Abdullah bin Mubarrok sudah berniat akan
pergi haji tahun depan. Oleh karena itu, dia menabung dari sekarang. Menjelang
musim haji tiba, dia pergi ke pasar dengan membawa uang 500 dinar untuk membeli
unta sebagai kendaraan dalam perjalanan ke Mekkah. Sayang, uang sebanyak itu belum
cukup untuk membeli seekor unta. Maka, dia pulang lagi ke rumah.
Di tengah perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarrok
melihat ada seorang wanita sedang membersihkan bulu ayam di tempat sampah.
Abdullah bin Mubarrok tertarik dan mendekati
wanita itu. Ketika tahu bahwa ada orang yang mendekatinya, wanita itu membelakangi
Abdullah bin Mubarrok. Abdullah semakin tertarik dan ingin tahu. Dia
terperanjat. Ternyata wanita itu sedang membersihkan bangkai ayam.
Itu di ketahui dari tidak ada bekas potongan
di leher ayam. Hatinya miris, Abdullah bin Mubarrok bertanya setelah mengucap
salam.
“Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan
bangkai ayam ini?”
“Untuk di makan.” Jawab wanita itu tanpa
menoleh.
“Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita
memakan bangkai ayam.”
“Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan,
tetapi tidak untukku dan anak-anakku,” jawab si wanita sambil terus
membersihkan bangkai ayam itu.
“Memang apa sebabnya?” Abdullah bin Mubarrok
semakin penasaran.
“Jangan campuri urusanku, pergilah menjauh
dariku,” jawab wanita itu dengan nada tidak senang.
“Demi Allah, aku tidak akan pergi dari tempat
ini sebelum aku tahu masalahmu!. Katakanlah wahai ibu,” Abdullah bin Mubarrok
berharap.
“Baiklah, karena kau telah meminta dengan
nama Allah, aku beritahu masalahku. Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah
tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan
dia tidak meninggalkan warisan yang bisa di jual untuk menyambung hidup
anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku
mencari makanan kesana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam
ini,” jawab wanita itu panjang lebar.
Hati Abdullah tergetar hebat. Air matanya
mengalir deras membasahi pipinya. Pandangannya menjadi kabur dan seluruh
persendianya menjadi terasa lemas. Dia benar-benar merasa sangat berdosa jika
membiarkan wanita itu dan anak-anaknya memakan bangkai ayam. Lalu, sambil
menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai Ibnu Mubarrok, haji apakah yang lebih
mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”
Dan tanpa berpikir lagi. Abdullah bin
Mubarrok menyerahkan semua uang yang akan di gunakannya untuk membeli unta
pengangkut bekal hajinya nanti.
“Wahai ibu, mulai detik ini, bangkai ayam itu
haram bagimu dan anak-anakmu! Ambilah ini, dan segeralah beri makan
anak-anakmu.”
Wanita itu gembira sekali. Sambil menerima
pemberian Abdullah bin Mubarrok, dia berkata, “semoga Allah merahmatimu”
Lalu wanita itu pergi meninggalkan Ibnu Mubarrok,
yang dengan ikhlas pulang ke rumah. Terkubur keinginannya untuk pergi hari.
Ketika musim haji sudah selesai, Abdullah bin
Mubarrok menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat
haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita bertemu Abdullah bin Mubarrok di
tempat ini dan itu. Abdullah bin Mubarrok tentu saja heran dengan cerita
tersebut karena dia tidak jadi pergi haji. Namun, semua orang yang berangkat
haji mengaku bertemu dengannya.
Malam harinya, Abdullah bin Mubarrok mimpi
bertemu dengan Rasulullah saw. Konon, dalam mimpinya, Rasulullah bersabda, “
Wahai Ibnu Mubarrok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak
keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus
malaikat-Nya yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun.
Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.”
Sumber ; www.nu.or.id