Gus Dur,
adalah sosok pemimpin umat dan guru bangsa yang zuhud (sederhana), tegas
sekaligus kontroversial. Beliau adalah figur pemimpin yang pantas untuk
diteladani, dicontoh dan diteruskan ide-ide cemerlangnya. Dengan model
kepemimpinan beliau yang humanis, moderat dan berani membuka sekat-sekat dalam
masyarakat. Beliau banyak dikagumi dan dikangeni oleh hampir seluruh lapisan
masyarakat, terutama kaum minoritas yang tertindas.
Dari
beberapa karakter beliau yang menonjol, ada yang membuat saya tergerak untuk
sedikit berbagi kisah tentang gaya hidup dan sepak terjang beliau.
Pertama,
kesederhanaan (kezuhudan) Gus Dur; selama bertahun-tahun kedekatan Gus Mus
dengan beliau, Gus Mus mengakui bahwa Gus Dur tidak pernah punya dompet untuk
menyimpan uang, bahkan kartu-kartu semacam ATM pun, beliau tidak punya. Beliau
hidup sangat apa adanya, tidak pernah menggantungkan sesuatu pada hal-hal yang
bersifat keduniawian. Bahkan pada suatu hari, saat beliau berada di suatu
tempat kepengin makan bakso, karena tidak membawa uang beliau sampai pinjam ke
anaknya, yaitu Ning Alysa Wahid. Namun, dengan kesederhanaan itulah beliau
dapat menikmati hidupnya dan memimpin umatnya dengan sangat baik tanpa adanya
sekat dengan umat serta tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau duniawi.
Saya
teringat kisah Gus Dur dengan Gus Mus, ketika Gus Mus silaturahim ke kediaman
beliau, Gus Mus secara tidak sengaja melihat beliau membawa uang yang
dimasukkan dalam kantong plastik hitam (red. kresek). Dengan nada bercanda Gus
Mus meledek (red. nggasak) beliau, yang didalam kantong plastik apaan Gus?
Dengan sedikit senyum, beliau menjawab, ah mau tahu aja kamu. Itulah di antara
jiwa kesederhanaan (kezuhudan) beliau.
Ada juga
kisah salah seorang teman karib beliau yang merupakan salah satu pendeta agung
Katolik di kota Semarang. Sewaktu beliau masih menjabat presiden RI, sudah
menjadi kebiasaan beliau saat akan mengadakan kunjungan ke luar negeri disowani
(ditamuni) oleh beberapa teman-temannya. Diantara yang sowan tersebut ada
seorang pendeta dengan keheranan melihat barang-barang yang akan dibawa
presiden hanya dimasukkan dalam kardus-kardus bekas. Setelah melihat hal itu, pendeta
tersebut hanya mengungkap keheranan dalam hati, ini benar-benar presiden yang
sangat sederhana.
Kedua, ketegasan (keberanian)
Gus Dur; beliau adalah pemimpin yang
tegas dan tanpa pandang bulu dalam mengambil kebijakan dan mengeluarkan
statemen yang menurut beliau benar. Pada masa beliau menjabat presiden ada
beberapa menteri yang pernah dipecat beliau. Beliau sadar, bahwa pemecatan itu
akan menimbulkan dampak negatif bagi masa depan jabatan dan kepemimpinannya.
Karena menteri-menteri yang dipecatnya adalah dari parpol yang punya power
besar di legislatif (DPR). Namun, bagi beliau apalah arti sebuah jabatan, sebab
menurut beliau “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan
mati-matian”. Di luar dugaan, di kemudian hari di antara menteri-menteri
yang didepak beliau itu tersandung beberapa kasus korupsi.
