Suatu saat, ketika Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa sedang ngaji di Rubath Darul Musthafa Yaman di bawah asuhan Habib Umar bin Hafidz. Kala itu, Yaman dalam kondisi perang, sehingga segala hal serba sulit. Di saat stok makanan sudah menipis, karena saat itu pengiriman makanan dari luar Yaman diblokir oleh pihak penjajah, makanan hanya cukup untuk keluarga Habib Umar bin Hafidz.
Namun apa yang terjadi?
Ketika Habib Mundzir selesai makan, Beliau memergoki (tidak sengaja menjumpai) anak Habib Umar bin Hafidz sedang mengambil sisa-sisa makanan Habib Mundzir dan santri-santri yang lain. Lalu Habib Mundzir bertanya kepada putra sang guru itu sedang apa.
Dengan polosnya, anak Habib Umar bin Hafidz menjawab: “Saya mengambil sisa-sisa makanan yang tersisa buat Abah (Habib Umar bin Hafidz) yang belum makan.”
Subhanallah…. Habib Mundzir tertegun dan bergetar hatinya. Sang guru yang dimuliakannya ternyata begitu luar biasa riyadlohnya.
Itulah sosok Habib Umar bin Hafidz yang begitu mulia. Beliau dan keluarganya bisa tidak makan asalkan santri-santrinya tidak kelaparan. Alangkah mulianya akhlaq beliau.
Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmahnya Amiinn Ya Robbal ‘Alamiin
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!