“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim : 7)
Dalam dunia modern ini, beberapa ilmuwan telah meneliti manfaat syukur dalam kaitannya dengan kejiwaan dan kesehatan seseorang, diantaranya seorang ilmuwan bernama Wallace Wattles. Wallace Wattles dalam bukunya The Science of Getting Rich (1910), mengatakan, “Banyak orang yang menjalani hidup dengan cukup benar, tetapi tetap miskin karena kurang bersyukur. Setelah menerima kemurahan Tuhan, mereka memotong ‘kabel’ yang menghubungkan mereka dengan Tuhan dengan cara mengingkari nikmat-Nya.” Apa yang disampaikan oleh Wattles tersebut telah tercantum dalam QS. Ibrahim/14: 7, jauh sebelum ia menuliskannya.
Lebih jauh lagi, Wattles mengatakan tentang adanya law of attractions (hukum ketertarikan) dalam rasa syukur. Ia menuliskan bahwa hukum dari rasa syukur sesuai dengan prinsip alam tentang aksi dan reaksi, kedua hal tersebut selalu seimbang dan berlawanan arah. Seseorang tidak akan mampu memanfaatkan kekuatan diri secara optimal tanpa disertai rasa syukur, sebab syukur menjaga seseorang untuk tetap terhubungkan dengan kekuatan tersebut. Kekuatan kreativitas dalam diri membuat kita mempunyai gambaran tentang hal-hal yang harus kita beri perhatian dan kerjakan. Pikiran yang penuh dengan rasa syukur akan senantiasa menetapkan hal yang terbaik, sehingga hasil yang akan dicapai merupakan hal yang terbaik pula.
Penelitian lain yang dilakukan oleh S.B. Alqoe dkk. asal University of Virginia, Amerika Serikat (AS) dan dimuat dalam jurnal ilmiah Emotion, edisi Juni 2008 dengan judul Beyond reciprocity: gratitude and relationships in everyday, mendapatkan kesimpulan bahwa bersyukur, selain menyehatkan jiwa raga, juga mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan manusia.
Wallahu A’lam
ADS HERE !!!