1.) Pengaruh negatif dari harta :
a. Harta bisa membawa kepada berbagai macam dosa, dikarenakan sebagai sarana nafsu yang bermacam-macam. Seorang yang tidak mempunyai biaya untuk melakukan suatu dosa, hatinya tidak bergerak untuk melakukannya. Timbulnya hasrat untuk berbuat dosa adalah bila diri kita merasa sanggup, dan harta merupakan sumber kesanggupan yang menggerakkan orang kepada berbagai perbuatan maksiat dan perbuatan dosa. Jika menuruti keinginan diri niscaya akan binasa, dan jika ditahan akan terasa pahit. Itulah sebabnya bersabar ketika sanggup adalah lebih berat, ujian senang lebih berat daripada ujian susah.
b. Harta itu menarik kepada bermewah-mewah di bidang yang mubah. Mana bisa orang yang berharta hanya makan makanan yang sangat sederhana, berpakaian seadanya, seperti yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Kalau sudah terbiasa menikmati keduniaan dan membiasakan diri dengan kemewahan, lalu kemewahan menjadi kebiasaan dan hobbi yang tak dapat ditinggalkan lagi, mungkin suatu saat tidak akan dapat membiayainya dari usaha yang halal. Maka terjerumuslah kita ke bidang syubhat dan terbenam dalam riya, berdusta, munafik dan timbul semua sifat dan akhlak tercela, agar urusan dunianya dapat terurus dan dapat terus hidup mewah.
Orang yang banyak harta akan banyak pula kebutuhannya atau ketergantungannya kepada orang lain, dan barangsiapa yang memerlukan orang lain bisa dengan terpaksa harus ambil muka kepada mereka. Dari ketergantungan atau keperluan terhadap orang lain, timbullah persahabatan dan permusuhan yang dapat menjadi sumber iri, dengki, riya, sombong, berdusta, hasud, fitnah, bergunjing dan semua dosa hati dan dosa lidah, yang selanjutnya dapat menular ke seluruh aspek. Semuanya itu timbul dikarenakan harta dan didesak kepentingan dalam menjaga dan mengurusnya.
c. Tidak dapat dipungkiri bahwa mengurus harta itu menyebabkan orang lalai dari mengingat Allah, dan setiap hal yang mengganggu dari mengingat Allah adalah suatu kerugian.
Nabi Isa as. menerangkan bahwa dalam berharta terdapat 3 macam bahaya :
1. Diambil dari sumber yang tidak halal.
2. Jika diambil dari sumber yang halal, dibelanjakan tidak pada tempatnya.
3. Jika dibelanjakan pada tempatnya, kita akan terganggu dari mengingat Allah karena mengurusnya.
2.) Bebaskanlah dirimu dari kepentingan dunia karena dalam waktu dekat ini kamu akan tercabut daripadanya, dan dunia yang kamu cari dengan susah payah itu akan kamu tinggalkan dengan begitu saja, dan yang kamu tumpuk-tumpuk itu akan dijadikan rebutan oleh ahli warismu, yang selanjutnya akan mencelakakan keluarga kamu sendiri. Maka, janganlah kamu mencari kehidupan di muka bumi ini untuk bersenang-senang dengannya. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang semu, kehidupan yang penuh tipuan dan permainan.
Sampai kapanpun kalau manusia itu hanya mementingkan kehidupan dunia, maka dia akan tertipu dan akan dipermainkan oleh kehidupan dunia itu sendiri, dia akan dijadikan budak dunia, disuruh ini dan itu, disuruh pergi kesana kemari, hanya untuk mengurus urusan dunia dan kesenangannya yang tak pernah kunjung datang.
Mengejar kehidupan dunia adalah mengejar bayangan fatamorgana, yang disangkanya penuh air kesejukan, padahal semua hanya bayangan, semakin dikejar semakin jauh dan setelah didekati hanya panas terik matahari, lalu fatamorgana itu pindah ke tempat yang lebih jauh lagi, dimana sampai matipun belum ketemu apa yang sebenarnya dicarinya, sebab yang dicari adalah kehidupan semu.
3.) Wahai hamba Allah, kamu pasti merasakan kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Apabila kamu ingin bersih secara sempurna maka lepaskanlah hatimu dari makhluk, jalinlah hubungan dengan Allah Azza wa Jalla, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu, dan serahkan mereka kepada Allah karena semua itu hanya ada di tangan Allah, maka kamu pasrahkan saja sepenuhnya kepada Allah, kamu didik mereka untuk mengabdi kepada Allah. Wahai hamba Allah, janganlah kamu menjadi manusia jahil yang khawatir anaknya kelaparan, yang hatinya goncang karena memikirkan nasib perekonomian anak-anaknya nanti, tetapi tidak memikirkan apa yang hendak disembah anak-anaknya itu, menyembah dunia atau menyembah Allah Azza wa Jalla.
