Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Thabrani, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Pernah Rasulullah saw. duduk di bawah naungan sebatang pohon, beliau bersabda, “Akan datang kepada kalian orang yang menatap kalian dengan kedua mata setan. Jika dia datang, maka janganlah kalian berbicara.” Tiba-tiba datang seorang lelaki berwarna biru, lalu beliau memanggilnya seraya bertanya, “Atas dasar apa kamu dan teman-temanmu menghinaku?” Maka pergilah laki-laki itu, lalu kembali lagi dengan membawa teman-temannya. Mereka bersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa mereka tidak mengatakan kata-kata penghinaan. Beliau memaafkan mereka. Maka Allah menurunkan ayat;
“Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang me-nyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapai-nya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.” (QS. At-Taubah : 74)
Adapun maksud mereka yang tidak tercapai ialah membunuh Rasulullah saw. di jalan sempit mendaki gunung, sepulang beliau dari Tabuk. Ketika Rasulullah saw. kembali dari Tabuk ke Madinah dengan membawa kafilahnya, tiba-tiba di sebagian perjalanan beberapa orang munafik membuat makar terhadap Rasulullah saw. Tatkala beliau sampai kepada mereka, beliau diberitahu tentang rencana mereka. Maka beliau bersabda, “Barangsiapa di antara kalian ingin mengambil jalan melalui perut lembah, maka sesungguhnya itu lebih luas bagi kalian.” Rasulullah saw. mengambil jalan sempit menuju bukit, sedang orang-orang mengambil perjalanan melalui perut lembah, kecuali beberapa orang yang hendak berbuat makar terhadap Rasulullah saw. Ketika mendengar pernyataan beliau itu, mereka segera bersiap-siap dan mengenakan tutup muka, lalu menunggu kesempatan untuk melakukan rencana mereka. Beliau menyuruh Hudzaifah bin Yaman dan Ammar bin Yasar untuk berjalan bersamanya. Beliau menyuruh Ammar untuk menarik tali kekang unta, dan menyuruh Hudzaifah untuk menggiringnya. Ketika mereka berjalan, tiba-tiba terdengar pukulan tinju kaum di belakang mereka yang telah mengurung mereka. Rasulullah saw. marah lalu menyuruh Hudzaifah untuk menghalau mereka. Hudzaifah melihat kemarahan beliau, lalu kembali dengan membawa tongkat yang bengkok ujungnya. Dengan serta-merta Hudzaifah menghadapi barisan depan kendaraan mereka, lalu memukulnya dengan tongkat dan sempat melihat kaum yang hendak melakukan makar, sedangkan mereka mengenakan tutup muka. Namun sejauh ini dia hanya menyadari bahwa yang demikian itu adalah perbuatan orang yang sedang mengadakan perjalanan. Kemudian Allah Ta‘ala membuat mereka takut ketika melihat Huzaifah, dan mengira bahwa makar mereka telah terbongkar olehnya. Maka mereka bergegas-gegas membaur dengan orang banyak. Lantas Hudzaifah berbalik maju ke depan hingga bertemu dengan Rasulullah saw. Setelah bertemu, beliau bertitah, “Ya Hudzaifah, pukullah kendaraan dan berjalanlah engkau ya Ammar, di belakangnya.” Maka mereka berjalan cepat-cepat hingga berada sejajar dengan puncaknya. Mereka keluar dari jalan sempit sambil menunggu orang-orang. Nabi saw. bertanya kepada Hudzaifah, “Apakah kamu mengenal seseorang di antara para pengendara itu?” Hudzaifah menjawab, “Saya mengenal kendaraan si Fulan dan si Fulan. Malam itu gelap sekali, saya sampai kepada mereka sedang mereka mengenakan tutup muka.” Rasulullah saw. bertanya, “Tahukah kalian apa yang hendak diperbuat oleh para pengendara itu?” Mereka menjawab, “Tidak, demi Allah, ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka membuat makar untuk dapat berjalan denganku, sehingga apabila aku sampai di jalan sempit, mereka akan melempari aku.” Mereka bertanya, “Kenapa Anda tidak menyuruh kami, ya Rasulullah, agar kami memenggal batang leher mereka?” Beliau menjawab, “Saya tidak suka jika orang-orang membicarakan saya, dan mengatakan bahwa Muhammad bertindak dengan tangan besi terhadap para sahabatnya.” Beliau menyebutkan nama orang-orang yang berbuat makar itu kepada Hudzaifah dan Ammar, lalu sabdanya, “Sembunyikanlah nama mereka oleh kalian berdua.”
Riwayat yang sahih mengenai jumlah mereka ialah yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dalam umatku ada dua belas orang munafik. Mereka tidak akan masuk surga, tidak pula akan mendapatkan harumnya, ibarat unta jantan yang bersikeras untuk masuk ke dalam lubang jarum. Delapan di antara mereka dicukupkan dengan dubailah (bisul besar yang tampak di dalam lubang dan banyak membunuh orangnya), seakan-akan ia pelita dari api neraka yang tampak pada tali pengikat tangan mereka, hingga muncul dari dada mereka.”
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!