setengah Milyar
Beliau
wafat pada hari Jum'at ba'da shalat Maghrib tanggal 9 Rabiul Akhir 1388 H atau bertepatan dengan tanggal 4 Juli 1968 M, ribuan orang mengantarkan kepergian beliau
untuk selama-lamanya kepada Dzat Yang Maha Pencipta, Allahu Rabbul ‘Izza.
Beliau dimakamkan di Jabal Nur (Desa Protomulyo) bersama sahabat-sahabat beliau
sesama Waliyullah, seperti Wali Musyaffa, Wali Mustofa dan lain-lain. Semoga Allah
swt. menerima amal dan jasa beliau pada para santri khususnya dan masyarakat Kaliwungu dan sekitarnya pada umumnya serta menempatkan beliau ke tempat yang
mulia di sisi-Nya. Amin Ya Mujibad Da’in
ADS HERE !!!