Thabathaba’i sependapat dengan Al-Biqa’i yang menulis bahwa, menurut pandangan Abu al-Hasan al-Harrali, kata ‘inda dalam bahasa Arab adalah menyangkut sesuatu yang jelas dan tampak, sedang kata ladun untuk sesuatu yang tidak tampak. Dengan demikian, yang dimaksud dengan rahmat oleh ayat di atas adalah “Apa yang tampak dari kerahmatan hamba Allah yang saleh itu,” sedang yang dimaksud dengan ilmu adalah “Ilmu batin yang tersembunyi, yang pasti hal tersebut adalah milik dan berada di sisi Allah semata-mata.”
Pakar-pakar tasawuf menamai ilmu yang berdasar mukasyafah (tersingkapnya sesuatu melalui cahaya kalbu) menamainya dengan ilmu ladunniyy. Hamba Allah yang tekun dalam pengolahan jiwa dengan memperindah lahiriahnya dengan ibadah, sambil menjauhi akhlak buruk, dan menghiasi diri dengan akhlak luhur serta bersungguh-sungguh mengasah potensi-potensi ruhaniahnya yang diistilahkan oleh al-Biqã’i dengan potensi hissiyah, khayaliyyah, dan wahmiyyah, dia akan meraih potensi ‘aqliyyah yang sangat jernih lagi sangat kuat.
Dalam ayat ini, Allah swt juga menyebutkan bahwa Khidir itu ialah orang yang mendapat ilmu langsung dari Allah. Ilmu itu tidak diberikan kepada Nabi Musa, sebagaimana juga Allah telah menganugerahkan ilmu kepada Nabi Musa yang tidak diberikan kepada Khidir.
Menurut Hujjatul Islam al-Gazali, bahwa pada garis besarnya, ada dua cara bagi seseorang untuk mendapatkan ilmu: 1. Proses pengajaran dari manusia, disebut at-ta‘lim al-insani, yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu; a. Belajar kepada orang lain (di luar dirinya). b. Belajar sendiri dengan menggunakan kemampuan akal pikiran. 2. Pengajaran yang langsung diberikan Allah kepada seseorang yang disebut at-ta‘lim ar-rabbani, yang dibagi menjadi dua juga, yaitu; a. Diberikan dengan cara wahyu, yang ilmunya disebut: ‘ilm al-anbiya' (ilmu para nabi) dan ini khusus untuk para nabi. b. Diberikan dengan cara ilham yang ilmunya disebut ‘ilm ladunni (ilmu dari sisi Tuhan). ‘Ilm ladunn ini diperoleh dengan cara langsung dari Tuhan tanpa perantara. Kejadiannya dapat diumpamakan seperti sinar dari suatu lampu gaib yang langsung mengenai hati yang suci bersih, kosong lagi lembut. Ilham ini merupakan perhiasan yang diberikan Allah kepada para kekasih-Nya (para wali).
Wallahu A'lam
Sumber : Tafsir Al-Mishbah
ADS HERE !!!