Sesudah kita sah menikah, mengandung anak adalah dambaan kita semua, setiap keluarga, dan seribu rencana mulai disusun. Terutamanya untuk memastikan si jabang bayi kelak lahir dalam keadaan yang baik dan dalam keluarga yang sehat. Tentu supaya masa depan si jabang bayi terjamin.
Berdasar kebutuhan umum masyarakat itulah, saya jadi ingin menuliskan sepotong cerita kearifan Sunan Kalijaga, tentang tips menjaga anak. Tentang cara menjamin masa depan anak. Dahsyatnya, ilmu beliau tersebut tetap berlaku meskipun sang anak jauh secara ruang dan waktu, maksudnya tetap berfungsi meskipun sang orangtua lebih dahulu wafat, misalnya.
Sebuah hikayat menuturkan, dahulu ada seorang pembegal yang biasa beroperasi sendirian di hutan karena memang jagoan, dan suatu hari ia bertemu Kanjeng Sunan Kalijaga. Tanpa disadari Kanjeng Sunan Kalijaga sendiri adalah mantan pimpinan kelompok begal di masa lalu. Tentu mudah bagi beliau menaklukkan pembegal itu. Tapi Kanjeng Sunan Kalijaga bukanlah seorang “Berandal Lokajaya” lagi. Menaklukkan bukan untuk menang-menangan. Menaklukkan untuk menghentikan.
Pembegal seorang diri itupun tetap dibiarkan hidup oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Justru diajak berbincang, ditanyai alasannya jadi pembegal, didengarkan keluh kesahnya, lalu sedikit demi sedikit pembegal yang terkenal jagoan dan bengis itu mulai tumbuh kesadarannya lagi sebagai manusia biasa. Mulailah ia berguru pada beliau. Semakin hari, semakin dalam. Mulailah timbul rasa dosanya karena telah meninggalkan anak-istri. Lantas kemudian begal yang insyaf itu pamit pada beliau untuk pulang sejenak ke kampung halaman.
Tak dinyana, istri mantan pembegal itu telah lama meninggal dunia, dan anaknya sudah dibawa pergi keluar desa oleh seseorang—yang penduduk dusunnya kurang tahu. Menangislah sejadi-jadinya dia. Menyesal, sedih, dan remuk hatinya dia. Anak satu-satunya, peninggalan yang tersisa dari masa lalunya, pun ikut-ikut “tiada”. Meski bukan dalam artian sudah meninggal dunia.
Setiap hari menggembara. Tak peduli panasnya siang dan dinginnya malam. Ia terus-menerus menjelajahi setiap desa yang mungkin dijangkau seseorang yang membawa anaknya pergi dahulu. Demi kenangan terakhir dari istrinya yang telah meninggal dunia. Demi menebus rasa bersalahnya telah meninggalkan sang anak di saat-saat terberat.
Lama nian mengembara namun tiada hasil. Sang anak tetap tidak ditemukan. Mantan pembegal jagoan itupun kini amat kurus dan pucat pasi wajahnya. Akibat hancur lebih dari berkeping-keping hatinya. Dan, di tengah keadaan putus asa yang sudah memuncak, sang guru, Kanjeng Sunan Kalijaga hadir mendatanginya. Ketika dia sedang terpaku hidupnya di tepian hutan.
Hikayat ini menuturkan bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga berkata begini, “Kini berhentilah mengembara. Berbuatlah baik kepada siapa saja, maka engkau akan peroleh perbuatan baik juga. Santunilah setiap anak, maka anakmu Insyaallah disantuni oleh orang entah siapa yang diutus-Nya. Perbuatan baikmu kepada setiap anak adalah undangan bagi pertemuanmu dengan anakmu, di dunia ini atau di akhirat nanti...”
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!