4.) Kebanyakan manusia itu cenderung mendahulukan istri dan anak-anaknya daripada mendahulukan ridlo Allah. Sesungguhnya aku melihat setiap gerak menuju kepada keduniaan, setiap tujuanmu, istrimu, anak-anakmu, dan apapun itu hanyalah barang yang semu. Kamu lebih mementingkan urusanmu, urusan anak istrimu, kamu tumpuk harta benda untuk perbekalan anak istrimu, kamu berbuat dusta dan munafik karena mementingkan urusan dunia, agar dapat menumpuknya, tetapi kamu tidak memikirkan bagaimana nasibmu, nasib anak istrimu sehingga kamu dan keluargamu tidak punya akidah yang kuat, sehingga hatimu dan hati keluargamu goncang, tidak tahu siapa Tuhannya.
5.) Wahai hamba Allah, tinggalkanlah olehmu sesuatu yang dibagikan, dan sesuatu yang tidak dibagikan, karena pencarianmu terhadap sesuatu yang belum Allah bagi atau beri adalah sangat dibenci dan tercela, sedang pencarianmu terhadap sesuatu yang telah Allah bagi adalah cela dan aib.
6.) Wahai hamba Allah, berfikirlah kamu bahwa rezeki itu menurut ketentuan pembagiannya. Jika sudah terbagi maka rezeki itu tidak akan bertambah maupun berkurang, tidak dapat dipercepat maupun diperlambat. Janganlah kamu merasa ragu atas jaminan Allah. Janganlah kamu serakah dan rakus mencari sesuatu yang tidak dibagikan kepadamu.
7.) Wahai hamba Allah, renungkanlah dalam-dalam siapakah yang memberi makan dirimu tatkala kamu masih dalam perut ibumu?. Setelah lahir, anehnya kamu bergantung pada diri sendiri dan orang lain, pada uangmu, pada perdaganganmu, pada teman-temanmu, dan pemimpinmu. Ingatlah, bahwa setiap orang yang bergantung kepada mereka, maka orang itu menuhankan mereka. Setiap orang yang kamu takuti atau kamu harap, berarti kamu pertuhankan. Setiap orang yang kamu pandang punya hubungan dengan datangnya bahaya dan manfaat, maka berarti kamu pertuhankan.
8.) Wahai hamba Allah, ketahuilah olehmu bahwa dunia itu sudah terbagi sejak dahulu. Oleh karena itu tinggalkan pencarian dunia yang menimbulkan kesusahan. Kamu bekerja itu adalah ibadah, kamu tidak boleh malas hidup di dunia akan tetapi semangat kerjamu itu bukanlah untuk mencari dunia. Maksudnya adalah kamu harus merasa cukup dengan apa yang kamu peroleh, kamu harus bekerja dimana di dalam bekerja janganlah mencari sesuatu yang kamu anggap kurang sebab sesuatu yang kamu anggap kurang itu memang bukan bagianmu, bukan milikmu. Inilah yang dinamakan sifat qona’ah, yaitu hati merasa cukup terhadap sesuatu yang diperoleh dan terus bekerja karena manusia harus bekerja dan beribadah kepada-Nya.
9.) Harta dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting. Dengan harta manusia dapat selamat dan berbahagia di dunia dan akhirat jika harta bendanya dipergunakan untuk berbuat kebaikan. Banyak manusia jadi hancur karena harta, disebabkan harta bendanya dijadikan sarana untuk melakukan perbuatan dosa. Maka, berhati-hatilah terhadap bahaya yang tersimpan dalam harta. Harta itu bagaikan ular atau kalajengking, siapa yang tidak pandai mengurusnya akan tergigit atau tersengat, gigitannya ataupun sengatannya mengandung racun yang mematikan. Akan tetapi, racun tersebut bagi orang yang berilmu dapat dijadikan obat yang bermanfaat bagi manusia.
Wahai hamba Allah, jika kamu memandang harta, pandanglah dari sudut bahayanya, jangan kamu pandang dari segi manfaatnya. Jika kamu pandang dari sudut bahayanya, harta itu akan kamu pergunakan untuk beribadah, tetapi jika kamu pandang dari sudut manfaatnya, maka harta itu akan kamu simpan untuk kepentingan keluargamu sehingga kamu menjadi manusia yang bakhil, menjadi manusia terkutuk dan rakus terhadap harta.
10.) Wahai hamba Allah, sebentar lagi kamu akan mati, maka ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang. Kamu menyimpan banyak dosa yang mengakibatkan terkena siksa yang menghinakan. Hatimu terlalu menderita karena cinta dan serakah dunia. Maka tinggalkanlah pencarian yang menganiaya dirimu, terimalah apapun yang menyukupi (keperluan) dirimu. Akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang diperoleh, halalnya dihisab, dan haramnya disiksa. Celakanya, kebanyakan manusia telah lupa siksa dan hisab.
