“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaf : 16)
Di sebelah kanan manusia ada tempat duduk dan di sebelah kirinya ada tempat duduk pula, yakni majelis-majelis bagi malaikat untuk meneliti apa yang diucapkan dan apa yang ia lakukan. Malaikat yang ada di sebelah kanan mencatat kebaikan-kebaikan manusia, sedang yang ada di sebelah kiri mencatat keburukan-keburukannya.
Al-Hasan dan Qatadah berkata, Al-Mutalaqqiyani ialah dua orang malaikat yang mencatat amalmu, yang seorang berada di sebelah kananmu, mencatat kebaikan-kebaikanmu sedang yang lain berada di sebelah kirimu, mencatat keburukan-keburukanmu.
Sedang Hasan Al-Basri berkata seraya membacakan ayat ini: “seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri”. Hai anak Adam telah dibukakan untukmu lembaran dan ditugaskan dua orang malaikat yang mulia untuk menjagamu, yang seorang ada di sebelah kananmu sedang yang lain ada di sebelah kirimu. Adapun yang ada di sebelah kananmu, ia mencatat kebaikan-kebaikanmu, sedang yang ada di sebelah kirimu, mencatat keburukan-keburukanmu. Maka berbuatlah kamu sekehendakmu, sedikit atau banyak, sehingga apabila kamu mati maka catatan itu ditutup lalu diletakkan pada lehermu dan tetap menyertai kamu dalam kuburmu, sehingga kamu keluar kelak di hari kiamat. Kemudian kata Hasan Al-Basri pula, Demi Allah yang Mahaadil terhadapmu, Dia yang telah menjadikan kamu sebagai penghitung atas dirimu sendiri.
Adapun Abu Usamah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat pencatat kebaikan adalah pemimpin atas pencatat keburukan-keburukan. Apabila sese- orang melakukan kebaikan, maka kebaikan itu langsung dicatat oleh malaikat yang sebelah kanan 10 kali lipatnya. Dan apabila melakukan keburukan, maka berkatalah malaikat yang ada di sebelah kanan kepada yang ada di sebelah kiri, ‘Biarkanlah dia sampai 7 jam di waktu malamnya semoga dia bertasbih atau memohon ampun’.”
Hikmah dari hal ini ialah bahwa Allah Ta‘ala tidaklah menciptakan manusia untuk diazab. Bahkan Allah menciptakan manusia untuk dididik dan dibimbing. Maka setiap penderitaan yang dialami oleh manusia adalah untuk meningkatkan jiwanya. Alam materi sendiri mempunyai tabiat bahwa kemanfaatannya lebih banyak daripada bahayanya. Dan Allah Ta‘ala menciptakan kita untuk tujuan yang mulia bagi kita. Kebaikan-kebaikan itulah yang asli, sedangkan keburukan-keburukan itu hal yang kemudian. Sebagaimana kemanfaatan-kemanfaatan yang ada di alam ini adalah asal, sedang hal-hal yang membahayakan adalah sesuatu yang datang kemudian. Api umpamanya, diciptakan untuk memberi manfaat. Demikian pula air, diciptakan untuk memberi manfaat, dan udara pun untuk memberi manfaat. Apabila baju seseorang terbakar atau tenggelamnya seorang kepala keluarga sehingga keluarganya kehilangan dia, maka ini adalah suatu peristiwa yang datang kemudian, yang pada mulanya semua itu merupakan hal-hal yang bermanfaat. Demikian pula manusia ini diciptakan untuk tujuan yang baik. Adapun keburukan adalah hal yang datang kemudian. Dan supaya melakukan kebaikan-kebaikan. Adapun keburukan-keburukan yang dilakukannya adalah hal yang datang kemudian.
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!