Kolektor Arsip Habib Ali Kwitang Anto Jibril mengatakan, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau lebih dikenal Habib Ali Kwitang mendapatkan surat dari ulama-ulama di Jawa ketika Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 1926. Dia ditanya bagaimana sikapnya tentang NU. Habib Ali kemudian mengundang salah seorang muridnya, KH. Ahmad Marzuki bin Mirshod, untuk menyelediki seluk-beluk NU.
Habib Ali Kwitang kemudian mengutus Kiai Marzuki untuk datang ke tempatnya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari untuk mencatat apapun yang dilihatnya di sana. Ketika sampai di sana, Kiai Marzuki kemudian meminta satu hal kepada Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Yaitu agar jilbab yang dipakai perempuan NU dibenarkan. Jika itu dilakukan, Kiai Marzuki yakin NU akan bisa masuk ke tanah Batavia (Jakarta).
Anto Jibril menuturkan, setahun kemudian Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim datang ke Batavia. Mereka ingin agar NU didirikan di sana. Ketika sampai di Batavia, orang yang pertama kali ditemui Hadratussyekh Hasyim Asy’ari adalah Habib Ali Kwitang.
“Setelah itu tahun 1928, NU dibentuk di Batavia. Habib Ali izinkan itu waktu. Lagi-lagi Habib Ali masih pegang fatwanya Habib Utsman bin Yahya. Jadi jangan dimasukkan namanya (Habib Ali Kwitang di jajaran pengurus NU),” kata Kolektor Arsip Habib Ali Kwitang, Anto Jibril, saat mengisi acara Kajian Manuskrip Ulama Nusantara di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Menurut Anto Jibril, semula orang-orang di Batavia kurang tertarik masuk NU karena tidak ada nama Habib Ali di sana. Kemudian Kiai Marzuki ‘menegur’ Habib Ali karena dulu dirinya yang meminta untuk mendirikan NU di Batavia, namun ternyata setelah berdiri Habib Ali malah tidak bersedia gabung.
“Sampai pada akhirnya Habib Ali memproklamirkan dirinya jadi warga Nahdliyin. Ini jarang yang diungkapkan, padahal ini dipublikasikan di Koran-koran zaman dulu. Salah satu korannya berbahasa Belanda, koran Het Nieuws van den Dag (terbit) tanggal 20 Maret 1933,” jelasnya.
|
Habib Ali Kwitang bersama kiai-kiai NU |
Anto Jibril menuturkan, Habib Ali Kwitang mendeklarasikan dirinya menjadi Nahdliyin pada 1933, atau setahun sebelum wafatnya Kiai Marzuki. Kemudian diadakan Kongres NU di daerah Kramat, Batavia. KH. Abdul Wahab Chasbullah yang bertugas memimpin jalannya kongres tersebut. Setelah Habib Ali Kwitang mendeklarasikan diri menjadi Nahdliyin, ada sekitar 800 ulama yang saat itu siap masuk NU.
“Dan kurang lebih seribu, disebutkan di koran itu, siap masuk pula menjadi warga Nahdlatul Ulama. Pertama Habib Salim bin Jindan,” jelasnya.
Di koran Belanda itu, lanjut Anto, pada saat itu Habib Salim bin Jindan mengkritik NU. Namun kemudian, Habib Ali Kwitang menenangkannya. Kemudian Habib Ali Kwitang mendeklarasikan dirinya sebagai Nahdliyin. Setelah mendengar ‘pengakuan Habib Ali Kwitang’, peserta yang hadir berdiri dan bertepuk tangan bersama. KH. Abdul Wahab Chasbullah juga senang dengan sikap yang ditunjukkan Habib Ali Kwitang tersebut.
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!