Al-Qur’an adalah kemuliaan
yang paling tinggi. Al-Quran adalah kalam Allah swt. Al-Qur’an adalah kitab
yang diturunkan dengan penuh berkah, Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia
kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, Oleh karena itu,
sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya. Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baik orang diantara kalian
adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an, baik
membaca dengan tartil maupun menghafal dengan baik adalah termasuk hamba-hamba
Allah yang terpilih. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“Kemudian Kitab itu (Al-Qur’an)
Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar.” (QS. Fathir : 32)
Saya teringat dawuh KH. M.
Ulin Nuha Arwani tentang tingkatan hamba-hamba yang dipilih Allah pada ayat
diatas. Beliau menguraikan ;
Pertama,
orang yang menganiaya dirinya sendiri adalah para penghafal Al-Qur’an yang
tidak mau merenung (tadabbur) dan tidak mau mengamalkan isi Al-Qur’an. Bahkan
tingkah laku dan perbuatan mereka sangat bertentangan dengan Al-Qur’an.
Kedua,
orang yang pertengahan adalah para penghafal Al-Qur’an yang sangat jarang lupa
dan salah jalan dan waktunya dihabiskan untuk merenung dan mengamalkan isi
Al-Qur’an. Diantara golongan hamba ini adalah para Ustadz dan Kyai.
Ketiga,
orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah adalah para
penghafal Al-Qur’an yang seluruh hidup dan waktunya untuk merenung, berdakwah
dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Diantara golongan hamba ini adalah para Wali-Wali
Allah dan Nabi-Nabi Allah.
Seseorang yang berpegang
teguh pada Al Qur’an, sebagai modal kekuatan pegangan dan landasan
filsafat hidup maka orang itu akan mampu tegar, tidak gampang menyerah, sigap
dalam menentukan sikap, dan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh
ketidakpastian situasi, tidak mudah terpengaruh oleh prinsip hidup lain, hal
itu karena prinsip dalam kepribadiannya sudah mantap dan semua itu akan
tercermin dalam sikapnya dalam menyelesaikan persoalan hidup. Alangkah indahnya
hidup kita, bila kita tidak hanya sekedar bisa membaca Al-Qur’an, tetapi juga
menghafal dan mengamalkannya. Dan mudah-mudahan kita masuk dalam golongan hamba
Allah yang pertengahan, karena sebagai hamba yang dha’if sangat mustahil
kita masuk dalam golongan yang ketiga tanpa izin Allah.
Banyak hadits Rasulullah saw. yang mendorong
untuk menghafal Al-Qur’an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang
individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah swt.
Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra., “Orang yang tidak
mempunyai hafalan Al-Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau
runtuh (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah ra. bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Penghafal Al-Qur’an akan datang pada hari
kiamat, kemudian Al-Qur’an akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia,
kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al-Qur’an kembali
meminta: Wahai Tuhanku, tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah.
Kemudian Al-Qur’an memohon lagi: Wahai Tuhanku, ridhai-lah dia, maka Allah
meridhai-nya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki
(derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya
tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi)
Keistimewaan Menghafal Al-Qur’an
- Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafalnya.
Dari Abi Umamah ra. ia
berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah olehmu Al-Qur’an,
sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para
pembacanya (penghafalnya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Nabi saw. memberikan amanat pada para hafizh dengan
mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.
Dari Abu Hurairah ra., ia
berkata, “Telah mengutus Rasulullah saw. sebuah delegasi yang banyak jumlahnya,
kemudian Rasul menguji hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca
apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada sahabat yang paling muda usianya,
beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini..
surat ini.. dan surat Al-Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al-Baqarah?” Tanya
Nabi lagi. Sahabat menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan
kamulah pemimpin delegasi.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).
- Nikmat mampu menghafal Al-Qur’an sama dengan nikmat
kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu.
“Barangsiapa yang membaca
(hafal) Al-Qur’an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya
saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim)
- Seorang hafizh Al Qur’an adalah orang yang mendapatkan tasyrif
nabawi (Penghargaan khusus dari Nabi saw). Di antara penghargaan yang
pernah diberikan Nabi saw. kepada para sahabat penghafal Al-Qur’an adalah
perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafidz Al-Qur’an.
Rasul mendahulukan pemakamannya.
Adalah Nabi mengumpulkan
diantara orang Syuhada Uhud, kemudian beliau bersabda, “Manakah diantara keduanya
yang lebih banyak hafal Al-Qur’annya, ketika ditunjuk kepada salah satunya,
maka beliu mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)
- Hafidz Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas
bumi. Dengan syarat, Hafidz tersebut mau merenung (tadabbur) dan
mengamalkan isi Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Allah
mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka
ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli (penghafal) Al-Qur’an. Merekalah
keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
- Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan
mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat.
Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua
jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya
bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian
berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari (menghafal) Al-Qur’an.”
(HR. Hakim)
- “Dan perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan
ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi saw., beliau
bersabda, “Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah
serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al-Qur’an di dunia,
sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
- Kepada hafidz Al-Qur’an, Rasul saw. menetapkan berhak
menjadi imam shalat berjama’ah.
Rasulullah saw. bersabda,
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR.
Muslim)
- “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an
maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatgandakan sepuluh
kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif
itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi).
- Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri
terhadap para ahlul Qur’an,
“Tidak boleh seseorang
berkeinginan (iri) kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan
oleh Allah kepadanya Al-Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan
siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ‘Andaikan
aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana
si fulan berbuat’” (HR. Bukhari)
Begitu banyak keistimewaan
menghafal Al-Qur’an, tapi karena kesibukan dunia dan segala pesonanya yang
menggoda, membuat kita jadi malas melakukannya. Karena itu, mulai sekarang,
sebaiknya kita mulai meluangkan waktu untuk mulai kembali menghafal Al-Qur’an.
Wallahu A'lam
Disusun
Oleh Saifurroyya Dari Berbagai Sumber