Nabi Khidir adalah sosok Nabi yang mendapatkan anugerah umur panjang dari Allah swt. Namanya sering menjadi misteri di kalangan masyarakat awam. Tapi bagi para kekasih Allah, sosok Nabi Khidir adalah wujud nyata yang bisa datang kapan saja. Makanya, para kekasih Allah banyak yang bisa bertemu Nabi Khidir sekaligus berguru kepada beliau.
Salah satu kisah tentang Nabi Khidir dan para kekasih Allah dijelaskan dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Ghazali.
Imam Ghazali mengisahkan bahwa Syekh Bisyr pernah bertemu dengan Nabi Khidir. Beliau berkata kepada Nabi Khidir “Wahai Nabi Khidir, berdoalah kepada Allah untuk diriku!”.
Nabi Khidir pun berdoa, “Semoga Allah memudahkanmu agar kamu selalu taat kepada-Nya”.
Kemudian Syekh Bisyr berkata lagi, “Tambahkanlah doamu untukku Wahai Nabi Khidir !”.
Nabi Khidir pun berdoa, “Semoga Allah menutupi taatmu kepada-Nya”.
Makna dari doa Nabi Khidir kedua adalah agar orang lain tidak mengetahui ketaatan Syekh Bisyr kepada Allah, hanya Allah saja yang tahu.
Selain Syekh Bisyr, ada salah satu dari beberapa ulama salaf yang sangat rindu ingin bertemu dengan Nabi Khidir. Ia pun selalu berdoa kepada Allah agar mempertemukannya dengan Nabi Khidir sekali saja. Ia ingin Nabi Khidir mengajarkan kepadanya tentang perkara yang sangat penting di dunia ini.
Pada suatu ketika, Allah membukakan hijabnya sehingga ia bisa bertemu dengan Nabi Khidir. Karena tidak kuasa akan rasa rindu yang membara, ia pun segera mengungkapkan permintaan hatinya kepada Nabi Khidir.
“Wahai Abu Abbas (Nabi Khidir), ajarkanlah aku sesuatu yang mana ketika aku mengucapkannya maka tertutuplah hati para makhluk sehingga tidak ada seorang pun yang tahu akan kebaikan dan keluasan agamaku!”.
Kemudian Nabi Khidir mengajarkan sebuah doa kepadanya:
اللهم اسبل علي كشيف سترك وحط علي سرادقات حجبك واجعلني في مكنون غيبك واحجبني عن قلوب الخالقين
“Ya Allah, selimutilah kepadaku tebalnya tutup-Mu, selimutilah aku dengan kain hijab-Mu, jadikanlah aku sebagai simpanan ghaib-Mu (seorang yang tidak dikenal), dan halangilah diriku dari hati para makhluk”.
Kemudian Nabi Khidir pun menghilang entah kemana, dan ia pun tidak lagi rindu pada Nabi Khidir setelah pertemuan itu. Namun, ia selalu mengucapkan doa yang diajarkan Nabi Khidir kepadanya setiap hari.
Diceritakan bahwa doanya telah benar-benar terkabulkan, ia mendapatkan ujian hidup. Ia menjadi seorang yang hina di mata orang lain, para orang kafir dhimmi menganggap rendah, bahkan sering menyuruhnya untuk melakukan sesuatu demi mereka, para anak-anak kecil mengolok-olok dan mempermainkannya. Namun, baginya suatu kenikmatan adalah bersih dan kuatnya hati di dalam kehinaan dan menyamarkan diri dari pandangan orang lain.
Ini adalah keadaan para wali dan kekasih Allah, meski mereka rendah di hadapan manusia namun mulia di hadapan tuhannya. Sungguh tertipu bagi mereka yang mengaku sebagai ulama dan kyai, mereka merasa senang karena dihormati, mereka merasa nyaman karena terkenal, mereka merasa lega karena menjadi seorang yang ahli beribadah.
Sesungguhnya kemuliaan itu jika mulia di hadapan Allah, orang yang mulia di hadapan makhluk belum tentu mulia di hadapan Allah.
Kisah sangat menarik ini tertera dalam Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, Juz 4, hal. 236-237. Semoga kita selalu naungan hidayah Allah swt. Amiiin.
Sumber: bangkitmedia.com