Berkata Ibnu Abu Dunia: .Bercerita kepadaku ayahku, yang didengarnya dari Ali bin Syaqiq, dari Ibnu Al-Mubarak, dari Umar bin Muhammad bin Al-Mukandar, ia berkata:
“Ada seorang pedagang yang banyak memuji-muji barangnya dan banyak bersumpah untuk meyakinkan orang lain (pembeli). Tiba-tiba datang kepadanya seorang tua dan berkata: ‘Wahai pedagang, juallah barangmu tetapi jangan banyak bersumpah’. Pedagang itu masih banyak berbicara dan bersumpah, yang menyebabkan orang tua itu berkata lagi: ‘Wahai pedagang, berdaganglah secara jujur dan jangan banyak bersumpah. Bahkan orang tua itu berkata lagi: ‘Berdaganglah yang patut dan wajar’. Pedagang itu berkata: ‘Inilah yang patut saya lakukan’. Kemudian orang tua itu berkata: ‘Utamakanlah kejujuran walaupun berat melakukannya dan tinggalkan berbohong walaupun ia akan membawa keuntungan’.
Akhirnya pedagang itu berkata: ‘Kalau begitu, tuliskanlah semua yang engkau sebutkan ini’. Orang tua itu lalu berkata: ‘Kalau ditakdirkan sesuatu itu, maka adalah ia’. Menurut mereka yang datang menegur itu adalah Nabi Khidir.”
Diriwayatkan oleh Abu Amr, dari Yahya bin Abi Talib, dari Ali bin Ashim, dari Abdullah, berkata: “Pernah Ibnu Umar duduk-duduk di satu tempat, sedangkan seorang lelaki (tidak berapa jauh dari tempatnya) sudah mulai membuka jualannya. Pedagang itu banyak bersumpah untuk melariskan jualannya. Tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki dan berkata: ‘Takutlah kepada Allah dan jangan berbohong. Hendaklah engkau berkata jujur walaupun berat melakukannya dan jauhilah berdusta walaupun ia membawa manfaat. Dan jangan tambah-tambah dari cerita orang lain (apa yang ada)’.
Ibnu Umar yang mendengar teguran orang tua itu berkata kepada peniaga itu: ‘Pergi dan ikuti dia dan suruh supaya dia tulis apa yang disebutkannya tadi’. Pedagang itu pun pergi mengikutinya dan meminta supaya menuliskan apa yang disebutkannya tadi tetapi orang tua itu hanya berkata: ‘Kalau sesuatu itu sudah ditentukan Allah, maka adalah ia’.
Kemudian orang tua itu pun tiba-tiba saja menghilang. Pedagang itu kembali menjumpai Ibnu Umar serta menceritakan apa jawaban orang tua itu. Ibnu Umar berkata: “Yang datang itu adalah Nabi Khidir”.
Ada juga riwayat yang hampir sama dengan ini menyebutkan: “Ada dua orang lelaki yang berjualan tidak berapa jauh dari Abdullah bin Umar. Salah seorang dari pedagang itu banyak bersumpah untuk melariskan barang-barang jualannya. Ketika pedagang itu berbicara mempromosikan jualannya, tiba-tiba datang seorang lelaki kemudian berkata kepada pedagang yang banyak bersumpah itu: “Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah banyak bersumpah. Sesungguhnya tidak akan bertambah rezekimu jika engkau banyak bersumpah. Dan sebaliknya, tidak akan mengurangi rezekimu jika engkau tidak bersumpah. Oleh karena itu, berbicaralah yang wajar-wajar saja”.
Pedagang itu menjawab: “Inilah yang menurut saya wajar”.
Lelaki tua itu mengulang nasihatnya lagi. Dan ketika dia akan pergi, dia berkata lagi: “Ketahuilah, bahwa termasuk cabang iman ialah mengutamakan kejujuran walaupun berat melaksanakannya dan meninggalkan kebohongan walaupun dianggap membawa keuntungan”.
Setelah memberi nasihat atau teguran, lelaki itu pun pergi. Ibnu Umar berkata kepada pedagang itu: “Kejarlah dia dan mintalah supaya dituliskan apa yang disebutkannya tadi”.
Pedagang itu pun pergi mengejarnya dan berkata kepadanya: “Wahai hamba Allah, tuliskanlah apa yang engkau sebutkan tadi supaya tuan dirahmati Allah”. Lelaki itu tidak mau menulisnya tetapi mengulangi apa yang disebutkannya tadi. Jadi, menurut Ibnu Umar yang datang itu adalah Nabi Khidir.
Sumber: Tafsir Ibnu Katsir
ADS HERE !!!