Salah satu pelayan atau budak Rasulullah adalah Abdul Quddus. Dia adalah seorang pemuda Yahudi yang membantu Rasulullah dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Abdul Quddus bertugas untuk menyisir rambut Rasulullah.
Posisi Abdul Quddus itu –sebagai tukang sisir Rasulullah- pernah dimanfaatkan oleh sekelompok Yahudi yang tidak senang dengan Rasulullah. Mereka meminta Abdul Quddus mengambil rambut Rasulullah yang rontok. Abdul Quddus yang saat itu masih muda tidak menaruh curiga. Ia berikan saja rambut Rasulullah yang rontok kepada mereka. Tanpa ada kecurigaan sedikitpun bahwa itu akan dibuat untuk mencelakai majikannya.
Betul saja, rambut Rasulullah tersebut ternyata dijadikan sebagai perantara untuk menyantetnya. Adalah Labid bin al-A’sham yang melakukan itu. Namun sayang, usahanya gagal. Santet yang dikirimkannya tidak mempan karena Rasulullah dijaga langsung oleh Allah.
Abdul Quddus begitu baik dan perhatian kepada Rasulullah. Ia sehari-harinya selalu melayani Rasulullah dalam menjalankan aktivitasnya. Perbedaan agama dan suku tidak menjadikan Abdul Quddus benci terhadap Rasulullah. Abdul Quddus memberikan pelayanan kepada Rasulullah dengan tulus dan ikhlas.
Begitu pun sebaliknya. Rasulullah sangat perhatian kepada pembantunya, termasuk kepada Abdul Quddus. Merujuk buku Bilik-bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi, Rasulullah meluangkan waktunya untuk membesuk Abdul Quddus ketika pembantunya itu jatuh sakit.
Rasulullah duduk tepat di atas kepala Abdul Quddus yang terbaring lemas. Rasulullah kasihan dengan melihat kondisi Abdul Quddus karena pada saat itu pembantunya itu tengah sekarat. Beliau kemudian menyeru agar Abdul Quddus memeluk Islam. Abdul Quddus tidak langsung meng-iya-kan. Ia meminta izin kepada bapaknya yang saat itu juga berada dalam satu ruangan.
“Silakan kamu mengikuti ajaran Abul Qasim (Muhammad), ayah rela kamu masuk Islam,” jawab ayah pemuda Yahudi itu, sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari. Maka Abdul Quddus akhirnya masuk Islam.
Rasulullah yang mengajak Abdul Quddus tanpa paksaan itu gembira setelah Abdul memeluk Islam. Rasulullah berdoa agar Abdul Quddus terbebas dari siksa api neraka.
Demikianlah, Rasulullah bersikap kepada para pembantu atau budaknya. Beliau tidak membeda-bedakan pembantu atau budaknya berdasarkan agama atau sukunya. Tidak pula memaksa pembantunya untuk masuk Islam. Melainkan Rasulullah hanya menawarkan kepada pembantunya yang non-Muslim untuk memeluk Islam. Beliau memperlakukan semua pembantunya dengan baik dan setara. Karena bagi Rasulullah, budak atau pembantu seperti saudara sendiri. Maka dari itu, Rasulullah memberi makan dan pakaian untuk para pembantunya seperti yang dia makan dan ia pakai. Tidak beda. Begitu pun dengan Abdul Quddus, pelayannya yang seorang Yahudi.
Sebetulnya pelayan atau budak Rasulullah ada banyak, tidak hanya Abdul Quddus. Namun semua budak atau pelayan Rasulullah itu dimerdekakan di kemudian hari.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!