KH. Utsman al-Ishaqiy, Surabaya adalah ulama besar pada jamannya. Beliau adalah ayahanda KH. Asrori Utsman al-Ishaqiy Kedinding. Di masa kecil, Kyai Utsman sudah memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya beliau selalu tidak ada di rumah setelah maghrib dan baru pulang setelah jam 11 malam dengan badan yang penuh lumpur. Ternyata setelah diselidiki, beliau berada di sungai didekap oleh seekor buaya putih.
Setiap malam Kyai Utsman selalu tidur di surau (mushola) bersama kakek beliau Kyai Abdullah, selain kakek beliau tidak ada yang berani mendampingi beliau tidur, karena dari mata Kyai Utsman memancarkan sinar terang seakan-akan mau menembus langit.
Ketika berumur 6 sampai 7 tahun, pada suatu malam nampak banyak bintang-bintang turun dari langit seraya memancarkan sinarnya ke dekapan beliau. Sejak Kyai Utsman berumur 4 tahun, setiap jam 3 malam beliau keluar rumah menuju Masjid Jami’ Sunan Ampel Surabaya diantar kakak beliau Nyai Khadijah untuk membaca tarhim.
Setiap beliau sampai di pintu gerbang masjid, beliau selalu disambut oleh banyak anak-anak kecil memakai kopiah putih, dan setelah beliau sampai di masjid anak-anak kecil tersebut hilang entah kemana dan baru muncul kembali sewaktu beliau pulang dari masjid sekitar jam 7 pagi untuk mengantarkan beliau ke pintu gerbang dan setelah itu kembali menghilang.
Ketika berumur 13 tahun, Kyai Utman mulai mengalami kasyaf dengan mampu melihat Ka’bah di Makkah secara jelas dari tempatnya berdiri. Bahkan kemudian Kyai Utsman mampu melihat perwujudan manusia menurut amalannya, ada yang berwujud anjing, babi, kera dan sebagainya.
Kyai Utsman menghabiskan masa kecilnya untuk mengaji kepada banyak ulama di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pesantren pertama yang disinggahinya adalah pesantren yang diasuh oleh Kyai Khozin Siwalan Panji, Sidoqrjo. Tidak lama kemudian Kyai Utsman pindah ke pesantren yang diasuh oleh Kyai Munir Jambu Madura, selanjutnya beliau mondok di Pesantren Tebuireng asuhan Hadhratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dan akhirnya Kyai Utsman memantapkan hatinya utk memperdalam ilmunya kepada KH. Romli Tamim Rejoso Peterongan.
Dari Kiai Romli, KH. Utsman kemudian menjadi Mursyid Thariqah Qadiriyah. Santri dan jamahnya ribuan dari berbagai penjuru Nusantara.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!