Ada kisah lain yang dituturkan oleh Kiai Muadz tentang kunjungan Mbah Hasyim ke Kajen itu.
Seperti saya tuturkan sebelumnya, selain ingin mengantar santrinya boyongan ke dusunnya, Mbah Hasyim ‘karonto-ronto’ (bersusah-payah) datang ke Kajen juga untuk bertemu dengan Mbah Salam, paman dari Kiai Thohir.
Usai sowan ke Mbah Salam, dalam perjalanan pulang ke rumah Kiai Thohir, Mbah Hasyim menangis ‘sesenggukan’. Mbah Nawawi, ayahanda Kiai Thohir, yang menemani Mbah Hasyim sowan ke ‘ndalem’ (rumah) Mbah Salam, bertanya:
“Kenapa njenengan menangis, Yai?”
Jawab Mbah Hasyim: “Ada satu hal yang tak pernah berhasil saya lakukan tetapi dikerjakan oleh Mbah Salam. Aku iri.”
“Apa itu, Yai?” tanya Mbah Nawawi.
“Mbah Salam masih sempat mengajar anak-anak kecil. Padahal beliau itu kiai besar. Sementara saya yang ilmunya tak seperti Mbah Salam tak sempat mengajar anak-anak.” jelas Mbah Hasyim
Saat sowan ke rumah Mbah Salam, Mbah Hasyim memang melihat beliau mengajar anak-anak kecil. “Mu’allim as-Shibyan,” mengutip kata-kata Kiai Muadz.
Saat mengisahkan kisah ini kepada saya, Kiai Muadz menambahkan komentar kecil yang sarat sindiran dan secara ironis bernada ‘self-mocking’. Kata Kiai Muadz, “Sementara kita-kita ini sekarang gengsi jika ngajar anak-anak.”
Mendengar komentar itu, saya tertawa getir. Dalam hati saya berbisik, “Sekarang ini kita memang cenderung jaim!”.
|
KH. Hasyim Asy'ari |
Di ujung kisah itu, saya berteriak kepada Kiai Muadz:
“Jadi, Kiai Muadz, Mbah Hasyim pernah menjejakkan kakinya di rumah yang njenengan tinggali ini?”
“Ya,” jawab Kiai Muadz lirih.
Saya langsung menengok ke belakang, dan melihat foto Kiai Thohir tergantung di kamar tamu Kiai Muadz. Dengan bergegas saya langsung minta izin pada Kiai Muadz untuk mengabadikannya di hp saya.
Jepret. Jepret. Jepret.
“Ini,” kata Kiai Muadz, “adalah foto yang diambil saat ayah saya menjadi pegawai KUA. Tapi ayah saya tak tahan jadi pegawai. Beliau cuma bertahan selama tiga bulan saja.”
Memang “trah” Kiai Thohir adalah trah kiai. Tak cocok menjadi pegawai negeri.
Mari kita hadiahkan Fatihah untuk Mbah Hasyim, Mbah Salam, Mbah Nawawi, Kiai Thohir dan Mbah Abdullah Salam.
Lahumul Fatihah…
Oleh: Ulil Abshar Abdalla
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!