1.) Wahai hamba Allah, apabila kamu lebih mengutamakan makhluk daripada Penciptanya, maka sebenarnya kamu itu dalam kesakitan, dalam kebinasaan, dan sampai kapan perilakumu itu kamu tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan lagi kamu sadar dari keingkaranmu itu?
Sampai kapan lagi kamu menghidupkan dunia dan mematikan akhirat ? Sesungguhnya setiap manusia itu cuma berhati satu, maka tidak akan bisa mencintai dunia dan akhirat dalam satu waktu. Kalau hatimu cinta dunia kamu akan melupakan akhirat dan jika kamu mencintai akhirat, maka dunia akan kamu lupakan dan tidak kamu cintai. Oleh sebab itu, cintailah kehidupan yang lebih kekal diantara keduanya. Ingat, kehidupan dunia ini sangat terbatas, singkat sekali bagimu, lalu dunia akan kamu tinggalkan begitu saja.
Hati manusia itu satu, tidak mungkin bisa berdzikir kepada Pencipta dan yang diciptakan dalam satu waktu. Kalau hatimu telah kamu isi dengan dzikir kepada Allah, maka yang selain-Nya akan kamu lupakan, tetapi jika kamu berdzikir (ingat) selain Allah, maka Allah akan kamu lupakan. Kalau kamu mengaku mencintai dunia dan akhirat, dan jika kamu mengaku ingat Pencipta dan yang diciptakan, semua itu adalah pengakuan dusta semata.
2.) Wahai hamba Allah, bila kamu cinta Allah atau mencintai yang lain, janganlah kamu satukan dalam satu hati dikarenakan kamu tidak mungkin akan mampu, dikarenakan kalau kamu telah mencintai dunia berarti kamu tidak cinta kepada Allah Azza wa Jalla.
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab: 4)
Dunia dan akhIrat tidak dapat dipadukan. Pencipta dan yang diciptakan tidak dapat disatukan. Tinggalkanlah sesuatu yang fana (yang dapat sirna) sehingga memperoleh sesuatu yang tidak fana (kekal). Relakan dirimu dan hartamu hingga kamu memperoleh surga-Nya.
3.) Ketahuilah bahwa makhluk dan Pencipta tidak bisa disatukan, dunia dan akhirat dalam hati tidak dapat dipadukan, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibenarkan. Tetapi keberadaan makhluk dapat dilukiskan dalam lahir jiwamu, dan Pencipta terlukis melalui batin. Dunia di tangan dan akhirat dalam hatimu, dimana jika sudah di hati janganlah kamu satukan.
4.) Lihatlah dirimu dan pilihlah untuk-Nya. Jika kamu menghendaki dunia, keluarkan akhirat dari hati, dan jika menghendaki akhirat maka bebaskanlah dunia dari hati. Jika kamu ingin dekat dengan Allah, maka bebaskanlah hatimu dari dunia dan akhirat. Selama dalam hatimu terdapat sesuatu selain Allah, maka kamu tidak akan bisa melihat kedatangan-Nya, dan tidak bisa menyatakan berani dan berdiam untuk-Nya. Selama dalam hatimu menyenangi dunia, maka tidak akan dapat melihat akhirat, dan selama dalam hatinya masih terdapat akhirat, maka tidak dapat menyaksikan Tuhan. Janganlah kamu mendekati pintu-Nya kecuali dengan hati yang murni, agar usahamu tidak sia-sia.
5.) “Sesungguhnya hati itu berkarat, dan sesungguhnya penjernihannya adalah dengan membaca Al-Qur’an, ingat mati, dan mendatangi majlis dzikir.” (Al-Hadits)
Hati itu berkarat, kotor, dan gelap dimana untuk menjernihkan hati adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, mengingat mati, dan mendatangi majlis dzikir, yaitu suatu pertemuan untuk mengingat Allah dan dzikir kepada-Nya. Jika tidak mau memperbanyak membaca Al-Qur’an, mengingat mati, dan mendatangi majlis dzikir, maka hati menjadi gelap, gelap karena jauhnya dari cahaya kebenaran, karena cintanya kepada dunia dan kehidupannya yang tidak disertai sifat wara’. Siapa saja yang hatinya ditempati rasa cinta dunia, maka lenyaplah sifat wara’nya, yang tinggal hanyalah gabungan halal dan haram. Ini berakibat lenyapnya rasa malu kepada Tuhan dan enggan mendekatkan diri kepada-Nya.
Wahai hamba Allah, terimalah apa yang disampaikan Nabimu, lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya, sebagaimana telah dijelaskan kepadamu. Seandainya kamu sakit dan dokter menunjukkan obat-obatnya, tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sebelum kamu melaksanakan perintah dokter itu.
6.) Wahai orang yang mensucikan diri, terapkanlah kesucianmu dalam batin, dalam hati, kemudian dalam jiwa dan dalam tubuhmu. Petunjuk zuhud itu datang dari sana, bukan dari lahir ke batin. Apabila batin telah jernih, maka kejernihan itu berputar menuju hati, jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman, dan ke seluruh tingkah laku.
7.) Allah pencipta penyakit dan obat. Durhaka itu penyakit dan taat itu sebagai obat, aniaya itu penyakit dan adil itu obatnya, salah itu penyakit dan benar itu obatnya, menentang Allah itu adalah penyakit dan tobat atas dosa itu adalah obatnya. Obatmu akan sempurna jika (kecenderungan kepada) makhluk, kamu pisahkan dari hatimu, lalu kamu jalin hubungan yang erat dengan Allah.
