Keistimewaan sejumlah ulama sebagai pewaris para Nabi dalam kajian tasawuf berfungsi untuk memperkuat keimanan umat Muslim. Lain dengan mukjizat para Nabi yang levelnya lebih tinggi yaitu di antaranya untuk menunjukkan kekuasaan Allah swt. melalui utusannya.
Riwayat karomah (keistimewaan) ulama dimaksud banyak menjadi pelajaran yang tertulis di dalam berbagai kitab. Karomah yang dimiliki oleh wali itu tidak hanya nampak ketika hidup saja. Tetapi setelah wafat, waliyullah masih diberi karomah.
Dan bagi pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah, kepercayaan terhadap adanya waliyullah dan karomah itu perlu diyakini secara baik. Bahkan empat imam madzhab sudah bersepakat mengenai karomah yang ada pada para wali ketika hidup maupun sudah wafat.
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam karyanya Secercah Tinta (2012) mengungkapkan, banyak Nabi-nabi dari Bani Israil dengan mukjizatnya bisa menghidupkan orang mati. Lalu bagaimana umatnya Rasulullah saw.? Umat Rasulullah pun sama.
Jika pada Bani Israil ada Nabi yang bisa menghidupkan orang mati, maka umat Nabi saw. pun bisa menghidupkan orang mati dengan karomahnya, seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, sebagaimana disebutkan dalam manaqibnya. Demikian juga Imam Yahya bin Hasan yang juga keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani akhirnya disebut bin Yahya. Karomah-karomahnya juga bisa menghidupkan orang mati.
Selain itu, Imam Al-Ghazali termasuk ulama masyhur yang memiliki banyak riwayat keistimewaan. Konon, Al-Ghazali dikehendaki masuk surga karena menolong seekor lalat yang kecebur dalam wadah tinta yang digunakannya untuk menulis kitab.
Diceritakan oleh KH. Abdul Moqsith Ghazali (2018), Imam Al-Ghazali pernah berdoa kepada Allah. Dalam doanya,beliau berharap kitab yang ditulisnya, Ihya’ Ulumiddin, lebih terkenal dibanding kuburannya. Doa tersebut dikabulkan. Saat ini kitab tersebut dikaji di berbagai pesantren dan perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sebaliknya, kuburan Al-Ghazali tidak banyak yang tahu. Bahkan menurut Kiai Moqsith yang pernah berkunjung ke makam Al-Ghazali, kuburan penulis Kitab Tahafutul Falasifah itu terlihat apa adanya karena baru dua tahun belakangan ditemukan. Artinya, selama ratusan tahun yang ramai diziarahi selama ini bukan makam Al-Ghazali.
Salah seorang kiai pesantren yang dikenal mempunyai keistimewaan seperti di atas ialah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Bahkan, Gus Dur tak hanya masyhur tulisan-tulisannya, tetapi juga kuburannya yang diziarahi ribuan orang setiap hari. Nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan oleh Gus Dur membuatnya tak hanya diziarahi umat Islam, tetapi juga masyarakat dari berbagai kalangan dan agama.
|
Keluarga Gus Dur sedang menziarahi Makam Gus Dur |
Kiai Moqsith yang juga dikenal dekat dengan Gus Dur saat masih hidup menuturkan, dahulu Gus Dur ditawari umur 90 tahun oleh malaikat. “Buat apa sih umur panjang-panjang, yang sedang sajalah 69 tahun. Akhirnya benar, Gus Dur wafat pada usia tersebut,” ungkap Kiai Moqsith saat mengisi forum ilmiah tentang moderasi Islam di Bogor, Jawa Barat baru-baru ini.
Kisah tersebut muncul ketika Kiai Moqsith juga menjelaskan riwayat salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw., Sa’ad bin Abi Waqash. Saat itu sahabat Sa’ad didatangi malaikat pada umur 42 tahun dan ingin mencabut nyawanya.
Seketika sahabat Sa’ad protes kepada malaikat, karena anak-anaknya yang masih kecil. Akhirnya, sahabat Sa’ad berdoa meminta kepada Allah dan diberikan umur panjang. Dikabulkan oleh Allah, umur 84 tahun sahabat Sa’ad baru meninggal. Kuburan sahabat Sa'ad berada di Kota Guangzhou, Tiongkok (China) dan ramai diziarahi banyak orang dari mancanegara.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!