Beberapa minggu kemarin dan ke depan, kita bangsa Indonesia sedang diuji dengan datangnya wabah penyakit yang lebih dikenal dengan virus corona atau COVID-19. Sebenarnya, virus ini sudah menyebar dan menjalar di Negara-negara lain sejak awal Februari 2020, namun baru masuk ke Indonesia sejak awal Maret 2020.
Virus ini muncul pertama kali di daerah Wuhan, Tiongkok (China). Ada beberapa versi yang mengemuka setelah virus ini menjalar kemana-mana hingga 141 negara terkena dampaknya. Versi pertama, virus ini muncul akibat kerakusan manusia memakan daging hewan-hewan yang sangat dilarang Tuhan. Mereka sudah sangat melampaui batas hingga apapun dimakan tanpa mempedulikan bahaya atau akibat yang akan dirasa. Versi kedua, ada sekelompok manusia yang mempermainkan ilmunya dengan menguji coba pembuatan virus berbahaya hingga akhirnya tertular ke manusia. Apapun versinya, semuanya sudah terjadi hingga jutaan manusia menjadi korban ganasnya virus corona.
Akibat semakin menjalarnya virus ini hingga tempat peribadahan di berbagai Negara pun ditutup sementara, seperti; masjid, gereja, klenteng, vihara, pagoda, candi, dan lain-lain. Langkah ini diputuskan agar mencegah penyebaran virus yang lebih luas. Bahkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di kota suci Mekah pun tidak luput dari penutupan sementara. Juga gereja Vatikan di Italia dan tembok ratapan di Israel pun ditutup sementara. Begitu juga tempat-tempat ibadah terbesar di semua Negara ditutup sementara.
Munculnya wabah bukanlah kali ini saja, karena sejak masa Nabi Muhammad saw. sudah ada wabah yang turun ke bumi, bahkan sejak masa Nabi Musa. Wabah yang terjadi berbeda-beda jenisnya. Ada yang berupa penyakit demam, sopak, kolera, pes, tha’un, dan lain-lain.
Dalam sejarah disebutkan, pada masa Nabi Muhammad saw. terjadi wabah demam yang menyerang para sahabat hingga Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Bilal bin Rabah pun tidak luput dari wabah itu. Akhirnya, Rasulullah mendoakan para sahabat agar cepat sembuh dan memindahkan wabah itu ke daerah lain.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab pun pernah terjadi wabah. Suatu ketika, Khalifah Umar hendak mengunjungi sebuah daerah. Di tengah perjalanan, Khalifah Umar diberitahu sahabatnya bahwa daerah itu sedang ada wabah. Kemudian Khalifah Umar pun mengurungkan niatnya untuk mengunjungi daerah tersebut setelah bermusyawarah dengan para sahabat lainnya termasuk Abdurrahman bin Auf.
Pada awalnya Khalifah Umar bersikukuh untuk tetap melanjutkan perjalanannya, namun setelah mendengar informasi dari Abdurrahman bin Auf bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Jika ada suatu wabah di sebuah daerah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika kalian sudah berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar darinya untuk menyelamatkan/melarikan diri”.
Setelah mendengar informasi tersebut, akhirnya Khalifah Umar mengurungkan niatnya. Ditanyakan kepadanya, “Wahai Khalifah, mengapa engkau lari dari takdir?”. Khalifah Umar menjawab, “Aku lari dari takdir ini untuk menuju takdir yang lain”.
Di Indonesia, peristiwa wabah pernah beberapa kali terjadi. Pada sekitar tahun 1625-1627 terjadi wabah kolera yang melanda Hindia Belanda (sebelum menjadi Indonesia). Wabah ini menyerang beberapa daerah sepanjang pantai utara (Pantura) Jawa, seperti; Banten, Batavia (Jakarta), Cirebon, Tegal, Kendal, Jepara, hingga Surabaya. Bahkan saat itu banyak sekali keluarga, panglima dan pasukan Kesultanan Mataram Islam Jogja meninggal dunia akibat terkena wabah itu saat akan menyerang pasukan penjajah di Batavia. Sehingga pasukan yang dikirim oleh Sultan Agung itu mengalami kekalahan karena berkurangnya kekuatan.
Pada sekira tahun 1911-1926 terjadi wabah pes di pulau Jawa. Wabah ini muncul pertama kali di Malang, Jawa Timur dan menjalar hingga seluruh Jawa. Menurut catatan sejarah, wabah ini merenggut 120.000 orang. Karena keterbatasan petugas dan alat medis maupun kurangnya kepedulian kaum penjajah Belanda kepada rakyat pribumi hingga akhirnya banyak korban berjatuhan.
Wabah yang menimpa Indonesia tidak lepas dari wabah yang pernah melanda Negara-negara lain. Karena, bersamaan dengan wabah yang melanda Indonesia pada tahun 1625-1627, 1911-1926, hingga 2020 tersebut, wabah itu juga melanda kawasan Eropa (Inggris, Spanyol, Italia, Belanda) maupun kawasan Asia.
Banyak hikmah dari meluasnya wabah yang sudah mendunia tersebut. Diantaranya;
1.) Manusia diciptakan sangat lemah. Maka, janganlah berbuat melampaui batas-batas aturan Tuhan ataupun sombong.
2.) Terjadinya wabah, adakalanya karena Tuhan murka dan adakalanya peringatan keras dari Tuhan. Maka, bertobatlah dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
3.) Manusia sudah lupa Tuhannya, hingga saling bunuh dan saling menjatuhkan antar manusia. Maka, rubahlah sikap dengan saling menyayangi antar manusia.
4.) Manusia sudah menuhankan nafsunya, hingga berbuat seenaknya tanpa memperhatikan akibatnya. Maka, kendalikan nafsu dan berpikir panjang jika ingin berbuat apapun.
5.) Wabah ini melanda bukan atas nama agama, karena semua agama di dunia tertular dan terkena dampaknya. Maka, janganlah saling menghujat atau menghina atas nama agama. Karena, agama tidak mengajarkan penghinaan.
Sebagai muslim yang baik, marilah bersama-sama membantu pemerintah dan tenaga medis untuk mengurangi wabah ini agar tidak meluas. Baik dengan taat aturan maupun memperbanyak doa, dzikir, shalawat, dan membaca Al-Qur’an serta menjauhi maksiat. Sehingga wabah ini bisa hilang dan diangkat oleh Allah sebelum masuknya bulan suci Ramadhan. Amin Ya Rabbal Alamin…
Pesan penting dari para pasien positif virus corona atau COVID-19 yang sudah sembuh; jangan panik atau takut, tetap berpikir positif, buat hati riang gembira, kuatkan imun tubuh dengan makan sayur atau buah, jaga kesehatan, dan tetap berprasangka baik pada Allah dan makhluk-Nya.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Kaliwungu Kota Santri