11.) Terhadap apapun yang dirimu berada di dalam dunia ini tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara bagimu. Akan tetapi jika dunia ini kamu letakkan di luar dirimu, kamu letakkan untuk kebajikan, bukan untuk dirimu sendiri, maka hal tersebut akan membantu dirimu, menjadi pelayanmu, bukan kamu yang menjadi pelayan dunia. Maka gunakanlah dunia ini sebagai alatmu untuk mencari dan mendekat kepada Allah, dan jangan sampai dirimu diperalat dunia sehingga kamu dijauhkan dari Allah.
12.) Wahai orang yang mengadu kepada makhluk, bencana akan menimpamu. Mana mungkin pengaduanmu bisa bermanfaat bagimu. Pengaduan kepada makhluk tidak akan bermanfaat atau membawa mudharat, sebab makhluk itu tidak bisa memberi manfaat ataupun memberikan bahaya. Apabila kamu berpegang teguh kepada mereka dan menyekutukan Allah, adalah menjauhkan dirimu dari-Nya sedang kemarahan-Nya tertuju kepadamu, dan Dia tertutup bagimu.
13.) Wahai orang yang berpaling dari Allah dan dari orang-orang siddiq dari hamba-Nya karena menghadap makhluk, sampai kapan kamu menghadap mereka?. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat, juga bukan pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, Pemberi nista hanya satu, Pemberi manfaat hanya satu, Penggerak dan Pendiam hanya satu, Pemberi dan Pencegah juga hanya satu. Dia Maha Pencipta dan Pemberi rezeki. Dia Qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenek moyangmu atau orang-orang kaya diantara kamu. Dia Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Dialah Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Luhur.
14.) Wahai hamba Allah, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat untuk mendekat dan mengabdi kepada-Nya, tidak lebih dari itu. Allah yang mengaturnya, dan siapa yang memahami ini akan memperoleh manfaat dengan alat dan mengetahui Zat Pengatur disana. Berdiam bersama makhluk sangatlah tercela dan berdiam bersama Allah adalah terpuji dan sebagai kebaikan serta sebagai kenikmatan.
15.) Wahai hamba Allah, jika kamu ingin bahagia keluarkan makhluk dari hatimu, janganlah kamu takut atau mengharap mereka, jangan bergaul bersama mereka, janganlah hatimu kamu lekatkan kepadanya, karena hati yang lekat dengan makhluk akan menemui kesusahan dan kegoncangan. Ingatlah bahwa kebahagiaan hati itu bila untuk mengingat Tuhan, untuk melihat-Nya.
16.) Wahai hamba Allah, dahulukan akhirat atas dunia tentu kamu akan meperoleh kebahagiaan dari keduanya. Apabila dunia lebih kamu dahulukan dan lebih kamu pentingkan daripada akhirat, niscaya kamu akan rugi besar, bahkan siksa selalu menantimu. Apabila kehidupan akhirat lebih kamu utamakan dan lebih kamu pentingkan, maka semua urusanmu di dunia ini selalu jadi baik, kamu akan hidup senang di dunia dan akhirat. Tetapi kalau kehidupan dunia lebih kamu pentingkan, maka sudah pasti kamu akan tersiksa tatkala hidup di dunia dimana kamu tidak akan menemukan kesenangan hidup di dunia, akan selalu merasa kurang, selalu tidak puas terhadap apa yang kamu peroleh, dan di akhirat nanti kamu akan memperoleh siksa yang sangat pedih yang disebabkan usahamu di dunia yang selalu menyia-nyiakan kehidupan akhirat.
Wahai hamba Allah, dengarkanlah seruanku ini. Mengapa kamu sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan kepadamu untuk melakukannya. Apabila kamu tidak berambisi dan tidak rakus terhadap kenikmatan dunia, tentu Allah melanggengkan pertolongan-Nya dan menganugerahkan taufik pada saat pencabutan kembali dunia itu. Apabila kamu ambil sesuatu dari dunia sama halnya kamu sia-siakan barokah yang ada di sana.
17.) Dunia adalah sebuah gedung khusus untuk beramal dan bersabar atas datangnya cobaan dan ujian. Dunia adalah gedung tempat berusaha, dan akhirat adalah gedung khusus untuk beristirahat. Orang beriman ketika di dunia giat melaksanakan tugasnya tentu ia akan leluasa beristirahat di akhirat. Tetapi bagi yang sangat suka beristirahat sekarang, mengulur-ulur tobat dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun sampai habis masa tobatmu, maka dalam waktu dekat akan menyesal. Jika tidak bisa dinasihati, tidak bangun dan membenarkan, maka kamu selamanya tidak akan mengenal kebenaran.
18.) “Dunia itu ladang akhirat, maka barangsiapa menanam kebaikan, tentu dia akan menerima hasilnya dengan rasa puas, dan barangsiapa menanam keburukan, maka akan menghasilkan kehancuran”. (Al-Hadits)
Bila datang kematian kepadamu, barulah kamu sadar, akan tetapi kesadaranmu pada saat itu tidak berguna sama sekali. Ya Allah, bangunkanlah kami dari tidur yang melalaikan Engkau, jagalah kami dari ketumpulan yang melupakan Engkau. Amiin.
Wallahu A’lam
Sumber: Buku Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani