Tanggal 9
Juli hampir di depan mata. Rakyat Indonesia akan menentukan siapa pemimpin
mereka 5 tahun ke depan. Mereka berharap pemimpin ke depan akan lebih baik dari
pemimpin sebelumnya, minimal memperbaiki kesejahteraan dan kemakmuran mereka. Terutama
hak-hak mereka untuk mengenyam pendidikan, perbaikan ekonomi dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berpihak pada rakyat. Karena dengan memperhatikan ketiga
hal tersebut, maka rakyat Indonesia akan menjadi rakyat yang terdidik, makmur
dan terpelihara dengan baik.
Ada hal unik
yang mungkin kurang diperhatikan oleh masyarakat, yaitu perbedaan dua sosok capres
kita. Yang satu diusung dan didukung oleh barisan kaum elit dan yang
satunya diusung dan didukung oleh barisan kawula alit. Hal ini mungkin
ada benarnya, karena capres yang satu memang terkenal dengan kekayaannya sedang
yang satunya lebih dikenal dengan kerakyatannya.
Masalah pilihan
adalah hak setiap orang. Sebab, kriteria pemimpin yang dipandang baik adalah
menurut persepsi masing-masing orang. Yang terpenting tetap menghormati pilihan
orang lain. Dalam memilih pemimpin kita harus tetap mengedepankan toleransi
dalam memilih. Sebab, kalah atau menang pemimpin yang kita pilih, toh kita juga
akan dipimpinnya.
Demokrasi bukan
mengajarkan menang atau kalah dalam bertarung. Demokrasi mengajarkan bagaimana
setiap orang bisa menghormati dan menghargai pilihan orang lain dalam suasana
yang baik, kondusif dan bermartabat. Orang bebas meneriakkan jagonya, orang
boleh membela calonnya dan orang boleh menyanjung pemimpinnya. Namun, harus
menghormati orang lain yang berbeda pilihan dan tidak menghina atau mencela pilihan
orang lain. Itulah demokrasi yang santun dan bermartabat. Salam Demokrasi
Wallahu A’lamu
bi Muradih
al-Faqier
ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
04-06-14,
Kaliwungu Kota Santri
ADS HERE !!!