Sudah menjadi maklum di kalangan umat Islam bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan 27 derajat dibanding shalat sendirian. Bila hanya dibaca dan dipahami secara tekstual saja mungkin ketika seseorang tidak shalat berjamaah ia hanya menghitung bahwa pahala yang di dapatnya sekadar lebih sedikit dari mereka yang berjamaah, selesai.
Namun bagi mereka yang diberi penglihatan batiniah oleh Allah, keutamaan 27 derajat bukan semata soal jumlah angka belaka.
Ubaidillah bin Umar Al-Qawariry, sebagaimana diceritakan oleh Sayyid Al-Bakri, menuturkan:
Tak pernah aku tertinggal shalat jamaah di masjid. Seumur-umur aku selalu melakukan shalat wajibku di masjid dengan berjamaah. Sampai suatu ketika, aku kedatangan seorang tamu yang membuatku terlambat shalat Isya’. Saat tamu itu pergi aku berusaha mendatangi beberapa masjid barangkali masih ada yang belum menunaikan shalat Isya’. Namun ternyata semua masjid telah selesai berjamaah dan telah dikunci.
Aku sangat menyesalinya. Baru kali ini aku tak shalat berjamaah. Teringat hadits Rasul bahwa shalat berjamaah itu 27 derajat lebih baik dari shalat sendirian, maka malam itu juga aku melakukan shalat Isya’ 27 kali untuk mengganti shalat jamaahku yang hilang.
Saat aku tidur malam harinya aku bermimpi. Aku mengendarai kuda bersama sekumpulan orang. Mereka begitu cepat mengendarai kudanya hingga jauh mendahuluiku. Aku berusaha untuk mengejarnya namun tak pernah bisa. Salah satu dari mereka menoleh kepadaku seraya berkata, "Hai Ubaidillah, engkau tak akan pernah bisa mengejar kami."
"Mengapa?" tanyaku.
Orang itu menjawab, "Karena kami melakukan shalat Isya’ berjamaah, sedangkan kamu tidak."
Kisah ini dinukil dari kitab "I'anatut Thalibin" karya Sayyid Al-Bakri bin Muhammad Syatha Al-Dimyathi, juz 2, hal. 5.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!