Pemalsuan Kitab Taurat
Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa sebagai petunjuk bagi umat manusia. Dan Al-Qur'an telah memberitakan bahwa kaum Nabi Musa as. tidak memelihara Taurat itu. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.” (QS. Al-Ma'idah: 13)
Juga memberitahukan bahwa mereka telah mengubah kalimat-kalimat (Al-Kitab) dari tempat-tempatnya. Yakni dari apa yang biasa mereka hafal dan yakini. Kitab-kitab yang berada di tangan mereka mengukuhkan hal ini. Di dalam kitab Tasniyah disebutkan:
“Tatkala Musa telah selesai menulis kalimat-kalimat Taurat ini dalam suatu kitab sampai sempurna, Musa memerintahkan kepada Lawiyyin, yaitu para pemangku tabut janji Tuhan seraya bersabda, “Ambillah Taurat ini olehmu, dan letakkanlah di sebelah tabut janji Rabb Tuhanmu, supaya di sana ada saksi atas kalian. Sebab aku tahu bahwa kalian sesudah aku wafat, akan merusak dan menyimpang dari jalan yang telah aku wasiatkan kepadamu. Dan pada hari-hari terakhir, kalian akan tertimpa malapetaka karena kamu melakukan kejahatan di hadapan Tuhan, hingga kamu membuat Allah murka karena ulah tangan-tanganmu, hingga Nabi Musa as. mengatakan kepada mereka, hadapkanlah hatimu kepada kalimat-kalimat yang kelak aku akan menjadi saksi bagi kalian. Karena itu hendaknya kalian mewasiatkan kepada anak-anakmu agar tetap menjaga dan mengamalkan kalimat-kalimat Taurat ini. Sebab kalimat-kalimat tersebut bukan sesuatu yang batil. Bahkan di situlah letak kehidupanmu. Dengan demikian, berarti hari-harimu semakin panjang di bumi ini. Kalian saat ini sedang melakukan penyeberangan ke negeri Yordan dalam upaya memilikinya.”
Demikianlah berita wafatnya Musa. Setelah beliau wafat, dari kalangan Bani Israil tiada seorang nabi pun yang bisa menyamai dan bisa menggantikan kedudukannya.
(Dua berita ini menceritakan tentang penulisan Musa dan kematian beliau. Menurut mereka, hal ini termasuk di antara isi Taurat. Tetapi kenyataannya, bukan termasuk syariat yang diturunkan kepada Musa, yang ditulis beliau kemudian diletakkan di sisi tabut. Keduanya justru ditulis oleh orang lain, seperti ayat-ayat lainnya, yang dimasukkan ke dalam Taurat sesudah beliau wafat).
Taurat yang Ada Sekarang Bukan Taurat Nabi Musa
Dengan demikian, Taurat yang ada di tangan mereka hanyalah kitab sejarah yang mencakup tentang syariat yang diturunkan, dan Al-Qur'an sendiri menetapkan hal tersebut.
Dengan hilangnya kitab syar’i milik umat, bukan berarti hal ini membuat yang bersangkutan lupa terhadap hukum-hukum syariat itu. Apa yang ditulis oleh ‘Uzra dan lain-lainnya hanya mencakup apa yang dihafal dari Taurat sampai masanya berakhir, dan mencakup pula berita-berita lainnya.
Kiranya hal ini cukup untuk dijadikan sebagai bantahan terhadap Bani Israil yang meyakini keaslian Taurat. Juga merupakan saksi yang menyangkal bahwa di dalam Taurat terdapat hukum Allah, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Ma'idah.
Semua kitab Taurat ditulis setelah peristiwa As-Sabyu (perampasan). Hal ini dibuktikan oleh banyaknya pernyataan berbahasa Babilonia yang terdapat di dalamnya. Para ulama Nasrani sendiri mengakui mengenai hilangnya Taurat Musa yang merupakan asal agama mereka.
Dalam Khulashatul-adillatis-saniyyah ‘ala shidqi ushulid-diyanatil-Masihiyyah (Ringkasan dalil-dalil yang jelas mengenai kebenaran-kebenaran pokok-pokok ajaran agama Masehi), disebutkan sangat mustahil jika Taurat Nabi Musa sampai sekarang masih tetap ada. Kami tidak mengetahui bagaimana masalah yang sebenarnya. Tetapi menurut pendapat yang kuat menegaskan bahwa Taurat asli tersebut telah hilang bersama tabutnya, ketika Bukhtanashar merusak haikal. Ada kemungkinan masalah inilah yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa yang terkenal di kalangan Bani Israil, bahwa kitab-kitab suci mereka telah hilang. ‘Uzra sendiri yang menjadi nabi kala itu menulis Taurat dari kitab-kitab suci yang terpisah-pisah. Kemudian ia mengumpulkannya, lalu membetulkan hal-hal yang salah. Dengan demikian, kembalilah kitab Taurat dalam bentuknya yang asli.
Namun pertanyaannya dari mana ‘Uzra mengumpulkan kitab-kitab tersebut sesudah hilang? Atas dasar apa dalam membetulkan Taurat? Jika mereka mengatakan bahwa hal itu berdasarkan ilham. Dalam hal ini kami jawab bahwa hal tersebut baru bisa berlangsung setelah dilakukan pengumpulan nash-nash yang berada di tangan orang-orang, yang semuanya tidak bisa dipercaya kejujurannya dalam penukilannya. Di samping itu, kaum cendikia Eropa mengatakan bahwa sesungguhnya kitab-kitab Taurat itu ditulis dengan uslub (gaya bahasa) yang berbeda-beda. Artinya, penulisannya tidak mungkin dilakukan oleh satu orang.
Pemalsuan Kitab Injil
Kemudian Allah menurunkan Injil kepada Nabi Isa. Allah swt. memberitakan bahwa orang-orang Nasrani juga melupakan sebagian dari apa yang dijadikan sebagai peringatan untuk mereka. Ihwal mereka ini sama dengan orang-orang Yahudi, bahkan mereka lebih dari itu. Sebab Taurat ditulis sewaktu diturunkan, ribuan orang ikut membaca dan mengamalkan kandungan syariat-syariat dan hukum-hukumnya, setelah itu, Taurat hilang.
Hanya saja sebagian besar hukumnya masih tetap dihafal dan dikenal di kalangan mereka. Tetapi kitab orang Nasrani berbeda halnya. Kitab itu hanya diketahui dan dikenal pada abad keempat Masehi, karena pengikutnya ditindas oleh orang-orang Yahudi dan Romawi. Injil bisa muncul ke permukaan setelah Raja Konstantinopel memeluk Nasrani.
Di antara isi kitab tersebut adalah tentang sejarah Isa Al-Masih, termasuk sabda-sabda beliau yang juga merupakan Injil-nya. Kitab-kitab tersebut banyak jumlahnya, sehingga para penguasa memutuskan berdasarkan kesepakatan bahwa Injil itu jumlahnya empat buah.
Kesimpulannya, Allah swt. telah menurunkan Injil dan Tau-rat untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang berada di tempat turunnya kedua kitab tersebut ke jalan yang hak. Di antara hal yang hak tersebut harus beriman kepada Nabi Muhammad saw. Kedua kitab tersebut juga mencakup kabar gembira akan kedatangan Nabi saw. dan perintah taat padanya. Selanjutnya kedua kitab itu hukumnya dinasakh oleh kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi