Menjelang Muktamar NU ke-28, 1989, Mbah Lim (Kyai Muslim Rifa’i Imampuro) rahimahullah mementingkan berkeliling Nusantara untuk berziarah kepada para wali, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, untuk bertawassul dan beristighotsah, merengek kepada mereka agar memohonkan kepada Allah perlindungan dan pertolongan bagi Bangsa Indonesia dan Nahdlatul Ulama.
Begitu masuk Kudus, Mbah Lim langsung menghadiahkan Fatihah kepada Syaikh Ja’far Shodiq, Sang Sunan. Terus-menerus ia menjaga sikap ta’dhim, lebih-lebih ketika mulai mendekati pesarean (makam).
Tepat saat kakinya melangkahi pintu makam, Mbah Lim mendadak terperanjat hingga jatuh terduduk. Wajahnya pucat-pasi, kelihatan ketakutan sekali! Lalu sambil merunduk-runduk berjalan mundur menjauh, tidak jadi sowan Kanjeng Sunan Kudus.
Santri pendhereknya pun terheran-heran,
“Ada apa, Mbah?” tanya si santri
Mbah Lim masih gemetaran seraya menjawab, “Aku dimarahi…”
Dan ia pun bercerita, betapa saat melangkahi pintu tadi, tiba-tiba sebuah suara membentaknya keras sekali,
“Ngapain kesini?!! engkau kira aku nggak ikut mikir dari kemarin-kemarin?!!!” bentak Sunan Kudus
|
Makam Sunan Kudus |
Catatan tentang sumber cerita:
Dari Kudus itu Mbah Lim langsung menuju Rembang dan di rumah Gus Mus bertemu dengan Gus Dur yang datang dari arah lain. Saya mendengar mereka membicarakan pengalaman Mbah Lim ini.
Penulis: KH. Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!