Sekitar tahun 1961-an, Universitas Al-Azhar Kairo Mesir mengutus delegasi pengajar ke Indonesia. Salah satu dari rombongan tersebut bernama Syekh al-Quth. Saat masa abdinya paripurna, rombongan bersiap kembali ke Mesir. Bandara yang dituju rombongan berada di luar pulau yang disinggahi. Sebab banyak kendala, akhirnya Syekh Quth tertinggal rombongan.
Saat Syekh Quth sedih tertinggal, datanglah Syekh Utsman menenangkannya. “Kenapa Anda tampak sedih dan bingung, Syekh?” tanya Syekh Utsman.
“Saya tertinggal rombongan kembali ke Mesir dan saya tidak tahu bagaimana caranya menyusul mereka,” jawab Syekh Quth
“Ya sudah, mari ikut saya.” kata Syekh Utsman
Keduanya berjalan kaki beberapa menit.
“Rombongan Anda ada di depan itu, lekas susullah,” ucap Syekh Utsman
Ternyata keduanya sudah menyeberangi lautan dan sudah sampai ke bandara Mesir.
Sebelum berpisah, Syekh Utsman berpesan agar disampaikan salamnya ke Syekh Ahmad Ridwan Luxor Mesir. Celakanya, Syekh Quth lupa tidak menyampaikan salam sampai 5 atau 6 tahun lamanya hingga beliau bertemu dengan Syekh Ahmad Ridwan.
“Bukankah ada amanah yang belum Anda sampaikan ke saya?” tanya Syekh Ahmad Ridwan
“Amanah apa, Syekh? Tidak ada,” jawab Syekh Quth.
Setelah membiarkan untuk berfikir dan tak kunjung ingat amanahnya, Syekh Ahmad Ridwan mengangkat tangannya dan meminta Syekh Quth untuk melihat pada telapak tangan Syekh Ahmad Ridwan.
Disana terlihat lokasi saat Syekh Utsman menolongnya dan berpesan agar disampaikan salam ke Syekh Ahmad Ridwan. Sejak saat itu, Syekh Quth percaya bahwa benar ada karomah yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba yang shaleh
Kisah ini diceritakan oleh Syekh Imaduddin, cucu Syekh Ahmad Ridwan pada acara Haul Syekh Ahmad Ridwan di Luxor Mesir. Kisah yang sama juga tertulis di buku “Syekh Ahmad Ridwan; Hayatuhu wa Atsaruhu”-nya karya Dr. Muhammad Fuad Syakir.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!