Dulu, salah satu temanku di pesantren pernah bercerita, sebuah cerita yang juga pernah diceritakan oleh seorang kyai dari Plangitan, Pati, Jawa Tengah mengenai perihal seorang kyai muda.
Alkisah, tersebutlah seorang kyai muda. Dengan usianya yang masih muda, sang kyai ini terbilang mempunyai banyak ilmu, yang dalam bahasa Al-Qur'annya merupakan “khairan katsiran” atau kebaikan yang melimpah. Ilmu itu tidak lain adalah ilmu hikmah atau kebijaksanaan.
Dengan kebijaksanaan itulah sang kyai sudah dihormati masyarakatnya dalam usia yang relatif masih muda, sehingga ia sering diundang dari satu kota ke kota lainnya untuk memberikan ceramah agama (mauidhah hasanah).
Suatu malam, saat sang kyai muda dalam perjalanan untuk memberikan ceramah agama, mobilnya dihentikan oleh seorang perempuan yang cantiknya masya Allah. Dengan dandanan menor dan pakaian minimalis, perempuan ini melambaikan syal birunya ke arah mobil sang kyai.
Kyai pun berhenti, menghampiri, dan mengajak perempuan itu ke dalam mobil. Ajudannya sedikit protes: “Pak kyai, panjenengan gimana tho, perempuan ini kan pelacur? Lha panjenengan ini kan mau mengisi ceramah agama? Iki kepiye tho?”. Begitu ajudannya protes.
Memang sudah jadi kebiasaan kyai muda ini bercanda dengan orang sekelilingnya, sehingga orang di sekelilingnya termasuk ajudannya pun tidak segan-segan untuk mengutarakan uneg-unegnya namun dengan tetap menjaga tata krama.
Mendengar protes ajudannya, kyai muda ini tersenyum saja. Sementara sang perempuan menjadi salah tingkah karena mengetahui bahwa tamu yang dikencaninya ini adalah seorang kyai. Keringatnya bercucuran, sampai-sampai bedaknya luntur.
Dalam perjalanan, tiba-tiba sang kyai memerintahkan ajudannya untuk berhenti sebentar di toko busana. Turunlah mereka di toko busana. Di toko itu, sang kyai membeli pakaian untuknya, ajudannya dan perempuan tadi. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi pengajian.
Demi melihat mobil kyai datang, jamaah laki-laki pun langsung berhamburan, berusaha menyambut sang kyai dengan hanya sekedar mencium tangannya. Sementara jamaah perempuan hanya berdiri saja. Namun, saat pintu mobil dibuka, yang keluar tidak hanya kyai idola mereka yang selama ini dikenal masih single (bujangan), tetapi keluar bersama sang kyai, seorang perempuan cantik nan jelita dengan balutan busana gamis dan kerudung serba hijau yang memberikan kesan elegan kepada pemakainya. Sorotan temaram lampu panggung menambah keanggunan perempuan itu.
Rupanya di toko pakaian tadi, sang kyai sengaja membelikan gamis setelan kerudung hijau untuk si perempuan dan langsung meminta untuk memakainya.
Melihat perempuan anggun nan jelita itu, jamaah perempuan mengira bahwa perempuan jelita itu adalah istri sang kyai. Maka berhamburanlah mereka untuk mencium tangan sang perempuan tadi.
Demi melihat ratusan jamaah berlomba-lomba mencium tangannya, berlomba-lomba menghormati dan memuliakan dia, sang perempuan jelita tadi yang tidak lain adalah seorang pelacur, yang selama ini selalu hidup di kubangan maksiat, yang selama ini selalu dianggap sebagai sampah masyarakat, merasa sangat terharu. Air mata penyesalan sekaligus keharuan, kebahagian sekaligus kesedihan bercampur aduk membuncah dari kelopak mata anggunnya. Sejak malam itu, sang perempuan bertobat dengan taubatan nasuha (tobat yang sungguh-sungguh), menjauhi pekerjaan kotor itu dan mendekatkan diri pada kemuliaan sejati.
Di kemudian hari, kyai muda tersebut menikahi sang perempuan yang sudah tobat ini. Di malam pertama mereka, sang kyai bercerita, bahwa Allah telah membukakan pintu kasyaf-Nya di malam awal pertemuan mereka. Sebuah cahaya hampir redup keluar dari kening sang perempuan, di malam awal pertemuan pertama mereka, yaitu saat sang perempuan menjajakan dirinya dan saat sang kyai hendak menghadiri undangan ceramah.
Rumah tangga mereka berjalan sakinah mawaddah warrahmah sampai akhir hayat mereka. Dari mereka berdua, lahir keturunan yang shalih, yang menuntun ummat kepada makarimal ahlak dengan penuh kesebaran dan kebijaksanaan.
Dan siapapun yang diberi hikmah (kebijaksanaan), maka sungguh dia telah diberi kebaikan yang melimpah oleh Allah swt.
Wallahu A’lam
Sumber : Ust. Ulinnuha es-Salemy