Sejarah adzan begitu unik dan menarik. Kebanyakan sejarawan Arab dan penulis buku-buku sejarah hidup Nabi relatif menyepakatinya, meskipun terdapat sedikit perbedaan.
Imam Muslim meriwayatkan, bahwa Nafi’ (budak Abdullah bin Umar) berkata : “Di Madinah, umat Islam berkumpul. Suatu ketika, mereka memperkirakan waktu shalat telah tiba. Tak seorang pun yang mengumandangkan panggilan (adzan). Sampai pada suatu hari, sejumlah orang menemui Rasulullah saw. Di antara sahabat Nabi terdapat Umar bin Khattab ra. Pertemuan itu membahas topik perlunya berkumpul untuk melaksanakan shalat dan mencari solusi bagaimana memberitahu umat Islam bahwa waktu shalat tengah menjelang.
Sejumlah sahabat mengusulkan penggunaan lonceng, sama dengan yang digunakan orang Nasrani untuk memanggil jemaatnya ke gereja-gereja. Ada juga sahabat yang mengusulkan terompet yang terbuat dari tanduk, sama dengan yang digunakan Yahudi ketika memanggil penganutnya ke sinagog-sinagog. Usulan lainnya adalah penggunan api. Jadi, setiap kali waktu shalat tiba, di tempat yang tinggi dinyalakan api. Dengan begitu, seluruh muslim dapat melihatnya dan bergegas menuju masjid.
Umar bin Khattab ra. tampak asyik menyimak jalannya pertemuan tersebut. Merasa tidak tertarik dengan ketiga usulan yang terlontar, ia berkata dengan lugas, ‘Mengapa bukan seorang muslim saja yang menyeru untuk shalat?’. Tak diduga, justru Nabi Muhammad saw. menyetujui gagasan Umar bin Khattab ra. tersebut. Sembari memandang Bilal bin Rabah ra., Nabi Muhammad saw. berkata, ‘Wahai Bilal, berdiri dan serukanlah shalat’.
Imam Bukhari juga menyinggung kisah serupa (tentang azan), diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa sebagian umat Islam mengusulkan penggunaan api dan genta. Di situ diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. memerintahkan Bilal menggenapkan (dua-dua) bacaannya saat mengumandangkan adzan dan mengganjilkan (satu-satu) saat iqamah.
Wallahu A’lam
Sumber : Ensiklopedia Al-Qur’an
ADS HERE !!!