1.) Wahai hamba Allah, hendaklah kamu malu kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya. Janganlah kamu lalaikan waktumu dengan sia-sia. Kamu disibukkan dengan urusan mengumpulkan harta, berangan-angan terhadap yang tidak akan kamu temukan dan membangun sesuatu yang tidak kamu tempati, maka yang demikian itu menjadi penghalang dirimu dari maqam Tuhanmu.
Duduklah berdiam diri sambil mengingat Allah dalam hati, itu adalah perbuatan orang-orang arif, perbuatan orang-orang siddiq, yang tempat tinggalnya dalam surga. Maka jadilah kamu manusia yang ridha atas ketentuan-Nya dan mendekatkan hati kepada-Nya, bermunajat dan menyingkap tabir penghalang antara dirimu dengan Allah. Jika demikian, jadilah persahabatan hati ini dalam kesunyiannya bersama Dia Yang Haq.
2.) Wahai hamba Allah, orang mukmin itu selalu beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia sebagai bekal penumpang, jangan sampai menariknya sesuka hatimu. Orang jahil itu setiap kehendaknya tertuju pada dunia, sedangkan orang arif setiap geraknya untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Apabila kamu ambil kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu syahwat, maka perhatikan sebentar : Siapakah Penguasa yang mampu mencerai-beraikan segala sesuatu ? Karena hal itu tidak menguntungkan kamu, maka lawanlah keinginan nafsumu untuk menguasai dunia dan didiklah nafsumu disisi Allah Yang Haq.
3.) Orang mukmin hidup di dunia ini mencari bekal untuk akhirat, tetapi orang kafir hanya bersenang-senang di dalamnya. Orang mukmin selalu berbekal, karena mereka berada pada jalan qona’ah, mereka selalu merasa cukup terhadap apa yang telah ada di tangannya, dan selalu mempermudah lepasnya harta, karena lebih banyak dicurahkan untuk kepentingan akhirat, untuk bekal menghadapi hari kiamat nanti. Apapun usahanya di dunia ini dipersiapkan untuk dirinya, dijadikan bekal untuk dirinya sesuai dengan kemampuannya. Semua kekayaannya dipersiapkan untuk kehidupan akhirat.
4.) Wahai hamba Allah, apabila kamu memelihara iman, menyuburkan batangnya, tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri dari segala makhluk. Allah menghias jiwa, hati, dan batinmu lalu menempatkan kamu pada pintu-Nya, memperkaya fikirmu dengan ingat, dekat, dan tunduk bersama-Nya. Ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang yang bersimbah dunia atau disibukkan oleh keduniaan, juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai dunia.
5.) Orang beriman itu adalah orang yang belajar sesuatu yang diwajibkan kepadanya, lalu selalu beribadah kepada Allah. Ia mengenal Allah lalu mencintai-Nya, mencari dan melayani-Nya. Ia juga tahu bahwa bahaya, manfaat, baik atau buruk itu bukan datang dari makhluk, dan apapun yang menimpa makhluk itu adalah dari Allah Azza wa Jalla. Orang yang menuju kepada Allah itu lebih tenang daripada orang yang menuju kepada makhluk, sebab makhluk itu beraneka macam, sedangkan Allah hanya satu. Maka orang yang menghadapi berbagai macam masalah, hatinya tidak akan tentram, dan ketentraman hati itu tercapai jikan hanya tertuju kepada Allah semata.
6.) Wahai hamba Allah, orang muslim adalah orang yang selalu bersyukur atas nikmat dan ketentuan-Nya, mereka selalu mengingat Allah melalui lisan lalu mengalir ke hati. Jika mereka tertimpa penyakit, tampak di wajah mereka tersungging senyuman. Bagi mereka dunia tidak lebih bagai bangkai, tidak berdaya, pesakit, fakir, dan surga maupun neraka bagi mereka tidaklah punya makna. Mereka tidak merasa fakir, mereka beramal bukan untuk memperoleh kenikmatan dalam surga, dan juga bukan karena takut siksa neraka. Tetapi semua yang dilakukan itu hanyalah semata-mata untuk mengagungkan dan dzikir kepada-Nya, mendekat dan mengabdi kepada-Nya sebagai tugas setiap makhluk kepada penciptanya. Maka setiap kecenderungan dan keberadaan mereka selalu terjalin dengan Allah, sehingga terjadi hubungan yang erat dengan Allah.
