Abdullah Al-Wasithi bercerita, bahwa pernah di Arafah aku melihat seorang perempuan, ia berkata, “Barangsiapa mendapat petunjuk Allah, maka takkan ada yang dapat menyesatkanya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada orang yang akan menunjukannya.” (QS. Al-A’raf: 186)
Tahulah aku, bahwa wanita itu seseorang yang tersesat jalan. Aku bertanya: “Wahai perempuan, dari mana asalmu?”. Ia menjawab: “Maha Suci Allah, Dzat yang telah mengisra’kan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa.” (QS. Al-Isra: 1)
Tahulah aku, bahwa perempuan itu berasal dari Muqadas (Palestina). Aku bertanya: “Untuk keperluan apa kedatanganmu kemari?”. Ia menjawab: “Diwajibkan oleh Allah atas manusia menunaikan haji bagi orang yang mampu menempuh perjalanannya” (QS. Ali Imran: 97). Aku bertanya lagi: “Engkau punya suami?”. Ia menjawab: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan dengan masalah ltu!” (QS. Al-Isra: 36). “Apa engkau bersedia naik unta?” tanyaku. Ia menjawab: “Perkara apa saja dari kebaikan yang kamu kerjakan, maka Allah mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah: 197). Manakala perempuan itu hendak menaiki kuda, ia berkata: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar menundukkan pandangan mereka!.” (QS. An-Nur: 30)
Maka akupun berpaling dari memandanginya. Setelah berada di punggung kendaraan, kembali aku bertanya: “Siapa namamu?”. Ia menjawab: “Ceritakanlah kisah Maryam di dalam Al-Qur’an!” (QS. Maryam: 16). “Engkau punya anak?” tanyaku. Ia menjawab: “Berwasiatlah Ibrahim dengan milat itu kepada anak-anaknya dan Ya’qub”. (QS. Al-Baqarah: 132)
Akupun mengerti bahwa ia mempunyai beberapa anak. Aku melanjutkan pertanyaan: “Siapa nama mereka?”. Ia menjawab: “Dan Allah berfirman kepada Musa dengan firman-firman-Nya (QS. An-Nisa’: 164). Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (QS. An-Nisa’: 125). Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi”(QS. Shad: 26). Jadi, nama anak-anak mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Dawud.
Aku bertanya lagi: “Ke daerah mana aku dapat menjumpai mereka?”. Ia menjawab: “Dan beberapa tanda, dengan bintang mereka diberi petunjuk jalan” (QS. An-Nahl: 16). Akupun mengerti, bahwa perempuan itu termasuk salah seorang yang ada dalam rombongan pengendara unta. Aku melanjutkan: “Maryam, beberapa hari ini engkau belum makan apa-apa?”. Ia menjawab: “Sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Ar-Rahman untuk berpuasa.” (QS. Maryam: 26)
Manakala aku telah sampai ke tempat anak-anaknya dan mereka melihat ibundanya mereka menangis seketika, perempuan itu berkata: “Salah seorang di antara kamu pergilah ke kota dengan membawa uang untuk berbelanja” (QS. Al-Kahf: 19). Aku bertanya kepada anak-anaknya tentang ibundanya itu. Mereka menjawab “Sesungguhnya dia sudah tiga hari ini tersesat jalan. Ia bernadzar tidak akan berbicara apa-apa kecuali menggunakan bahasa Al-Qur’an”. Setelah itu, aku bertanya kepada mereka, begitu melihat bahwa mereka menangis semua. Mereka menjawab: “Sesungguhnya, ia dalam keadaan naza’ (sekarat)”. Maka akupun buru-buru masuk menjumpainya, dan bertanya kepadanya mengenai keadaan yang dialami. Perempuan itu menjawab: “Dan sakaratul maut datang dengan nyata.” (QS. Qaf: 19)
Setelah kematiannya, malamnya aku bermimpi bertemu dengan perempuan itu. Aku bertanya: “Dimana engkau sekarang?”. Ia menjawab: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ditempatkan dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Kuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya istri yang mentaati suaminya dimohonkan ampunan oleh burung-burung yang terbang di udara, ikan-ikan yang ada di dalam air dan para malaikat yang ada di langit, selagi istri itu berada dalam keridhaan suaminya.” (al-hadits)
Sumber: Kitab Uqudu Lujain
ADS HERE !!!