1.) Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Sulaiman, katanya, Imam Syafi’i pernah ditanya tentang takdir, jawaban beliau:
Apa yang Engkau kehendaki terjadi
Meskipun aku tidak menghendaki
Apa yang aku kehendaki tidak terjadi
Apabila Engkau tidak menghendaki
Engkau ciptakan hamba-hamba
Sesuai apa yang Engkau ketahui
Maka dalam ilmu-Mu
Pemuda dan kakek berjalan
Yang ini Engkau karuniai
Sementara yang itu Engkau rendahkan
Yang ini Engkau beri pertolongan
Yang itu tidak Engkau tolong
Manusia ada yang celaka
Manusia juga ada yang beruntung
Manusia ada yang buruk rupa
dan ada juga yang bagus rupawan
2.) Imam al-Baihaqi menuturkan dalam kitab “Manaqib asy-Sayfi’I”, bahwa Imam Syafi’i mengatakan: “Kehendak manusia itu terserah kepada Allah. Manusia tidak berkehendak apa-apa kecuali dikehendaki oleh Allah Ta’ala. Manusia itu dapat mewujudkan perbuatan-perbuatan mereka. Perbuatan-perbuatan itu adalah salah satu makhluk Allah. Takdir baik maupun buruk, semuanya dari Allah. Azab kubur itu hak (benar), pertanyaan kubur juga hak, bangkit dari kubur juga hak, hisab (perhitungan amal) itu juga hak, surga dan neraka juga hak, begitu dalam sunnah Nabi saw.”
3.) Imam al-Lalaka’i meriwayatkan dari al-Muzani, katanya, Imam Syafi’i berkata: “Tahukah kamu siapa penganut paham Qadariyah itu? Yaitu orang yang mengatakan bahwa Allah tidak pernah menciptakan sesuatu sampai hal itu dikerjakan orang.”
4.) Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari asy Syafi’i, beliau berkata: “Kelompok Qadariyah yang oleh Rasulullah saw. disebut sebagai kelompok Majusi dari Umat Islam adalah orang-orang yang berpendapat bahwa Allah itu tidak mengetahui maksiat sampai ada orang yang mengerjakannya.”
5.) Imam al-Baihaqi juga meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Sulaiman dari Imam Syafi’i, bahwa beliau tidak mau shalat menjadi makmum di belakang penganut paham Qadariyah.
Wallahu A’lam
Sumber: Kitab I’tiqadul A’immatil Arba’ah karya Syaikh Abdurrahman al-Khumais
ADS HERE !!!