Bulan Sya’ban
bisa dianggap sebagai serambi Ramadhan. Ketika
Sya’ban hendak meninggalkan kita, berati kita telah berada di ambang
Ramadhan. Apakah kita sudah bermuhasabah atas perilaku kita selama
ini?Diantara cara termudah bermuhasabah adalah selalu mengingat mati,
dan wahana mengingat mati adalah dengan mengunjungi tempat orang mati
(ziarah kubur). Mengapa demikian?
Di sisa bulan
Sya’ban ini, marilah kita persiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan, bulan
paling mulia dari segala bulan. Bentuk persiapan itu tentunya boleh berbeda-beda.
Bagi pedagang pakaian segeralah mengumpulkan modal dagangannya, untuk menyambut
bulan Ramdhan dan hari yang fitri. Bagi pengusaha hendaklah segera
mempersiapkan diri mengatur jadwal kerja yang tidak merusak hidmat bulan
Ramadhan tetapi juga tidak mengurangi kualitas produksi. Bagi para pengajar,
guru dan dosen juga para ustadz, bersiaplah dengan materi seputar tema
ramadhan, mulai dari sisi fiqih, hikmah dan rahasia Ramadhan.
Namun bagi
siapapun saja, hendaknya menyiapkan diri memasuki Ramadhan dengan bermuhasabah/mengintropeksi
diri. Menghitung dan mengkalkulasi amal yang telah kita lakukan selama hidup
hingga kini. Jika kita merasa amal baik lebih mendominasi dalam kehidupan kita,
maka janganlah besar hati, karena itu menunjukkan buruknya amal hati kita. Dan
biasanya perasaan tersebut (merasa diri baik) akan menyeret manusia dalam
kehinaan dan ketakabburan. Ingatlah sebuah maqalah (pesan) yang menyatakan
bahwa “orang baik adalah yang merasa dirinya buruk, dan orang buruk adalah
mereka yang mengaku dirinya baik”. Dalam idiom jawa hal tersebut biasa
disampaikan oleh orang-orang tua jaman dulu dengan sebuah ungkapan “Isoho
rumongso, ojo rumongso iso”
Namun jika
hasil kalkulasi itu menjadikan diri kita semakin merasa kurang baik, maka
segeralah menambahkan berbagai amal kebaikan, selagi umur masih di kandung
badan, semoga Allah Yang Maha Kuasa memanjangkan umur kita hingga menikmati
bulan Ramadhan yang suci.
Para orang
tua kita menyebutkan bulan Sya’ban dengan nama bulan ruwah, yang sangat identik
dengan kata arwah. Sebenarnya kata ruwah atau arwah hanyalah sebagai penanda
bahwa bulan sya’ban adalah bulan paling tepat untuk mengingatkan manusia akan
wacana akhirat mulai dari sakaraul maut, kematian, alam kubur dan alam akhirat.
|
Ilustrasi Alam Kubur (Barzah) |
Sesungguhnya
mengenang kematian dengan datang ke kuburan atau mengirim doa arwahan adalah
banyak faedahnya bagi kita yang masih ada umur di dunia. Karena hal itu bisa
menyemangati diri meningkatkan dan melipatgandakan amal di bulan Ramadhan
nanti, dan akan menambah rasa takut dalam diri hingga senantiasa menghindari
segala dosa…amin.
Mengenai
keadaan alam kubur, ada sebuah hikayat yang patut untuk disimak. Hikayat yang
diceritakan melalui Abu Bakar al-Ismaili bahwasannya Sayyidina Utsman bin Affan
tidak meneteskan air mata ketika digambarkan kepedihan neraka dengan segala
siksanya. Beliau juga tidak menangis ketika dijabarkan mengenai kedahsyatan
hari kiamat. Dan beliau juga tetap kuat mendengarkan gambaran tentang kehidupan
di akhirat. Akan tetapi beliau menangis ketika diterangkan tentang kehidupan di
alam kubur (barzah). Kenapa bisa demikian?
Sayyidina
Utsman menjawab “jika saya berada di dalam neraka, saya masih bersama-sama
manusia. Jika saya di hari kiamat nanti, saya juga masih bersama-sama dengan
manusia lainnya. Tapi jika saya di dalam kuburan, maka saya sendirian tidak ada
teman yang menemani. Sedangkan kunci kuburan itu ada pada malaikat Israfil yang
hanya akan membukanya ketika kiamat tiba”
Demikianlah Sayyidina
Utsman gentar dengan kehidupan di dalam kubur. Karena sesungguhnya kuburan itu
adalah salah satu lubang dari lubang neraka (tempat yang menyengsarakan bagi
mereka yang hidupnya penuh dengan dosa). Dan menjadi bagian dari taman surga
(bagi mereka yang beramal saleh). Demikianlah hadits Rasulullah saw berbunyi:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما القبر روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر
النار .
