amenangi jaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.
Terjemahnya
:
menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun semua telah menjadi kehendak
Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap
ingat (Allah) dan waspada (hati-hati).
Ronggowarsito adalah seorang pujangga
besar pada masa Pakubuwono IX dan juga seorang sufi yang mengikuti
amalan-amalan tarekat Walisongo.
|
Makam Ronggowarsito |
Syair di atas menurut analisis seorang
penulis bernama Ki Sumidi Adisasmito adalah ungkapan kekesalan hati Ki Ronggo pada
masa pemerintahan Pakubuwono IX yang dikelilingi para penjilat (koruptor) yang
gemar mencari keuntungan pribadi. Syair tersebut masih relevan hingga zaman
modern ini, di mana banyak dijumpai para pejabat yang suka mencari keutungan
pribadi tanpa memedulikan hak-hak orang lain (rakyat).
Oleh
Saifurroyya Dari Berbagai Sumber
ADS HERE !!!