Kisah ketegasan
beliau yang lain adalah saat beliau mengeluarkan pernyataan bahwa anggota DPR seperti
kanak-kanak. Walaupun dikecam oleh sebagian besar anggota dewan, namun beliau tidak
mau mencabut pernyataan tersebut. Hal ini menurut beliau, karena banyak anggota
dewan yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri terutama parpol yang
mengusungnya. Padahal menurut beliau, anggota DPR bukanlah wakil partai tapi
wakil rakyat Indonesia, jadi, sudah seharusnya anggota dewan memperjuangkan
hak-hak rakyat Indonesia secara keseluruhan. Di luar pernyataan beliau pada
waktu itu, terkuaklah beberapa tahun kemudian ketika beberapa anggota dewan
yang terhormat saling baku hantam (berkelahi) di dalam gedung yang terhormat
seperti kebiasaan anak-anak kecil yang kadang terlihat di Taman Kanak-kanak. Itulah
sebagian dari ketegasan beliau dalam memimpin bangsa dan umat.
Ketiga, kontroversialnya
Gus Dur; banyak orang yang menyebut bahwa beliau adalah seorang pemimpin yang “nyeleneh”
atau penuh misteri. Sangking misterinya, sebagian orang tidak percaya akan apa
yang terkadang meluncur dari pernyataan dan obrolan-obrolan beliau. Namun, di
kemudian hari pernyataan dan omongan tersebut terkuak kebenarannya oleh bukti-bukti
yang nyata. Bahkan tidak hanya pernyataan dan omongan beliau saja yang misteri
dan kontroversial, perilaku dan jejak langkah beliau pun terkadang sangat berbeda
jauh dengan kebiasaan seorang pemimpin atau orang lain pada umumnya. Hal inilah
yang menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang nyentrik dan tiada duanya, karena
keberanian beliau dalam menyampaikan kebenaran dengan sesuatu yang tidak lazim
atau dengan jalan yang tidak biasa. Dalam dunia pesantren, hal ini biasa
disebut dengan langkah “khawariqul ‘adat” atau diluar kebiasaan orang
pada umumnya. Dan ini hanya bisa dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang memang
dikehendaki-Nya. Tidak sembarang orang bisa meraih kelebihan tersebut, sebab
biasanya hanya dimiliki oleh hamba-Nya yang sholih, ‘alim, zuhud dan wira’i.
Ada beberapa
kisah beliau yang terbilang “nyeleneh” atau kontroversial. Diantaranya,
beliau sangat terbiasa bergaul dan seolah-olah tidak ada sekat dengan
orang-orang non-Islam, padahal menurut kebanyakan orang Islam, hal itu bisa
membahayakan aqidahnya dan orang-orang yang mengikutinya. Namun, bagi beliau,
dengan cara kita bergaul dengan orang-orang non-Islam itulah, kita bisa
menunjukkan pada mereka bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan lil ‘Alamin,
Islam menyayangi dan menghormati semua makhluk-Nya, bahkan kepada binatang pun
Islam disuruh menyayanginya, apalagi kepada sesama manusia. Menurut beliau,
Islam tidak hanya mengajarkan Ukhuwah Islamiyah (hubungan antar sesama orang
Islam) saja, tapi juga mengajarkan Ukhuwah Basyariyah (hubungan antar sesama
manusia).
Dari sebagian
kecil kisah-kisah Gus Dur itulah, kita hanya bisa mengenang, merenungkan dan
berusaha melanjutkan ide, gagasan dan jejak langkah beliau yang kita sanggup
melakukannya saja. Karena apabila kita mau meniru seluruh cara-cara dakwah beliau,
rasanya sangat mustahil untuk merealisasikannya. Yang terpenting, lestarikan
dan lanjutkan ide-ide beliau dalam mengobarkan dakwah Islam yang Rahmatan
lil ‘Alamin. Islam bukan agama perang, bukan agama radikal, bukan agama pemaksaan,
bukan agama saling menghujat, bukan agama saling mengkafirkan, dan bukan agama
saling serang. Islam adalah agama yang cinta damai, agama yang saling
hormat-menghormati, agama yang saling menghargai perbedaan, agama yang toleran,
dan agama yang sayang pada makhluk-makhluk-Nya.
al-Faqier
ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
6-12-13,
Kaliwungu Kota Santri