Rasulullah
saw. bersabda : “Sesungguhnya kuburan adalah taman dari taman-taman surga (bagi
yang bertakwa) atau jurang/lubang dari lubang neraka (bagi yang berdosa)”.
Maka kuburan
adalah serambi akhirat atau miniature akhirat yang penuh dengan pembalasan
amal. Jika amal kita di dunia baik, maka kuburan akan menjadi surga yang
bersahabat. Tetapi jika amal kita di dunia penuh maksiat, maka kuburan menjadi
neraka dan musuh yang sangat jahat. Demikianlah keterangan hadits Rasulullah
saw
خرج
الترمذي من حديث عبد الله بن الوليد الوصافي عن عطيه عن أبى سعيد قال : دخل رسول
الله صلى الله عليه وسلم مصلاّه فرأى أناسا كأنهم يكثرون ، أو يضحكون فقال :
" أما إنكم لو أكثرتم من ذكر هادم اللذات لأشغلكم عما أرى الموت فأكثروا ذكر
هادم اللذات ، فإنه لم يأت يوم على القبر إلا يتكلم فيه فيقول : أنا بيت الغربة ،
أنا بيت الوحدة ، أنا بيت التراب ، أنا بيت الدود فإذا دفن العبد المؤمن قال له
القبر ، مرحباً وأهلاً : إنك كنت لأحب من يمشي على ظهري ، فإذا وليتك اليوم وصرت
إلي فسترى صنيعي بك ، فيتسع له مد بصره ، ويفتح له باب إلى الجنة ، وإذا دفن العبد
الكافر أو الفاجر قال القبر : لا أهلاً ولا مرحباً ، أما إن كنت لأبغض من يمشي على
ظهره فإذا وليتك اليوم وصرت إلي فسترى صنيعي بك قال : فيلتئم عليه القبر حتى تلتقي
وتختلف أضلاعه " ، قال فأشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بأصابعه وأدخلها
بعضها في بعض قال : " ويقيض له سبعين تنيناً لو أن واحداً منهم نفخ على الأرض
ما أنبتت شيئاً ، ما بقيت الدنيا فتنهشه وتخدشه حتى يفضي به إلى الحساب
Bersumber dari Abi Said
Al-Khudry ra. bahwa Rasulullah saw pernah masuk ke Mushallanya. Di situ beliau
bertemu dengan orang-orang yang sedang tertawa-tawa.
Kemudian Rasulullah saw
berkata kepada mereka “andaikan kalian mau mengingat kematian, tentu saja akan
menyibukkanmu tentang kedahsyatan apa yang pernah aku lihat, maka perbanyaklah
mengingat kematian karena setiap hari kuburan berkata “aku adalah rumah
pengasingan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah
rumah cacing. Maka jikalau yang dikebumikan adalah orang mukmin kuburan akan
menyambutnya “Marhaban ahlan wa sahlan, engkau adalah salah satu orang yang
kucinta dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang engkau
telah berada di dalam kekuasaanku, maka engkau akan tahu bagaimana caraku memperlakukanmu”.
Kemudan kuburan akan memperluas rongganya untuk mayit seolah-olah panjang dan
luas sepanjang penglihatannya, dan juga di buka pintu surga banginya,
Dan apabila yang dikebumikan
adalah orang kafir, atau orang yang durhaka, maka kuburan itu menyambutnya “la
marhaban wala ahlan wala sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kubenci
dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang kau berada di
bawah kekuasaanku. Sekarang kau akan tahu sendiri apa yang akan aku lakukan
kepadamu” Maka kuburanpun menghimpitnya, sehingga tulang-tulang rusuknya akan
patah berlawanan”.
Kemudian periwayat
mengatakan “lalu Rasulullah saw berisyarat dengan memasukkan jari-jari tangan
ke dalam jari-jari tangan yang lain” (dan kemudian Rasulullah saw melanjutkan
perkataannya). Kemudian Allah swt mengirimkan kedalam kubur itu tujuh puluh
naga yang andaikan salah satu naga itu mengembus bumi, niscaya bumi tidak akan
menumbuhkan tumbuha selamanya. Tujuh puluh naga tersebut lalu menguis-nguis dan
mencakar-cakarnya sehingga kuburan menjadi kosong sampai besok hari hisab
Demikianlah
perlakuan kuburan bagi mayit yang diceritakan Rasulullah saw kepada kita
sebagai pelajaran agar kita selalu ingat akan mati. Karena dengan demikian akan
menjadiakan kita bersemangat menjalankan ibadah dan amal saleh
Lalu
bagaimanakah jika ternyata memang amal-amal buruk kita terlalu banyak? Maka
bertaubatlah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat ‘innallaha
yuhibbut tawwabina wa yuhibbul mutathohhiriin.
Oleh : Saifurroyya
Sumber : www.nu.or.id