Syaikh Abdul Malik semasa hidupnya memegang dua thariqah besar (sebagai mursyid) yaitu: Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Thariqah Asy-Syadziliyah.
Sanad thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah telah beliau peroleh secara langsung dari ayah beliau yakni Syaikh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad thariqah Asy-Sadziliyah diperolehnya dari As-Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki (Mekkah).
Dalam hidupnya, Syaikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu:
1.) Membaca Al-Qur’an
2.) Membaca Shalawat.
Beliau tak kurang membaca shalawat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali mengkhatamkan Al-Qur’an. Adapun shalawat yang diamalkan adalah shalawat Nabi Khidir as. atau lebih sering disebut shalawat Khidir, yakni “Shallallah ‘ala Muhammad”.
Dan itu adalah shalawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun shalawat-shalawat yang lain, seperti shalawat Al-Fatih, Al-Anwar dan lain-lain.
Waliyullah yang menjadi guru utama Habib Luthfi bin Yahya ini juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukkan ketinggian dari akhlaq yang melekat pada diri beliau. Sehingga amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.
|
Habib Lutfi muda dipeluk gurunya (Syaikh Abdul Malik) |
Diceritakan, saat Waliyullah Jember Habib Sholeh Tanggul pergi ke Pekalongan untuk menghadiri sebuah haul. Selesai acara haul, Habib Sholeh berkata kepada para jamaah, ”Apakah kalian tahu, siapakah gerangan orang yang akan datang kemari? Dia adalah salah seorang pembesar kaum ‘arifin (ahli ma’rifat) di tanah Jawa.”
Tidak lama kemudian datanglah Syaik Abdul Malik dan jamaah pun terkejut melihatnya.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!