7.) Wahai hamba Allah, orang yang takut kepada Allah itu hanyalah orang yang berilmu. Mereka adalah golongan orang-orang yang ketika bekerja adalah dengan ilmu, beramal dan memahami apa yang diamalkan, mereka tidak mencari balasan dari Allah Yang Haq terhadap apa yang dikerjakan, kecuali mereka hanya mengharap ridha Allah dan bisa dekat dengan Allah. Mereka menghendaki kecintaan, ikhlas, dan terbuka hijab yang menghalanginya. Mereka menghendaki agar pintu-Nya tidak tertutup di hadapannya, dunia dan akhirat. Mereka tidak terlalu cinta hidup di dunia juga di akhirat, dan yang lain selain Allah. Dunia untuk manusia, akhirat untuk manusia, sedangkan Allah Al-Haq untuk orang beriman semata, untuk orang-orang yang bertakwa dan untuk orang-orang arif yang selalu mencintai-Nya, yakin dan khusyu’ di hadapan-Nya.
8.) Sabda Nabi: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah jeruk, harum baunya dan lezat rasanya. Adapun perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, tidak berbau tetapi manis rasanya.” (Al-Hadits)
9.) Wahai hamba Allah, sangat beruntung orang yang mengenal Allah Azza wa Jalla, dengan kenikmatan-Nya dan menyandarkan semua urusannya kepada-Nya, membersihkan jiwanya dari sebab-sebab, daya, dan kekuatannya. Orang berakal tidak memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas perbuatan baiknya.
10.) Marah jika dilandasi karena Allah adalah marah yang terpuji, tetapi jika karena terdorong oleh yang lain berarti marah yang tercela. Orang mukmin itu marah karena Allah, bukan karena diri sendiri. Ia marah karena untuk menolong agamanya, bukan untuk menolong diri sendiri. Ia mudah geram jika hukum-hukum Allah dipermainkan, seperti kegeraman singa tatkala menerkam buruannya.
11.) Wahai hamba Allah, apabila Islam tidak terdapat di dalam jiwamu maka bagaimana iman bisa tumbuh dalam jiwamu. Jika keimanan itu tidak terdapat dalam jiwamu berarti kamu tidak punya keyakinan. Jika keyakinan tidak kamu miliki berarti kamu tidak punya kebaikan. Inilah derajat yang tumbuh dalam jiwa. Jika Islammu murni maka murni pula penyerahanmu. Jadilah kamu orang yang menyerahkan diri kepada Allah meliputi keberadaanmu, beserta memelihara hukum syara’. Serahkan jiwamu menurut kewajibannya, perbaikilah adab bersama-Nya dan makhluk-Nya. Janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri atau orang lain, karena perbuatan aniaya itu menggelapkan hati, menggelapkan muka dan catatan amal. Janganlah kamu menganiaya atau menolong orang yang menganiaya.
12.) Wahai orang yang berakal, bahwa kamu tak henti-hentinya membenci orang-orang miskin padahal kamu mengharap ridha Allah. Maka tidak mungkin keridhaan-Nya diberikan kepadamu sebelum kamu menyukai orang-orang miskin dan menyukai kemiskinan. Dan jika kamu membenci orang-orang miskin dan membenci kemiskinan tentu kamu akan memperoleh kemurkaan-Nya.
13.) Manusia yang hatinya tenang dan menjalankan perintah-Nya dengan istiqomah, maka menyerupai malaikat bahkan mereka diberi tambahan berupa manzilah-manzilah. Mereka dibekali dengan ma’rifat dan berilmu tentang Dia, sedang para malaikat menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka. Maka, jika kamu ingin berpegang dengan manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam, setelah itu tinggalkan perbuatan dosa, baik dosa lahir maupun batin, lalu bersikap wara’, menerapkan zuhud di dunia, baik terhadap yang diperbolehkan atau yang dihalalkan, memperkaya diri dengan keutamaan Allah, berzuhud dalam keutamaan-Nya, dan memperkaya diri dengan mendekati Allah. Apabila rasa memperkaya diri telah nyata secara bersih niscaya keutamaan-Nya dicurahkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rahmat, dan pertolongan-Nya.
Wallahu A’lam
Sumber: Buku Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani