“Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada me-reka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mu’minun: 55 – 56)
Banyaknya Harta dan Anak Bukan Penghormatan dari Allah terhadap Hamba-hamba-Nya
Kemudian Allah menjelaskan kekeliruan mereka mengenai perkiraan bahwa kelapangan rezeki di dunia adalah tanda keridaan Allah terhadap mereka di akhirat. Apakah orang-orang yang terpedaya itu mengira bahwa harta dan anak yang Kami berikan kepada mereka itu merupakan penghormatan dan pengagungan dari Kami terhadap mereka? Sekali-kali tidak! Sesungguhnya pemberian ini tidak lain adalah perdaya agar mereka tenggelam dalam kemaksiatan dan semakin bertambah dosanya, sementara mereka mengira bahwa pemberian itu adalah mereka segera diberi kebaikan. Mereka serupa dengan binatang yang tidak mempunyai kecerdasan dan perasaan, hingga dapat berpikir apakah pemberian itu merupakan perdaya atau mereka segera diberi kebaikan.
Senada dengan ayat diatas ialah firman Allah:
“Dan mereka berkata, ‘Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab’.”(Saba': 35)
Firman-Nya juga:
“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia.” (At-Taubah: 55)
Dan firman-Nya:
“Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah.” (Ali ‘Imran: 178)
Mengenai tafsiran ayat 55-56 diatas, Qatadah mengatakan, “Allah telah memperdaya suatu kaum dengan harta dan anak-anak mereka.” Wahai anak Adam, janganlah kamu memandang manusia dari segi harta dan anaknya, tetapi pandanglah mereka dari segi iman dan amal salehnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah membagi akhlak di antara kalian sebagaimana membagi rezeki di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah memberi dunia kepada orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak Dia cintai, tetapi tidak memberi agama kecuali kepada orang yang Dia cintai. Maka barang siapa diberi agama oleh Allah, berarti dia telah dicintai oleh-Nya. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, tidak seorang hamba disebut muslim sebelum hati dan lisannya berserah kepada (Allah), dan tidaklah dia disebut mukmin sebelum tetangganya merasa aman dari kejahatannya.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan kejahatannya itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu penipuan dan kezalimannya.” (HR. Muslim)
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!