Goresan Pendek Kang Alawy Ali
Kemarin saat membuka inbox,
salah satu sahabat bertanya kepadaku, "Kenapa sih kalau menjelang ramadhan
orang-orang banyak yang ke pemakaman? Ngapain?"
Aku jawab pendek,
"Kirim doa".
Mungkin bisa jadi terlintas
pertanyaan lanjutan di hati sahabat kita tadi, "emangnya nyampe kiriman
doa kita ke orang mati? Emangnya dia tahu apa kalau kita kunjungi?"
Dalam salah satu kitab
(buku) yang membahas hal ini, buku berjudul "Ar-Ruh",
penulisnya, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah membeber banyak dalil bahwa orang yang
telah meninggal dunia tahu jika diziarahi dan menjawab salam jika disalami.
Sebuah hadits dari Nabi menjelaskan: "Jika seseorang berziarah kepada
makam saudaranya, dan duduk dekat pusara saudaranya itu, maka saudaranya yang telah
meninggal itu akan merasa tenang dan menjawab salamnya, sampai orang tadi
berdiri pergi meninggalkan pemakaman".
Bahkan di halaman-halaman
berikutnya Ibnu Qoyyim menjelaskan banyak pendapat sekaligus dalil bahwa
perbuatan dan tindakan orang-orang yang masih hidup disiarkan secara live
kepada kerabatnya yang telah meninggal dunia; jika mereka melihat amal
keluarganya itu bagus, mereka akan gembira dan bahagia.
Hmm, oke, sekarang? Apakah
ruh-ruh orang yang telah meninggal itu juga saling bertemu dan berkunjung?
Ibnu
Qoyyim mengklasifikasikan ruh menjadi dua:
-
Ruh yang disiksa
-
Ruh yang bergelimang nikmat
Ruh-ruh yang disiksa,
tersibukkan oleh siksaan yang dialaminya sehingga tidak sempat saling bertemu
atau berkunjung. Sedangkan ruh yang mendapat nikmat, dalam keadaan bebas tidak
ditahan sehingga bisa ke mana saja untuk saling berkunjung, bahkan
memperbincangkan masa lalu mereka saat hidup di dunia.
Lalu, apakah ruh-ruh orang
yang meninggal bisa bertemu dengan yang masih hidup?
Kata Ibnu Qoyyim, bisa,
melalui mediasi dunia mimpi saat orang yang masih hidup sedang tidur, saling
bicara, ngobrol tentang apa saja, bahkan tentang yang terjadi di dunia, dan
cerita soal ini sangat banyak sekali kita dengar. Salah satunya terjadi di
zaman Nabi, dialami oleh sahabat-sahabat beliau.
Diceritakan, dua sahabat
Nabi yang saling berteman karib, Auf bin Malik dan Sha'b bin Jutsamah, keduanya
membuat kesepakatan, jika salah satu dari keduanya meninggal duluan, maka jika
bisa, yang meninggal harus datang di mimpi yang masih hidup.
Beberapa waktu kemudian
Sha'b meninggal, dan dia datang ke mimpi Auf, Auf pun melihatnya di mimpi dan
keduanya mulai berbincang.
"Apa yang kau alami di
sana?" Tanya Auf.
"Diampuni dosa-dosaku,
alhamdulillah," jawab Sha'b. Hanya saja Auf melihat bercak hitam di leher
Sha'b.
"Apa ini?" Tanya
Auf.
"Oh, ini sebab
hutangku pada seorang yahudi, 10 Dinar, belum aku bayar, tolong bayarkan,
uangnya ada di kotak di rumahku, tempatnya di sudut." Kata Sha'b.
"Auf, aku beri tahu
kamu, semua kabar keluargaku sepeninggalku, seluruhnya sampai padaku, bahkan
kucing kami yang barusan mati beberapa hari lalu," lanjut Sha'b menutup
pertemuan itu.
Setelah itu Auf terbangun
dengan penuh ketakjuban, dan segera bergegas ke rumah sahabatnya untuk
membuktikan apakah mimpi itu benar. Sesampai di rumah sang sahabat, ternyata
apa yang dikatakan di mimpi tadi benar. Uang 10 Dinar juga ditemukan di sebuah
kotak di sudut rumah, dan oleh Auf diambil untuk dibayarkan pada Yahudi tadi.
Namun Auf bertanya pada
Yahudi tadi apa benar Sha'b berhutang padanya 10 Dinar dan belum sempat
dibayar? Yahudi tadi membenarkan jika Sha'b berhutang padanya.
Setelah itu Auf kembali ke
rumah Sha'b, dan bertanya pada Istri Sha'b, apakah terjadi sesuatu di rumah
ini? Istri Sha'b menjawab, tidak terjadi apa-apa, kecuali kucing yang mati
beberapa hari lalu.
Percaya atau tidak, kembali
ke teman-teman. Dan aku pribadi juga punya cerita senada. Usai kakekku
meninggal, sekitar beberapa bulan kemudian beliau datang ke mimpi Babaku,
memberitahukan bahwa engsel pintu kamar mandi rusak, disuruh segera memperbaiki
agar pintu tidak lepas menimpa cucu-cucunya.
Ketika bangun, baba masih
menganggap itu mimpi biasa, dan baba ke kamar mandi seperti biasa, dan saat
membuka pintu, ternyata engselnya terlepas beneran. Setelah itu pintu tadi
segera dibenahi babaku.
Oke, sekarang, apa mungkin
menghadiahkan pahala amal ke orang yang telah meninggal?
Kenapa tidak? Haji atas
nama orang meninggal (Haji Badal) saja bisa, yang artinya pahalanya tentu buat
orang tadi. Begitupula amal yang lain semisal shalat, puasa, umroh, bacaan
qur'an, sedekah, dan doa, semuanya bisa denga niat melakukan amal-amal itu
untuk dihadiahkan pada ruh orang yang telah meninggal, dan pahala itu sampai
kepada mereka atas izin Allah sebagai sebuah parcel yang sangat berharga.
Tentang ini dijelaskan juga secara rinci dan panjang lebar dengan dalil-dalil
shahih oleh Ibnu Qoyyim di kitabnya tadi, "Ar-Ruh".
Soal ruh memang penuh
misteri, hanya sedikit pengetahuan kita tentang inti seluruh makhluk hidup itu.
Sebagian tentang ruh dari sisi lain pernah juga aku ungkap di salah satu
bukuku, "Bengkel Jiwa" (Hasfa Publisher, Agustus 2011).
(Yas-alunaka anir ruh,
qul-ir ruh min amri Robbi, wa maa utitum minal ilmi illa qolila) Mereka
bertanya kepadamu tentang ruh, katakan bahwa ruh adalah urusan Tuhanku, dan
kalian tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit saja.
Saifurroyya
Sumber
: alawyaly.blogspot.com