8.) Kamu tidak akan dapat mencapai Allah selama kamu masih membawa najis, lahirmu tidak dapat masuk ke dalam kekuasaan-Nya bersama benda-benda najis yang tersimpan dalam batinmu. Suatu amalan tidak akan kamu peroleh sebelum terenungkan dalam jiwa yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan dirimu dalam kerajaan-Nya.
9.) Wahai hamba Allah, gerakan lisan tanpa dibarengi dengan amalan hati tidak akan mampu mengajakmu sampai kepada Allah Azza wa Jalla. Perjalanan itu hanyalah perjalanan hati, kedekatan itu hanyalah kedekatan hati, amalan itu hanyalah amalan yang berfungsi, menjaga hukum syariat itu melalui anggota tubuhmu dan berendah diri untuk beribadah. Barangsiapa yang menjadikan lidahnya sebagai tolok ukur, maka ia tidak punya ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada amal baginya. Usahakan beramal dengan sembunyi, jangan kamu tampakkan secara terang-terangan kecuali amalan wajib.
10.) Wahai hamba Allah, semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus kausalitas (hukum sebab akibat) dan mengosongkan diri dari tuhan-tuhan selain Allah Yang Haq. Tetapi yang manjur terletak dalam peng-Esa-an Allah menurut hati bukan menurut ucapan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati, dan dekat dengan Allah juga dalam hati bukan pada lisan. Sekalipun lisanmu mengucapkan atau berdzikir beribu-ribu kali dalam sehari, tetapi jika dalam hatimu terbang kemana-mana, ingat harta benda dunia, ingat makhluk yang hina, maka ucapanmu itu seperti orang yang kesurupan, yang berbicara seenaknya tanpa direnungkan makna yang terkandung di dalamnya.
11.) Wahai hamba Allah, kehendakmu kepada Allah itu tidak benar kecuali semata-mata hanya kamu tujukan kepada-Nya. Setiap orang yang hendak menuju Allah tetapi masih dibarengi dengan menuju kepada orang lain, maka sia-sialah semua usahanya itu. Hendak menuju kepada Allah itu harus murni, harus berhati suci dan bebas dari yang selain Allah, dan kalau tidak maka usaha itu dinamakan riya, syirik, mempersekutukan Allah dengan benda lain. Amal seperti ini adalah lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, dan siapa yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka orang itu termasuk orang yang merugi, rugi di dunia karena hatinya tidak tenang, hatinya selalu gundah karena keinginannya tidak pernah sepenuhnya terpenuhi, dan rugi di akhirat karena di sana nanti akan memperoleh imbalan siksa yang menghinakan.
12.) Wahai hamba Allah, beramallah kamu dengan anggota tubuhmu dan hadapkanlah hatimu kepada-Nya semata. Amalanmu adalah untuk dirimu sendiri dan untuk persiapanmu menghadapi pertemuanmu dengan Tuhanmu nanti, maka dalam beramal hadapkan hatimu kepada-Nya, bukan kepada yang selain Dia. Ilmu lahir menjadi penerang lahir sedang ilmu batin menjadi penerang batin. Ilmu sebagai penerang antara kamu dengan Tuhanmu. Kalau kamu beramal menurut ilmu yang kamu miliki tentu mendekatkan jalanmu kepada Allah Al-Haq, memperluas pintu antara kamu dan Tuhanmu.
13.) Wahai hamba Allah, cintamu terhadap sesuatu selain Allah itu adalah cinta yang semu, cinta yang mudah lenyap, dikarenakan cinta sejati adalah cintanya seorang hamba kepada Tuhannya. Kalau kamu mencintai makhluk, maka cintamu itu sangat terbatas, mudah lenyap, bahkan mudah sekali berubah menjadi suatu kebencian, menjadi musuh bagimu. Tetapi cintamu kepada Allah adalah cinta hakiki, perasaan cinta yang kekal abadi, yang membawa tenangnya hatimu bersama-Nya dalam setiap saat dan waktu, bahkan disaat-saat akhir hayatmu pun perasaan cinta dan perasaan tenang itu akan selalu menyelimutimu. Tetapi aneh sekali karena kamu lebih suka melupakan Allah daripada melupakan ciptaan-Nya.
Wahai hamba Allah, cinta orang-orang yang sebenarnya kepada Allah itu adalah cinta yang tak tergoyahkan oleh apapun, karena cintanya keluar dari mata hati. Cinta mereka bukan sekedar iman bahkan disertai yakin. Kalau mata terbuka dari tabir penutup mata hati, maka merekapun mampu menembus apa yang ada dalam gaib maupun melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap oleh orang lain.
14.) Wahai hamba Allah, jika tobatmu murni, imanmu pun suci. Menurut ahli sunnah, iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena ketaatan dan berkurang karena melakukan maksiat. Demikianlah hak dan kewajiban manusia yang harus diperhatikan. Tetapi untuk orang-orang pilihan, iman mereka selalu bertambah karena lenyapnya makhluk dari mereka. Bertambah karena ketentraman mereka bersama Allah dan berkurang karena ketentraman mereka bersama selain Allah.
15.) Sesungguhnya kebahagiaan hati tidak bisa diperoleh kecuali setelah ada pembatas nafsu. Apabila kamu sanggup mencegah, tentu pintu kebahagiaan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya, kebahagiaan segera datang dari Allah, rahmat datang pada jiwa.
Wallahu A’lam
Sumber: Buku Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani