Dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Imam al-Hafidz Ibnu Katsir menulis sebuah riwayat menarik tentang Nabi Ayyub ‘alaihissalam dan dua saudaranya. Berikut riwayatnya:
Ayahku bercerita, Abu Salamah bercerita, Jarir bin Hazim bercerita, dari Abdullah bin Ubaid bin Umair, ia berkata: “Nabi Ayyub ‘alaihissalam mempunyai dua orang saudara. Suatu hari keduanya mengunjunginya. Mereka tidak kuat berdekatan dengan Nabi Ayyub karena baunya. Keduanya berdiri dari kejauhan. Salah satu dari keduanya berkata: “Andai Allah mengetahui kebaikan Nabi Ayyub, ia tidak akan tertimpa musibah ini.”
Nabi Ayyub pun sedih karena ucapan dua saudaranya itu, dengan kesedihan yang tidak pernah dirasakan olehnya. Kemudian ia berdoa: “Ya Allah, kiranya Engkau tahu bahwa aku tidak pernah tidur (dalam keadaan) kenyang, padahal aku tahu (bagaimana susahnya) keadaan orang kelaparan, maka benarkanlah aku.” Allah membenarkannya dari langit, dan kedua saudaranya mendengarnya.
Kemudian Nabi Ayyub berdoa (lagi): “Ya Allah, kiranya Engkau tahu bahwa aku tidak memiliki pakaian, padahal aku tahu (bagaimana susahnya) keadaan orang telanjang, maka benarkanlah aku.” Allah membenarkannya (lagi) dari langit, dan kedua saudaranya mendengarnya.
“Ya Allah, dengan keagungan-Mu,” lalu Nabi Ayyub bersujud dan melanjutkan doanya, “Ya Allah, dengan keagungan-Mu aku tidak akan mengangkat kepalaku selamanya hingga Engkau hilangkan (musibah ini) dariku.” Kemudian Nabi Ayyub tidak mengangkat kepalanya hingga Allah menghilangkan (musibah/penyakit) darinya. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, hal. 1246)
|
Makam Nabi Ayyub |
Nabi Ayyub ‘alaihissalam terkena sakit menahun yang luar biasa parahnya. Menurut Imam Qatadah, lamanya sekitar tujuh tahun, “tujuh tahun beberapa bulan,” yang tersisa dari tubuhnya tinggal mata, hati, jantung dan lidahnya.
Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dikatakan, “tidak tersisa dari (tubuh) Nabi Ayyub kecuali mata, hati dan lidahnya.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, hal. 54).
Menurut Imam Wahb bin Munabbih, “Nabi Ayyub mengalami bala’ (musibah) tiga belas tahun.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim hal. 1245). Penggunaan kata “al-bala’” menunjukkan bahwa yang menimpanya tidak hanya penyakit, tapi berbagai macam musibah.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!